Secara alami, kumbang ini dikenal sering ditemukan di bangkai-bangkai yang sedang mengalami proses dekomposisi. Oleh karena itu, kumbang ini dikenal dengan sebutan “kumbang bangkai”. Dalam bahasa Inggris, kumbang ini paling dikenal dengan sebutan hide beetle. Beberapa sebutan lainnya untuk kumbang ini yaitu leather beetle, skin beetle, tallow dermestid, fox beetle, prickly carpet beetle, spotted carpet beetle, dan thorny bacon beetle.
Meski dikenal sebagai kumbang yang membantu proses dekomposisi bangkai, ternyata keberadaan kumbang ini juga dapat menimbulkan gangguan sehingga acapkali dianggap sebagai hama. Bagaimana gangguan yang ditimbulkan oleh kumbang yang satu ini? Mari kita kenali lebih lanjut!
Morfologi, Siklus Hidup, dan Perilaku
Kumbang bangkai (Dermestes maculatus) mengalami proses metamorphosis holometabolik atau metamorphosis sempurna. Artinya, kumbang ini mengalami siklus hidup mulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa.
Telur kumbang bangkai berbentuk oval dan berwarna putih krim dengan ukuran panjang sekitar 1.5 mm. Kumbang bangkai betina yang dewasa biasanya dapat bertelur dengan jumlah mencapai ratusan telur. Telur-telur ini dapat dikeluarkan secara satu-satu atau berkelompok membentuk batch. Telur akan menetas dalam kurun waktu 2-6 hari.
Sementara itu, larva kumbang bangkai memiliki karakter yang berambut dan warnanya kecokelatan hingga biru kehitaman. Panjang larvanya berkisar 13-19 mm. Ada sepasang duri kaku yang muncul melengkung ke atas dari segmen kedua hingga segmen terakhir. Periode masa larva berada dalam rentang waktu 35 – 200 hari.
Larva akan melewati beberapa kali fase molting atau “berganti kulit”. Setelah melewati beberapa fase ini, larva yang dewasa akan cenderung menggali material atau substrat tempat ia berada, meliputi tulang, kayu, gabus kayu, plaster, Styrofoam, timah, atau bergerak menuju celah dan retakan yang ada untuk berkembang menjadi pupa.
Pupa kumbang ini memiliki bentuk oval dan ukuran yang sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan fase larva. Kumbang yang sedang mengalami fase pupa akan menggunakan lapisan kulit terakhirnya dari fase larva sebagai lapisan pelindung di fase pupa. Ujung-ujung dari pupal chamber kemungkinan ditutup oleh debris atau material dari larva yang sebelumnya larva tersebut makan. Fase pupa biasanya memiliki kurun waktu sekitar 5-30 hari.
Di fase dewasa, panjang tubuh kumbang berkisar sekitar 13 mm dengan warna cokelat gelap atau kehitaman. Pada bagian pronotum dan bawah terhadap tanda berwarna putih. Spesies ini memiliki karakterisasi struktur berupa titik-titik seperti paku kecil di bagian ujung elytra. Kumbang bangkai dewasa memiliki jangka hidup sekitar 200 hari dan punya kemampuan untuk terbang.
Kumbang bangkai akan menjadi sedikit kurang aktif terutama di musim dingin atau suhu rendah. Biasanya, kumbang akan tetap berada dalam fase larva selama waktu ini. Tahap ini dapat memiliki rentang mulai dari 35 hari hingga 238 hari tergantung kapan suhu akan mulai naik dan normal kembali.
Di alam, kumbang bangkai memiliki peran ekologi penting sebagai agen pembusukan atau dekomposisi bangkai. Mereka memiliki enzim spesial yang dapat membantu mereka untuk mencerna keratin. Enzim ini unik dan hanya ditemukan pada famili kumbang Dermestidae.
Oleh karena itu, kumbang ini kadang disebut sebagai volunteer museum karena aktivitas pembersihan bangkainya yang membantu proses pembentukan rangka (skeletonisasi) untuk spesimen zoologis. Kumbang bangkai merupakan hama kosmopolitan yang tersebar ke seluruh dunia, mencakup regional tropikal dan temperata.
Dampak Merugikan
Selain di bangkai, kumbang ini juga sering ditemukan di produk daging kering (dried meat) seperti makanan hewan peliharaan (pet food). Biasanya, kumbang ini sering ditemukan dalam bentuk “larva berambut” atau seperti “ulat bulu” yang berada di bagian dasar bungkus atau karung makanan hewan peliharaan. Larva ini tergolong sebagai pemakan yang rakus (voracious eaters)
Hal ini dapat terjadi karena larva-larva ini memiliki kemampuan untuk menggali kertas, kardus, styrofoam, dan kayu. Bekas galian ini biasanya terlihat dalam bentuk lubang berdiameter sekitar 6 mm. Selain itu, tanda bahwa material sudah terinfestasi hama adalah adanya cast skin atau “kulit bekas molting” yang tertinggal di material tersebut.
Pemantauan dan Pengendalian
Jika sudah terjadi infestasi, segera lakukan isolasi pada objek yang terinfestasi dan lakukan perawatan standar terhadap objek tersebut. Lakukan juga vacuum pada area secara menyeluruh, termasuk bagian celah dan retakan.
Untuk proses pemantauan atau monitoring, dapat menggunakan umpan yang sudah dirancang untuk menjadi atraktan kumbang ini. Biasanya umpan ini dapat dibuat dengan menggunakan selulosa dan campuran feromon. Umpan ini tentunya juga dapat diaplikasikan pada perangkap.
Perangkap ini umumnya dapat berupa flat traps, yang berbentuk persegi panjang dan datar dan dapat dipasang pada permukaan rata. Umpan diletakkan bersamaan dengan material yang sifatnya lengket untuk menangkap kumbang.
Ketika infestasi sudah terjadi, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menemukan darimana kumbang itu berasal lalu segera menyingkirkan sumber itu. Semakin besar jumlah kumbang bangkai yang ditemukan di perangkap, hal ini mengindikasikan bahwa semakin dekat pula kita dengan sumber infestasi. Sumber ini dapat berupa taksidermi, makanan hewan peliharaan, atau objek apapun yang bersifat meat-based.
Ketika sumber infestasi sudah ditemukan, disarankan untuk langsung membungkus sumber tersebut dalam sebuah kantung dan segera dibuang ke tempat pembuangan secara aman. Hal lain yang bisa dilakukan adalah membekukan kantung tersebut selama 1 minggu dengan tujuan utnuk membunuh seluruh tahap dari kumbang bangkai.
Jika sumber infestasinya cukup besar seperti taksidermi, dapat dilakukan steam cleaning ataupun freezing yang diperkirakan dapat membunuh serangga di area permukaan. Penggunaan bahan kimiawi harus sebisa mungkin dihindari pada sumber ini, jika tidak bisa dengan dua cara sebelumnya, maka dapat dilakukan dengan cara anoksik menggunakan karbon dioksida atau fumigasi gas.
Demikian informasi terkait kumbang bangkai. Semoga bermanfaat, ya!
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
REFERENSI
Archer, M.S. & Elgar, M.A. (2007). Cannibalism and delayed pupation in hide beetles, Dermestes maculatus DeGeer (Coleoptera: Dermestidae). Australian Journal of Entomology. 37 (2): 158–161.
Rustin, M.H.A. & Munro, D.D. (2006). "Papular urticaria caused by Dermestes maculatus Degeer. Clinical and Experimental Dermatology. 9 (3): 317–321.
Samish, M., Argaman, Q., & Perelman, D. (1992). Research note: the hide beetle, Dermestes maculatus DeGeer (Dermestidae), feeds on live turkeys. Poultry Science. 71 (2): 388–390.
Usman, Z. Ayertey, J., & Cobblah, M. (2013). Development of Dermestes Maculatus (DeGeer , 1774) (Coleoptera, Dermestidae) on Different Fish Substrates. Jordan Journal of Biological Sciences. 6. 5-10. 10.12816/0000251.
Woodcock, L., Gennard, D., & Eady, P. (2013). Egg laying preferences and larval performance in Dermestes maculatus. Entomologia Experimentalis et Applicata. 148. 10.1111/eea.12089.