Keong mas (Pomacea spp.), anggota famili Ampullariidae, adalah keong air tawar yang berasal dari Amerika Selatan, khususnya wilayah seperti Argentina, Brasil, dan Paraguay. Keong ini mulai menyebar ke Asia Tenggara pada tahun 1980-an melalui aktivitas perdagangan dan komersialisasi. Pada masa itu, keong mas cukup diminati sebagai hewan peliharaan akuarium karena keindahan cangkangnya.
Pelepasan keong mas ke lingkungan alami terjadi secara tidak sengaja akibat aktivitas manusia. Misalnya, keong ini dapat terbawa dalam air yang mengandung telur atau individu dewasa saat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Setelah berada di ekosistem air tawar, mereka mampu berkembang biak dengan cepat. Adaptasi yang luar biasa juga memungkinkan keong mas untuk bertahan di berbagai habitat perairan lainnya, seperti sawah, kolam, dan sungai, asalkan tersedia faktor pendukung seperti makanan, air, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan mereka.
Keong mas (Pomacea spp.), anggota famili Ampullariidae, adalah keong air tawar yang berasal dari Amerika Selatan, khususnya wilayah seperti Argentina, Brasil, dan Paraguay. Keong ini mulai menyebar ke Asia Tenggara pada tahun 1980-an melalui aktivitas perdagangan dan komersialisasi. Pada masa itu, keong mas cukup diminati sebagai hewan peliharaan akuarium karena keindahan cangkangnya.
Pelepasan keong mas ke lingkungan alami terjadi secara tidak sengaja akibat aktivitas manusia. Misalnya, keong ini dapat terbawa dalam air yang mengandung telur atau individu dewasa saat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Setelah berada di ekosistem air tawar, mereka mampu berkembang biak dengan cepat. Adaptasi yang luar biasa juga memungkinkan keong mas untuk bertahan di berbagai habitat perairan lainnya, seperti sawah, kolam, dan sungai, asalkan tersedia faktor pendukung seperti makanan, air, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan mereka.
Habitat dan Kemampuan Reproduksi
Keong mas dikenal sebagai hewan amfibi yang memiliki kemampuan hidup di air dan di darat. Pada malam hari, keong ini sering meninggalkan habitat perairan untuk mencari tumbuh-tumbuhan segar, sementara di siang hari mereka cenderung bersembunyi di sekitar permukaan air.
Keong mas sangat menyukai lingkungan dengan suhu hangat sekitar 25°C. Tetapi, mereka mampu bertahan dalam suhu yang lebih rendah dibandingkan spesies lain dalam genus Pomacea.
Cangkangnya memiliki bentuk bulat dengan tinggi antara 40–60 mm dan lebar 45–75 mm, tergantung pada musim dan kondisi lingkungan. Warna cangkang beragam, meliputi kuning, hijau, atau cokelat, dengan lima hingga enam pola lingkaran yang menyerupai saluran. Bukaan cangkangnya cukup besar dan berbentuk lonjong, di mana jantan memiliki bukaan yang lebih bulat dibandingkan betina. Terdapat operkulum sebagai penutup cangkang yang tebal dan menyerupai tanduk dengan warna yang bervariasi dari cokelat muda hingga tua. Selain itu, keong mas memiliki siphon atau saluran pernapasan yang bercorak bintik-bintik kuning, sementara tentakelnya melengkung di bawah cangkang ketika sedang beristirahat.
Penyebaran keong mas yang cepat dan kemampuan adaptasinya yang luar biasa telah memberikan dampak negatif yang signifikan pada sektor pertanian, terutama di Asia. Beberapa negara, seperti China, Malaysia, dan Indonesia, melaporkan kerusakan serius pada ribuan hektar lahan sawah akibat serangan keong mas. Hal tersebut dapat terjadi karena keong mas memiliki kecenderungan utama untuk memakan batang dan daun padi yang masih muda, dengan potensi merusak 7-24 bibit padi. Dampak ini lebih lanjut dapat mengancam integritas pasokan beras, yang menjadi makanan pokok dan sumber pendapatan utama di negara-negara ASEAN. Karena dampaknya yang sangat merusak, keong mas telah di kelompokan ke dalam 100 spesies hama invasif terburuk di dunia.
Selain kemampuan adaptasinya yang tinggi, siput padi juga memiliki daya reproduksi yang tinggi. Didtandai dengan produksi telurnya yang bisa mencapai 8700 telur setiap musim reproduksi.
Telur-telur keong mas berwarna kemerahan, menempel satu sama lain, dan diletakkan di tanah yang lembap, permukaan air, atau substrat berair lainnya. Setelah dierami oleh indukan selama 1-2 minggu, telur-telur tersebut akan menetas dan menghasilkan larva-larva kecil yang akan berenang dan bergerak aktif di air untuk mencari makanan. Setelah 15-25 hari larva akan tumbuh menjadi siput remaja dan menjadi siput dewasa. Masa reproduksi berlangsung dari 2 bulan sampai 3 tahun, namun periode ini dapat berkurang seiring dengan perubahan garis lintang dan lingkungan. Siklus hidup mereka akan menjadi lebih pendek pada kondisi yang baik atau ketika siput tetap aktif secara reproduktif sepanjang tahun dan menjadi lebih panjang ketika kondisi lingkungan tidak mendukung pertumbuhan mereka. Ketika tidak dapat berkembang biak karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung, keong mas akan mengubur diri di dalam lumpur dan menurunkan laju metabolismenya sambil menunggu kondisi lingkungan membaik.
Metode Pengendalian
Saat ini, banyak metode telah dikembangkan dan digunakan untuk mengendalikan invasi keong mas di sektor pertanian. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang menggunakan pendekatan integrasi multidisiplin merupakan strategi pengendalian yang meliputi pengendalian mekanis, fisik, kimia dan biologis telah dilaporkan cukup efektif mengatasi hama siput padi. Metode pengendalian fisik melibatkan pengambilan manual telur, sedangkan siput dewasa ditangkap menggunakan bantuan atraktan yang dapat dibuat dari kulit nangka, daun singkong, atau bayam. Selain itu, pemasangan kawat kasa di saluran air masuk area penanaman padi juga dapat dilakukan. Dalam praktik budidaya, menjaga kebersihan air dan tingkat air di sawah, misalnya di bawah ketinggian cangkang siput, serta praktik tanam langsung dengan memasukkan air setelah 7-10 hari penanaman, atau transplantasi bibit padi pada usia 30-40 hari dengan menjaga ketinggian air sekitar 5 cm juga dapat dilakukan. Kontrol biologis dapat melibatkan penggunaan limbah tembakau atau penggunaan predator alami seperti bebek dan Solenopsis germinata atau semut api sebelum penanaman dan setelah 35 hari penanaman. Sementara itu, pengendalian kimia dapat dilakukan dengan menggunakan zat aktif seperti niclosamide dan metaldehid.
Meskipun metode pengendalian yang telah disebutkan telah terbukti cukup efektif dalam mengurangi populasi keong mas, terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, seperti diperlukannya waktu dan tenaga yang tidak sedikit, serta kebutuhan biaya yang cukup besar. Selain itu, terdapat potensi bagi keong mas untuk mengembangkan resistensi terhadap penggunaan pestisida. Untuk mengatasi hal tersebut, pengendalian dapat dilakukan dengan mengintegrasikan metode pengendalian yang ada dengan teknologi. Misalnya, penggunaan sensor atau teknologi digital untuk pemantauan populasi siput secara real time di lapangan. Selain itu, penelitian mengenai pencarian senyawa alami yang lebih ramah lingkungan masih diperlukan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia.
Nah, demikian ulasan terkait keong mas sebagai hama invasif. Semoga bermanfaat ya!
REFERENSI:
Cowie, R. (2005). Pomacea canaliculata Global Invasive Species Database. http://www.issg.org/database/species/ecology.asp?si=135. Diakses pada 24 November 2023.
Holswade, E. and A. Kondapalli 2013. "Pomacea canaliculata" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed November 25, 2023 at https://animaldiversity.org/accounts/Pomacea_canaliculata/. Diakses 24 November 2023.
Marwoto, R.M & Isnaningsih, N.R. (2011). Keong Hama Pomacea di Indonesia : Karakter, Morfologi, dan Persebaranya. Berita Biologi. 10 (4) : 441-447.
Schiker, J., et al. (2016). Is There Hope for Sustainable Management of Golden Apple Snails, A Major Invasive Pest in Irrigated Rice. NJAS-Wagenigen Jurnal of Life Sciences. 79 : 11-21.
Salleh, N.H., et al. (2012). Distribution and Management of Pomacea canaliculata in the Northern Region of Malaysia : Mini Review. APCBEE Procedia. 2 : 129-134.
Sebastian, L. (2004). Pomacea canaliculata. https://www.applesnail.net/content/species/pomacea_canaliculata.htm. Diakses pada 24 November 2023.
Sebastian, L. (2004). Management Options for The Golden Apple Snail. https://www.applesnail.net/pestalert/management_guide/pest_management.htm. Diakses pada 24 November 2023.