Pestisida telah menjadi bagian integral dari praktik pertanian modern. Pestisida, terutama insektisida, memberikan manfaat besar dalam meningkatkan produksi pertanian dengan mengendalikan hama yang merusak tanaman. Menurut penelitian, pestisida membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, menjaga kesehatan ternak, dan mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh serangga.
Meskipun pestisida sangat menguntungkan manusia, beberapa tahun terakhir telah muncul kekhawatiran mengenai dampak negatif pestisida pada organisme non-target, seperti kupu-kupu dan lebah yang dikenal sebagai bagian dari serangga penyerbuk.
Serangga penyerbuk seperti kupu-kupu dan lebah memainkan peran penting dalam menjaga kelimpahan dan keseimbangan tanaman di ekosistem. Penurunan populasi serangga penyerbuk, seperti lebah dan kupu-kupu akan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati, gangguan rantai makanan, dan penurunan hasil panen pada sektor pertanian karena reproduksi sebagian besar tanaman pangan, terutama buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan, sangat bergantung pada aktivitas serangga penyerbuk
Kupu-kupu juga merupakan salah satu jenis spesies indikator yang digunakan mengukur kesehatan lingkungan. Populasi kupu-kupu yang melimpah menunjukkan ekosistem yang seimbang dan berfungsi dengan baik, sedangkan penurunan populasi kupu-kupu sering kali menjadi tanda adanya gangguan lingkungan.
Beberapa penelitian telah mengevaluasi dampak beberapa jenis pestisida, terutama insektisida terhadap kupu-kupu. Ditunjukkan bahwa bahwa penggunaan pestisida berhubungan dengan penurunan jumlah spesies kupu-kupu di habitat pertanian.
Jalur Paparan dan Konsekuensi Jangka Panjang
Kupu-kupu dapat terpapar pestisida melalui berbagai jalur. Salah satu cara utama adalah melalui makanan. Kupu-kupu dewasa sering mengonsumsi nektar dari bunga dan larva kupu-kupu memakan daun yang bisa saja terkontaminasi oleh pestisida. Kontaminasi dapat terjadi scara tidak disengaja. Selain itu, beberapa jenis pestisida, seperti pestisida dari golongan neonicotinoid, bekerja secara sistemik, yang artinya pestisida akan diserap oleh tanaman dan dapat ditemukan di semua bagian tanaman, termasuk bunga dan daun dalam jangka waktu tertentu.
Selain paparan melalui makanan, kupu-kupu juga dapat terpapar pestisida melalui kontak langsung dengan tanaman atau tanah yang terkontaminasi. Misalnya, pestisida yang diterapkan dalam bentuk semprotan dapat menempel pada daun tanaman atau di permukaan tanah, dan kupu-kupu yang hinggap dapat menyerap bahan kimia tersebut melalui kutikula mereka.
Paparan jangka panjang pestisida terhadap kupu-kupu dapat menyebabkan dampak subletal yang tidak langsung mematikan, tetapi akan memengaruhi kesehatan, kemampuan reproduksi, atau perilaku serangga. Misalnya, kupu-kupu yang terpapar pestisida dalam dosis rendah mungkin masih bisa bertahan hidup, tetapi terjadi penurunan kesuksesan reproduksi atau anak-anak mereka mungkin memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi secara bertahap dari waktu ke waktu, bahkan jika tidak ada kematian langsung yang terlihat.
Pestisida dapat memengaruhi perkembangan larva kupu-kupu dengan memperlambat pertumbuhan atau menyebabkan deformasi. Larva yang terpapar pestisida memerlukan duras perkembangan yang lebih lama dan memiliki potensi cacat fisik yang tinggi sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai tahap dewasa yang sehat.
Pestisida juga dapat menyebabkan perubahan perilaku kupu-kupu dewasa, termasuk perubahan dalam pola makan dan pencarian makanan. Kupu-kupu yang terpapar pestisida akan kesulitan menemukan bunga untuk mendapatkan nektar, yang lebih lanjut akan mengakibatkan penurunan energi dan kemampuannya untuk bertahan hidup.
Beberapa pestisida, terutama yang bersifat neurotoksik seperti neonicotinoid, dapat memengaruhi sistem saraf kupu-kupu yang menganggu navigasi dan mobilitas. Kupu-kupu yang terpapar akan kesulitan terbang, menghindari predator, atau berpindah ke habitat yang lebih baik. Secara keseluruhan, hal ini dapat mengurangi kesintasan kupu-kupu di alam. Selain itu, karena kupu-kupu sering kali memiliki siklus hidup yang melibatkan migrasi atau perpindahan antarhabitat, penurunan populasi dna kemampuan terbang di satu area dapat berdampak pada populasi di daerah lain, sehingga mengganggu dinamika populasi kupu-kupu secara keseluruhan.
Upaya Pengurangan Dampak Negatif Pestisida
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif pestisida terhadap penurunan populasi kupu-kupu. Salah satu pendekatan yang paling efektif adalah dengan menggunakan pestisida secara bijaksana dan selektif. Misalnya, pestisida hanya perlu diterapkan pada area yang benar-benar membutuhkan. Selain itu,menggunakan pestisida yang bekerja secara spesifik pada hama target dapat mengurangi dampak negatif pada spesies non-target seperti kupu-kupu.
Selain itu, praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti pertanian organik, juga dapat membantu mengurangi paparan pestisida terhadap kupu-kupu. Di lahan pertanian organik, penggunaan pestisida sintetis dibatasi. Dapat dilakukan praktik rotasi tanaman yang dilakukan dengan mengganti jenis tanaman yang ditanam di lahan yang sama pada musim tanam berikutnya. Praktik ini dapat membantu mencegah penumpukan hama atau penyakit tertentu yang menyerang tanaman tunggal sehingga akan mengurangi kebutuhan akan pestisida.
Penelitian
Meskipun dampak negatif pestisida terhadap kupu-kupu telah cukup banyak dikaji, masih banyak celah penelitian yang dapat dilakukan untuk memahami dampak pestisida pada kupu-kupu secara lebih menyeluruh.
Masih ada banyak hal yang tidak diketahui mengenai berbagai jalur paparan yang mungkin terjadi di alam, termasuk konsumsi nektar, kontak dengan tanaman terkontaminasi, serta eksposur melalui tanah dan air. Ada juga kebutuhan untuk mengeksplorasi bagaimana pestisida bertranslokasi atau berpindah di ekosistem.
Penelitian yang menggabungkan data mengenai paparan pestisida dengan faktor biotik dan abiotik yang relevan di alam juga masih sangat dibutuhkan. Hal ini akan membantu memahami bagaimana faktor-faktor ini dapat memengaruhi respons kupu-kupu terhadap pestisida dan dampaknya pada tingkat populasi.
Meskipun beberapa serangga telah menunjukkan adanya mutasi genetik yang menyebabkan resistensi terhadap pestisida, penelitian mengenai hal tersebut pada kupu-kupu masih sangat terbatas. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai variasi genetik antara spesies kupu-kupu dalam kaitannya dengan sensitivitas terhadap pestisida .
Selain itu, penggunaan pestisida luar sektor pertanian, seperti di lingkungan perkotaan dan hunian manusia penting diperlukan untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana penggunaan pestisida di area non-industri ini mempengaruhi spesies kupu-kupu yang menghuni area tersebut .
Dengan melakukan studi lebih lanjut di area ini, para peneliti dapat lebih baik memahami kompleksitas dampak pestisida pada kupu-kupu dan mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk melindungi populasi serangga penyerbuk.
Nah, demikian ulasan singkat terkait dampak pestisida terhadap kupu-kupu . Semoga bermanfaat ya!
Author : Rahmidevi Alfiani
REFERENSI
Braak, N., Neve, R., Jones, A. K., Gibbs, M., & Breuker, C. J. (2018). The effects of insecticides on butterflies–A review. Environmental pollution, 242, 507-518.
Dover, J., Sotherton, N., & Gobbett, K. A. Y. (1990). Reduced pesticide inputs on cereal field margins: the effects on butterfly abundance. Ecological Entomology, 15(1), 17-24.
Mulé, R., Sabella, G., Robba, L., & Manachini, B. (2017). Systematic review of the effects of chemical insecticides on four common butterfly families. Frontiers in Environmental Science, 5, 32.
Olaya-Arenas, P., Hauri, K., Scharf, M. E., & Kaplan, I. (2020). Larval pesticide exposure impacts monarch butterfly performance. Scientific reports, 10(1), 14490.