Kumbang Blister (Coleoptera: Meloidae) Penghasil Zat Cantharidin

Kumbang Blister (Coleoptera: Meloidae) Penghasil Zat Cantharidin
13
Kamis, 13 Juni 2024

Meloidae, umumnya dikenal sebagai kumbang blister atau kumbang lepuh, merupakan serangga yang dapat ditemukan di seluruh dunia dan cukup beragam dengan lebih dari 2500 spesies dalam 120 genera. Kelompok ini menarik perhatian karena perilaku defensifnya yang terkait dengan produksi senyawa vesicant sebagai racun.

Monoterpen anhidrida cantharidin adalah senyawa yang dihasilkan oleh kumbang blister. Secara alami, cantharidin bertindak sebagai afrodisiak bagi serangga jantan dan betina dewasa.

Cantharidin juga dapat menyebabkan lepuh saat bersentuhan dengan kulit sehingga keberadaannya menjadi masalah bagi manusia.

Artikel ini akan membahas mengenai kumbang blister, lengkap dengan penjelasan bahaya dan cara mengobati lepuh akibat kumbang blister. Yuk simak uraian di bawah ini.

Mengenal Lebih Dekat dengan Kumbang Blister.

Kumbang blister memiliki tubuh yang panjang dan ramping. Mereka memiliki struktur elytra, yaitu penutup sayap yang mengeras yang melindungi sayap mereka.

Kumbang blister memiliki kaki yang panjang dan kurus, serta dapat bergerak dengan cepat apabila mereka terganggu.

Kumbang blister memiliki berbagai macam warna tergantung dari spesiesnya, termasuk hitam, coklat, abu-abu, dan hijau. Mereka dapat tumbuh dengan ukuran panjang mencapai 1-2 inci.

Kumbang blister mengalami metamorfosis yang lengkap (holometabola), artinya mereka melewati empat tahap berbeda: telur, larva, pupa, dan dewasa.

Kumbang blister termasuk serangga herbivora yang memakan berbagai tanaman, termasuk alfalfa, kacang-kacangan, dan tomat. Mereka juga tertarik pada bunga dan dapat menjadi penyerbuk penting di beberapa ekosistem.

Bahaya Kumbang Blister yang Menghasilkan Zat Cantharidin.

Di alam, kumbang blister dewasa berperan sebagai penyerbuk dan predator alami serangga lainnya. Larva dari beberapa spesies kumbang bersifat parasit dan memakan telur belalang sehingga mampu mengendalikan populasi belalang.

Meskipun kumbang blister memiliki manfaat, tetapi kita perlu berhati-hati dengan keberadaan kumbang blister di lingkungan karena mereka diketahui beracun dan dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia dan hewan.

Kumbang blister mampu menghasilkan zat beracun yang disebut cantharidin. Zat ini telah teramati sangat beracun terhadap manusia, burung, amfibi, dan mamalia lainnya.

Larva memproduksi dan mengakumulasi cantharidin selama mereka tumbuh dan berkembang. Saat dewasa, kandungan cantharidin lebih tinggi pada jantan dibandingkan betina pada spesies yang sama.

Pengamatan sebelumnya melaporkan bahwa konsentrasi cantharidin pada Mylabris variabilis yang telah dikumpulkan dari Italia berkisar antara 0,001 mg dan 0,994 mg per kumbang.

Kumbang tidak menggigit atau menyengat, mereka hanya mengeluarkan cairan cantharidin. Ketika kumbang ditekan atau diremukkan, mereka akan mengeluarkan atau melepaskan zat cantharidin.

Cantharidin dikeluarkan memalui sendi kaki dan/atau pori-pori antena dari kumbang blister. Kemudian, kontak serangga dan kulit korban menyebabkan zat tersebut bereaksi.

Setelah kontak terjadi, cantharidin diserap oleh lapisan lipid membran sel epidermis korban yang menghasilkan aktivasi atau pelepasan protease serin netral. Hal ini menyebabkan degenerasi plak desmosmal sehingga terjadi pelepasan tonofilamen dari desmosom. Proses ini menyebabkan akantolisis dan lepuh intra-epidermal, serta lisis kulit yang tidak spesifik.

Tanda dan gejala akibat cantharidin biasanya dimulai dalam 12 hingga 24 jam.

Cantharidin akan menyebabkan dermatosis apabila kontak dengan kulit. Selain itu, menelan cantharidin diketahui dapat menyebabkan masalah gastrointestinal yang parah, termasuk mual, muntah, dan diare.

Cara Mengobati Lepuh Akibat Kumbang Blister.

Lepuh kulit akibat cantharidin dari kumbang blister sering terjadi di bagian leher dan lengan serta area tubuh lain yang tidak tertutup.

Lepuh akibat kumbang blister dapat dicegah dengan menghindari kontak secara langsung. Untuk menghindari pertemuan dengan kumbang blister, penting untuk mengenakan pakaian pelindung dan sarung tangan saat bekerja di area yang diketahui terdapat kumbang tersebut.

Jika kumbang telah hinggap di kulit, disarankan untuk meniupnya daripada menghancurkannya.

Jika timbul lepuh, mencuci area yang terkena dengan sabun dan air, serta melakukan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri. Selain itu, bisa dibersihkan dengan aseton, eter, atau alkohol untuk melarutkan dan mengencerkan cantharidin.

Area lepuh ditutup sampai terserap untuk mengurangi penyebaran cairan yang mengandung cantharidin. Pemberian obat topikal simtomatik dengan antihistamin juga dapat dilakukan.

Nah, demikian ulasan singkat terkait Kumbang Blister

Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.

 Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training mencakup:

  1. Basic Pest Management Training (BPT)
  2. Advanced Pest Management Training (APT)
  3. Pest Control Mentoring (PCM)
  4. In House Training

Selain itu, adapun konsultan manajemen dan sertifikasi bebas hama untuk penilaian keberadaan hama.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.

Author : Dherika

Referensi

Allen, M. (2023). Memahami Kumbang Blister: Biologi, Habitat, dan Potensi Risikonya. Retrieved from https://petreader.net/id/memahami-habitat-biologis-kumbang-lepuh-dan-potensi-risikonya/ (Accessed: June, 7th, 2024).

Bologna, M.A., & Pinto, J.D. (2001). Phylogenetic Studies of Meloidae (Coleoptera), with Emphasis on the Evolution of Phoresy. Systematic Entomology, 26: 33-72. https://doi.org/10.1046/j.1365-3113.2001.00132.x.

Ghoneim, K.S. (2013). Human Dermatosis Caused by Vesicating Beetle Products (Insecta), Cantharidin and Paederin: An Overview. World Journal of Medicine and Medical Science, 1(1): 1-26.

Giles, A.L. (2020). Lax Beetle Dermatosis. Retrieved from https://dermnetnz.org/topics/lax-beetle-dermatosis (Accessed: June 7th, 2024).

iNaturalist. (2024). Epicauta rufidorsum. Retrieved from https://www.inaturalist.org/taxa/326467-Epicauta-rufidorsum (Accessed: June 9th, 2024).

Jakovac-Strajn, B., Brozi´c, D., Tavˇcar-Kalcher, G., Babiˇc, J., Trilar, T., & Vengust, M. (2021). Entomological Surveillance and Cantharidin Concentrations in Mylabris variabilis and Epicauta rufidorsum Blister Beetles in Slovenia. Animals, 11(220): 1-9. https://doi.org/10.3390/ani11010220.

Nicholls, D.S.H., & Christmas, T.I. (1990). Oedemerid Blister Beetle Dermatosis: A Review. Journal of the American Academy of Dermatology, 22: 815-819.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA