Bagi sebagian besar petani jagung, ulat grayak mungkin merupakan musuh nomor satu yang patut diwaspadai dan ditanggulangi sesegera mungkin. Mengapa demikian? Yuk, mari berkenalan dengan hama yang satu ini.
Morfologi dan Siklus Hidup
Gambar 1. Siklus hidup ulat grayak. (Ket : Atas dari kiri ke kanan; fase telur, fase larva instar awal, dan fase larva instar akhir. Bawah dari kiri ke kanan; fase jantan dewasa dan fase betina dewasa)
Ulat grayak diketahui telah menjadi hama yang punya dampak sangat merusak pada perkebunan, khususnya perkebunan jagung. Ulat ini sejatinya merupakan sejenis ngengat dengan nama latin Spodoptera frugiperda yang belum bermetamorfosis menjadi ngengat dewasa.
Secara ringkas, siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Keseluruhan fase hidupnya memakan waktu kira-kira 30 hari. Pada fase larva itulah, hama ini dikenal dengan sebutan ulat grayak. Di luar negeri, hama ini dikenal dengan sebutan fall armyworm.
Persebaran hama ini cukup luas dan cepat, karena saat dewasa ngengat-ngengat ini dapat terbang sangat jauh, punya kemampuan reproduksi yang tinggi, serta cakupan tanaman inang yang cukup luas.
Ciri-ciri morfologi ulat ini berbeda saat larva masih dalam usia muda dan usia matang menuju pupa. Secara umum, fase larva pada ulat ini terbagi menjadi enam instar. Larva yang masih muda atau dalam fase instar pertama umumnya berwarna kehijauan dengan kepala berwarna hitam. Warna kepala ini akan berubah menjadi oranye saat larva beralih menjadi instar kedua.
Pada fase instar ketiga, bagian punggungnya akan berubah warna menjadi kecokelatan dan muncul garis-garis putih. Pada fase instar keempat sampai keenam, kepalanya akan menjadi merah kecokelatan, memiliki coreng putih, dan tubuhnya menajdi kecokelatan.
Serangan Ulat Grayak
Tidak hanya jagung, ulat grayak diketahui juga menyerang tanaman lain seperti kapas, kedelai, kacang, ubi, tembakau, gandum, hingga padi. Tanaman-tanaman buah seperti apel, anggur, jeruk, pepaya, persik, stroberi, dan beberapa bunga juga tak luput dari jangkauan serangan hama ini.
Saat jumlah ulat grayak menjadi sangat banyak, mereka akan merusak tanaman-tanaman budidaya dengan cara mengonsumsi dedaunan. Hal ini membuat dedaunan menjadi kering, sobek, berlubang, dan akhirnya mati.
Larva yang lebih tua bahkan dapat menyisakan tulang daun saja sebagai dampak dari konsumsinya. Bila titik pertumbuhan tanaman diserang, maka tanaman itu akan mati. Tidak hanya daun, larva juga dapat memakan kernel jagung.
Nonci dkk melaporkan pada tahun 2019 bahwa serangan ulat grayak umumnya menargetkan daun muda jagung yang masih menggulung dengan persentase sebanyak 55-100%. Dampak dari serangan ini dapat menyebabkan kehilangan hasil panen hingga 73%.
Strategi Pencegahan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan ulat grayak. Salah satunya adalah dengan menggunakan benih tanaman budidaya yang bersifat unggul atau varietas yang tahan terhadap hama.
Selain itu, periode penanaman juga diatur sedemikian mungkin agar tepat waktu serta seragam pada satu lahan yang sudah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar serangan ulat grayak tidak tersebar meluas ke lahan-lahan lain dalam satu waktu yang sama
Para petani juga sebaiknya rutin mengawasi kondisi tanaman yang dibudidayakan secara intensif. Disarankan kegiatan ini dilakukan sebanyak 1 kali seminggu. Tujuannya untuk mengawasi serta mendata apakah ada tanaman yang terkena serangan sehingga langkah-langkah antisipasi dapat dilakukan. Pada proses pengawasan ini juga dapat dilakukan kegiatan untuk menjaga sanitasi area perkebunan serta penyiangan gulma-gulma yang tumbuh di sekitarnya.
Strategi penanaman juga dapat menjadi kunci dalam mencegah serangan ulat grayak. Petani dapat menanam tumbuhan jagung secara tumpangsari bersamaan dengan tumbuhan bersifat repelen seperti Desmodium. Tumpangsari juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati di area sekitar perkebunan, berpotensi untuk memunculkan musuh-musuh alami ulat grayak seperti kumbang Coleomegilla maculata.
Pengendalian Ulat Grayak
Jika serangan sudah terjadi, pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan beebrapa cara. Cara pertama adalah dengan menggunakan metode pengendalian secara emkanis. Petani dapat mencari serta membunuh telur ataupun larva ulat grayak secara manual dengan menggunakan tangan atau alat-alat tertentu.
Petani juga dapat menabur serbuk gergaji, abu, atau pasir pada bagian daun muda jagung yang masih menggulung. Hal ini bertujuan untuk membuat lingkungan di sekitar ulat grayak menjadi kering dan mempercepat proses kematiannya.
Cara lain yang dapat dicoba adalah dengan penyemprotan bahan-bahan alami ke tanaman jagung. Air gula atau minyak dapat disemprotkan dengan tujuan untuk menarik predator alami ulat grayak.
Selain itu, petani juga dapat meramu pestisida alami atau nabati yang dibuat dari bahan-bahan yang terjangkau serta mudah didapatkan. Bahan-bahan tersebut antara lain bubuk cabai sebanyak 1 sendok teh, bawang putih 1 siung, bawang merah 1 buah, air 1 liter, dan deterjen 1 sendok teh,
Pertama, bawang putih dan bawang merah dihancurkan, lalu dicampur dengan bubuk cabai serta air. Aduk hingga merata, lalu direndam selama 1 jam sebelum disaring. Setelah itu, deterjen ditambahkan untuk kemudian diaduk rata kembali. Ramuan berhasil dibuat dan disemprotkan pada tanaman sebanyak 1 kali sehari.
Jika serangan sudah sangat meluas, penggunaan insektisida kimiawi juga dapat dilakukan. Namun penggunaannya harus dilakukans ecara bijak agar tidak menimbulkan fenomena ulat grayak yang kebal terhadap insektisida kimiawi (resistensi).
Biopestisida juga dapat menjadi pilihan. Beberapa biopestisida yang dapat digunakan antara lain Beauveria bassiana strain R444, Bacillus thuringiensis subspesies kurstaki strain SA-11, Baculovirus dan SFMNPV-Baculovírus Spodoptera frugiperda
Demikian informasi tentang ulat grayak dan bagaimana cara mengendalikannya Semoga bermanfaat, ya!
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi. Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.
Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training mencakup:
Selain itu, adapun konsultan manajemen dan sertifikasi bebas hama untuk penilaian keberadaan hama.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author : AS Zuhri
REFERENSI
Mugisha-Kamatenesi, M., Deng, A.L., Ogendo, J.O., Omolo, E.O., Mihale, M.J., Otim, M., Buyungo, J.P., Bett, P.K. 2008. Indigenous knowledge of feld insect pests and their management around Lake Victoria basin in Uganda. African Journal of Environmental Science and Technology 2: 342-348.
Nonci, N., S.H. Kalqutny, H. Mirsam, A. Mursim, M. Azrai, M. Aqil. 2019. Pengenalan fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E.Smith) Hama Baru Pada Tanaman Jagung di Indonesia. Kementerian Republik Indonesia, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Ogendo, J.O., Deng, A.L., Omollo, E.O., Matasyoh, J.C., Tuey, R.K., Khan, Z.R. 2013. Management of stem borers using selected botanical pesticides in a maize-bean cropping system. Egerton Journal of Science & Technology 13: 21-38.
Roberts PM All JN. 1993. Hazard for fall armyworm (Lepidoptera: Noctuidae) infestation of maize in double-cropping systems using sustainable agricultural practices. Florida Entomologist 76: 276-283.
Stevenson, P.C., Isman, M.B., Belmain, S.R. 2017. Pesticidal plants in Africa: a global vision of new biological control products from local uses. Industrial Crops and Products. Published Online: doi.org/10.1016/j. indcrop.2017.08.034.