Kumbang Palem Merah (Rhynchophorus ferrugineus): Hama Pohon Kurma

Kumbang Palem Merah (Rhynchophorus ferrugineus): Hama Pohon Kurma
20
Kamis, 20 Juni 2024

Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan salah satu pohon buah tertua yang paling banyak dibudidayakan di daerah kering dan semi kering. Ini sangat penting secara sosio-ekonomi karena memiliki nilai gizi, kesehatan, lingkungan, agama, dan sosial.

Banyak serangga hama yang menyerang pohon kurma, salah satunya adalah kumbang palem merah (Rhynchophorus ferrugineus). Mereka merupakan hama utama karena sangat mengandalkan pohon kurma sebagai spesies inangnya dan menimbulkan kerusakan ekonomi paling besar.

Kumbang palem merah diketahui telah menguasai tanaman palem di Timur Tengah. Kemudian, memperluas distribusi geografisnya ke banyak negara di Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia.

Kumbang palem merah dianggap sebagai serangga hama yang sangat sulit untuk dideteksi serangannya dari awal. Infestasi dari kumbang ini sebagian besar terjadi di pangkal batang dekat tanah, sehingga pendeteksiannya menjadi sangat menantang dan sulit.

Artikel ini akan membahas mengenai kumbang palem merah, lengkap dengan penjelasan kerusakan yang diakibatkannya dan cara mengendalikan kumbang palem merah. Yuk simak uraian di bawah ini.

Mengenal Lebih Dekat dengan Kumbang Palem Merah.

 

Kumbang palem merah melewati 4 tahap kehidupan, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Selama perkembangannya, mereka hidup di dalam batang pohon.

Senyawa volatile yang dikeluarkan dari luka pohon palem segar akan menarik serangga betina untuk bertelur. Setiap individu betina mampu bertelur sebanyak 250-500 telur.

Telur berwarna putih krem, mengkilap, berbentuk oval (1-2,5 mm). Telur tersebut biasanya diletakkan pada luka, celah, atau retakan pada batang pohon, dan akan menetas dalam 2-6 hari.

Larva yang baru muncul berwarna kuning-putih dan tidak berkaki. Mereka juga memiliki kapsul kepala kitin yang berwarna coklat tua dibandingkan bagian tubuh lainnya.

Larva berbentuk curculioni yang melewati 13 instar larva, dimana tahap larva terakhir berukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm. Setelah itu, larva akan masuk ke tahap pupa (panjang 3,5 cm dan lebar 1,5 cm) yang berlangsung selama 15-30 hari.

Kumbang dewasa akan muncul dengan warna coklat kemerahan (panjang 4,0 cm dan lebar 1,2 cm). Individu betina dapat hidup selama 76 hari, sedangkan jantan hidup selama 113 hari.

Kumbang palem merah dapat terbang hingga 900 m sekaligus dan mereka dapat bergerak hingga 7 km dalam waktu seminggu. Bahkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kumbang palem merah berpotensi terbang sejauh 50 km.

Satu hingga dua generasi dari kumbang palem merah akan terjadi per tahunnya. Dalam 1 pohon kurma yang terserang, beberapa generasi dari kumbang dapat hidup berdampingan.

Kerusakan Akibat Kumbang Palem Merah terhadap Pohon Kurma.

Cara Mengendalikan Kumbang Palem Merah.

Pengendalian kumbang palem merah dapat dilakukan dengan pemberian insektisida, seperti emamektin benzoat, klorpirifos, fipronil, dan metomil, imidacloprid, dan karbaril. Pengaplikasian insektisida dapat berupa injeksi atau pengasapan batang pohon, pengolahan tanah, penyiraman tajuk pohon yang terserang, dan pembalut luka.

Namun, insektisida sintetik telah menimbulkan banyak efek samping terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan kumbang telah mengembangkan resistensi terhadap banyak insektisida. Oleh sebab itu, Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) digunakan untuk mengendalikan kerusakan akibat hama dengan cara yang paling hemat biaya dan menimbulkan bahaya paling sedikit terhadap manusia dan lingkungan.

Keterlambatan deteksi infestasi merupakan kendala utama dalam pengendalian kumbang palem merah. Sebelum menerapkan strategi PHT, pengawasan sangat penting untuk memastikan keberadaan kumbang tersebut.

Beberapa metode deteksi seperti inspeksi visual, perangkap feromon, deteksi termal dan pencitraan spektral, deteksi bahan kimia, dan deteksi akustik telah diuji untuk menentukan infestasi pada tahap awal. Tidak ada satu metode yang dapat mendeteksi infestasi secara sempurna, namun kombinasi metode deteksi dapat memberikan keberhasilan hampir 100% dan metode deteksi yang baik haruslah cepat, akurat, tidak merusak, serta dengan biaya yang terjangkau.

Pengendalian biologis adalah pendekatan ekologi yang memberikan pengelolaan hama yang ramah lingkungan, ekonomis, dan metode alternatif yang aman untuk pemberantasan hama. Berbagai musuh alami termasuk mikroorganisme entomopatogen (jamur, nematoda, bakteri, virus, dan protozoa), predator, dan parasitoid dilaporkan menyerang kumbang palem merah.

Namun, pengendalian hama secara biologis melalui musuh alami merupakan sebuah taktik besar yang potensi efektivitasnya belum terealisasi di banyak sistem pertanian yang terkena dampak di seluruh dunia.

Penggunaan ekstrak tumbuhan untuk mengendalikan hama serangga dapat menurunkan pencemaran lingkungan, menghilangkan racun bagi manusia, dan melestarikan organisme non-target. Bahan aktif (Azadirachtin) dari pohon Mimba adalah spesies tanaman menjanjikan yang paling dikenal dan digunakan dalam sintesis bioinsektisida.

Sebuah penelitian melaporkan bahwa Azadirachtin sangat toksik terhadap berbagai tahap perkembangan kumbang palem merah. Selain Azadirachtin, beberapa ekstrak tumbuhan lainnya dapat digunakan, seperti serbuk biji kapulaga, Elettaria cardamomum, cengkeh, Syzygium aromatikum, ekstrak etanol dari sea ambrosia, kapas Perancis, kunyit, minyak Jojoba, dan Boxus chinensis.

Selain yang dijelaskan sebelumnya, banyak metode lainnya yang dapat dilakukan saat ini. Metode-metode tersebut adalah host plant resistance, sterile insect technique (SIT), gene silencing technology, geographical information system (GIS). Tidak lupa untuk selalu mengedukasi kepada petani mengenai cara pengelolaan terbaik dalam menghadapi kumbang palem merah.

Demikian informasi terkait Kumbang Palem Merah dan cara pengendaliannya. Semoga bermanfaat, ya!

Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.

Author : Dherika

Referensi

Abd Rabou, A.F.N., & Radwan, E.S. (2017). Visual Symptoms and Control of the Red Palm Weevil (Rhynchophorus ferrugineus) in the Gaza Strip, Palestine. Nusantara Bioscience, 9(3): 322-329. DOI: 10.13057/nusbiosci/n090314.

Al-Zyoud, F., Shibli, R., & Ihab, G. (2021). Current Status, Challenges, Management and Future Perspectives of the Red Palm Weevil Rhynchophorus ferrugineus Olivier (Coleoptera, Curculionidae) Eradication - A Review. Journal of Experimental Biology and Agricultural Sciences. 9(6): 697-714. DOI: http://dx.doi.org/10.18006/2021.9(6).697.714.

CABI. (2021). Rhynchophorus ferrugineus (Red Palm Weevil). Retrieved from https://www.cabidigitallibrary.org/doi/10.1079/cabicompendium.47472 (Accessed: June 13th, 2024).

iNaturalist. (2024). Red Palm Weevil (Rhynchophorus ferrugineus). Retrieved from https://www.inaturalist.org/taxa/130081-Rhynchophorus-ferrugineus/browse_photos (Accessed: June 13th, 2024).

Manee, M.M., Alqahtani, F.H., Al-Shomrani, B.M., El-Shafie, H.A.F., Dias, G.B. (2023). Omics in the Red Palm Weevil Rhynchophorus ferrugineus (Olivier) (Coleoptera: Curculionidae): A Bridge to the Pest. Insects, 14(255): 1-17. https://doi.org/10.3390/insects14030255.

KONSULTASI DENGAH AHLI HAMA