Beras merupakan komoditas pangan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia dan sebagian penduduk Asia. Pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 2% per tahun, dan konsumsi beras dalam negeri meningkat hingga 30 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan gizi, beras seringkali disimpan dalam jangka waktu lama sebelum dikonsumsi. Dalam penyimpanan beras, jika tidak dilakukan pengolahan pasca panen yang baik maka kualitas dan kuantitasnya akan terpengaruh. Salah satu penyebab kerusakan beras dalam gudang penyimpanan adalah Corcyra cephalonica.
Figure 1. Ngengat beras, Corcyra cephalonica
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Rice_moth)
SIKLUS HIDUP
C. cephalonica masuk dalam golongan Animalia, Phylum Arthropoda, Sub Phylum Mandibulata Kelas Insekta, Sub Kelas Pterygota, Ordo Lepidoptera, Famili Pyralidae, Genus Corcyra, Spesies C. cephalonica Stainton. Daur hidup serangga ini berkisar antara 37-51 hari. Kondisi optimun untuk perkembangannya yaitu pada temperature 30-32,50C dan kelembapan relatif 70% (Sjam, 2014). SIklus hidup spesies ini meliputi telur, larva, pupa dan ngengat. Telur ngengat secara umum diletakkan pada malam hari dan jumlah telur yang diletakkan paling banyak yaitu pada dua hingga tiga hari setelah dewasa. Telur berbentuk bulat dengan diameter 0,5 mm dan berwarna putih kelabu. Telur menetas setelah 4-8 hari setelah peletakkan telur (Sjam, 2014). Biasanya telur diletakkan satu per satu di antara butiran beras. Ketika akan menetas, telurtersebut berubah warna menjadi kecoklatan yang merupakan warna bakal kepala larva. Telur akan menetas menjadi larva setelah 5-7 hari dengan membuat lubang pada cangkang telur. Stadium larva berlangsung 28-35 hari. Larva bersifat sangat aktif berwarna putih kelabu. Ukuran larva pada pertumbuhan penuh 13-17 mm. Larva membuat benang sutra yang mengikat kotoran dan bahan yang diserang menjadi gumpalan. Menjelang menjadi pupa, larva akan naik ke permukaan dan membuat kokon dengan menganyam sutra diantara butir-butir bahan simpanan (Sjam, 2014). Pupa berwarna putih kecoklat-coklatan berada dalam kokon dengan ukuran 8-10 mm. Periode pupa berlangsung selama 5-8 hari (Sjam, 2014). Imago berwarna coklat merata dan sepanjang pertulangan sayap lebih gelap. Labial palpus lurus ke depan yang pada serangga betina lebih panjang dan meruncing, sedangkan pada jantan lebih pendek dan tumpul. Apabila sayap direntangkan panjangnya berukuran 12-15 mm dan panjangnya tubuhnya 25mm. Imago pada umumnya aktif pada sore atau malam hari, tetapi kadang juga aktif di siang hari pada tempat yang gelap (Vincent et al., 2021).
KERUSAKAN
Ngengat beras dewasa tidak memakan biji-bijian (Menge et al., 2018b) karena mulutnya tipe syphoning disesuaikan untuk menghisap nektar dan makanan cair lainnya. Namun, Pada tahap larva, spesies ini memiliki mandibula yang berkembang dengan baik dan menyebabkan banyak kerugian karena memakan biji-bijian yang disimpan dan produknya. Instar larva awal biasanya aktif bergerak, memberi makan, dan memintal benang sutra di bagian yang rusak biji-bijian. Dalam beberapa kasus, seluruh stok beras didapat diubah menjadi kokon-kokon pupa, dan akhirnya menimbulkan bau busuk khas yang berkembang (Meena at al., 2014, 2017; Nasrin at al., 2016; Jhala at al., 2018). Infestasi ngengat beras menyebabkan kerugian kuantitatif dan kualitatif.
MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN
Pada dasarnya tahap pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara alami dan kimiawi. Secara umum pencegahan dan pengendalian hama gudang antara lain:
1. Sistem Penyimpanan
memperbaiki struktur bangunan tempat penyimpanan, penerapan sistem First In First Out dan mengendalikan kondisi bahan pakan yang disimpan.
2. Kemasan kedap udara
Semua makhluk hidup termasuk serangga memerlukan udara untuk aktivitas pernafasan. Oleh karena itu salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mendesain kemasan beras yang kedap udara.
3. Menurunkan tingkat kadar air
Kandungan air bahan pakan yang disimpan diupayakan serendah mungkin. Proses penurunan kadar air dapat dilakukan dengan penjemuran ataupun dengan meniupkan udara panas terhadap bahan pakan. Batas kadar air yang dinilai aman untuk penyimpanan adalah 13 - 14% dan kelembaban kurang dari 70%.
Pengendalian secara fisik dan mekanis
Lingkungan perlu dimanipulasi secara fisik agar tidak terjadi pertambahan populasi serangga. Pada suhu lebih rendah dari 5℃ dan di atas 35℃, perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk gabah. Sortasi dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh) termasuk cara untuk menekan perkembangan serangga. Bahan nabati yang digunakan untuk melindungi biji dipenyimpanan bervariasi, bergantung pada daerah dan masyarakatnya serta ketersediaan tanaman dan metode penyediaannya. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantana camara (Bergvinson 2002), daun Ageratum conyzoides, dan Chromolaena odorata (Bouda et al. 2001), akar Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji Annona sp. Dan Melia sp. (Bergvinson 2002).
Pengendalian kimiawi dan hayati
Beberapa insektisida nabati (PBI), termasuk alelokimia senyawa seperti minyak atsiri, digunakan untuk mengendalikan hama serangga sistem penyimpanan. Ekstrak tumbuhan yang memiliki sifat insektisida sudah tersedia secara komersial dalam bentuk murni, bubuk, atau mentah dan disajikan sebagai racun kontak. Mereka bertindak sebagai pengatur pertumbuhan, atraktan, atau anti-pakan dan menunjukkan toksisitas ketika serangga rentan terkena atau menelan racun. Daya tetas telur ngengat beras menurun dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak tumbuhan, menunjukkan bahwa ekstrak memiliki sifat ovisidal yang signifikan. Begitu pula Annona squamosa, Azadirachta indica, dan Piper nigrum L. (lada hitam) terbukti efektif dalam mengendalikan infestasi C. cephalonica (Narangoda dan Karunaratne, 2009), sementara bubuk biji nimba dan bubuk biji apel custard adalah yang paling efektif terhadap Corcyra pada nasi (Jhala et al., 2018). Meskipun ada beberapa melaporkan kasus keberhasilan penerapan PBI terhadap serangga hama, penelitian lebih lanjut diperlukan mengenai toksisitas relatifnya dalam variabel kondisi lingkungan dan pengaruhnya terhadap organisme non-target, termasuk manusia, sebelum digunakan sebagai pelindung biji-bijian secara skala luas.
Sebagai bagian dari pendekatan pengelolaan hama terpadu, pengendalian biologis adalah alat yang menjanjikan untuk mengendalikan C. cephalonica dan lainnya SSP yang signifikan secara ekonomi (Mehendale et al., 2014) Beberapa parasitoid dan predator, misalnya sebagai Habrobracon hebetor, Venturia canesce, dan Blaptostethus pallescens, digambarkan sebagai agen biokontrol potensial pada ngengat beras. Itu mayoritas parasitoid yang berasosiasi dengan hama Lepidopterous yang disimpan produk milik ordo Hymenoptera (Eliopoulos et al., 2002). Namun, hingga saat ini, penggunaan agen biokontrol, khususnya parasitoids, terhadap hama produk yang disimpan masih relatif terbatas.
REFERENSI
Meena, H.R., Rana, B.S., Ameta, O.P., Meena, B.M., Kumar, A., Meena, A., 2014. Estimation of losses in stored maize caused by Corcyra cephalonica Stainton in Southern Rajasthan and their ecofriendly management. J. Biopestic. 7 (2), 186
Meena, H.R., Meena, A., Kumar, A., Meena, A.K., Chauhan, S.K., Meena, B.M., 2017. Impact of abiotic factors on the growth and development of Corcyra cephalonica Stainton in stored maize. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci 6 (5), 1599–1608.
Mehendale, S.K., Patel, M.B., Shinde, C.U., 2014. Evaluation of different rearing media for Corcyra cephalonica (Stainton) under laboratory condition. Bioscan 9, 259–264.
Menge, A.K., Naik, K.V., Golvankar, G.M., 2018b. Effect of edible oils against Corcyra cephalonica (St.) in stored groundnut kernel. Int. J. Commun. Syst. 6 (5), 2942–2946.
Narangoda, S.R.C.N.K., Karunaratne, M.M.S.C., 2009. Oviposition deterrent and insecticidal activities of some indigenous plant extracts against the Rice Moth, Corcyra cephalonica (Stainton).
Jhala, J., Vyas, A., Swami, H., Mordia, A., 2018. Efficacy of different plant products against rice moth (Corcyra cephalonica, Stainton) in rice. J. Entomol. Zool. Studies 6 (4), 1109–1112.