Manajemen Hama Gudang

Manajemen Hama Gudang
26
Senin, 26 Februari 2024

Beras merupakan komoditas pangan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia dan sebagian penduduk Asia. Pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 2% per tahun, dan  konsumsi beras dalam negeri meningkat hingga  30 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan gizi, beras seringkali disimpan dalam jangka waktu lama sebelum dikonsumsi. Dalam penyimpanan beras, jika tidak dilakukan pengolahan pasca panen yang baik maka kualitas dan kuantitasnya akan terpengaruh. Salah satu penyebab kerusakan beras dalam gudang penyimpanan adalah Rhyzopertha dominica.

Figure 1. Kumbang penggerek, Rhyzopertha dominica
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Rhyzopertha)

SIKLUS HIDUP

Secara umum, spesies ini mengalami metamorphosis sempurna. Siklus hidupnya terdiri atas telur, larva, pupa dan imago. Telur kumbang ini secara umum berukuran 0.5 – 0.6 mm dan diletakkan di dalam biji-bijian. Telur-telur ini akan berada dalam kelompok-kelompok mencapai 30 butir pada biji-bijian. Ciri-ciri telur berbentuk oval, berwarna keputihan saat diletakkan tetapi akan berubah menjadi merah muda seiring waktu. Larva spesies ini berukuran hingga 3,2 mm. Instar pertama biasanya berbentuk memanjang, berukuran sekitar 1 mm dan sangat aktif. Instar selanjutnya memiliki badan berwarna putih dengan kepala gelap dan sebagian besar tidak bergerak. Fase larva spesies ini berlangsung dalam 4 instar. Fase pupa kumbang ini memiliki panjang mencapai 3,9 mm dan umumnya, terjadi di dalam kernel. kepompong tidak makan atau bergerak, tetapi pupa mampu melakukan pergerakan menggeliat yang terbatas. Setelah muncul dengan mengunyah lapisan luar biji-bijian, kumbang dewasa akan tumbuh dan mencapai ukuran 2 – 3 mm serta berbentuk silinder. Warnanya kemerahan- berwarna coklat sampai coklat tua dan agak mengkilat. Kumbang betina dapat menghasilkan antara 200 dan 500 telur seumur hidupnya. Secara umum, kumbang dapat hidup sampai 240 hari.

KERUSAKAN

Serangga kumbang gabah adalah hama gudang utama yang menyerang gabah dan gandum di banyak belahan dunia. Serangga dari ordo Coleoptera ini menyerang dengan cara menusuk dengan menggunakan mandibelnya yang kuat. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama R. dominica tidak hanya menurunkan kualitas dan kuantitas benih, tetapi juga dapat menurunkan kemampuan benih untuk berkecambah, karena yang diserang hama ini adalah inti benih. Selain itu R. dominica juga dapat menstimulir serangan hama sekunder Tribolium castaneum karena adanya tepung hasil gerekan dari R. dominica. Serangan berat dari R. dominica dapat menyebabkan kehilangan sekitar 7% dalam 6 bulan (Kalshoven, 1941 dalam Kalshoven, 1981). Menurut Madalina (2009) hama ini juga mengurangi jumlah kandungan gizi pada bahan pangan simpanan.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN

Pada dasarnya tahap pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara alami dan kimiawi. Secara umum pencegahan dan pengendalian hama gudang antara lain:

1. Menjaga kebersihan gudang

Hama gudang menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan karena ukurannya yang kecil, secara sekilas sering tidak terlihat. Oleh karena itu pengusaha atau produsen beras hendaknya senantiasa menjaga kebersihan gudang mulai dari sejak di gudang penggilingan hingga gudang penyimpanan.

2. Kemasan kedap udara

Semua makhluk hidup termasuk serangga memerlukan udara untuk aktivitas pernafasan. Oleh karena itu salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mendesain kemasan beras yang kedap udara.

3. Menurunkan tingkat kadar air

Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.

4. Meningkatkan derajat sosoh

Serangga hama gudang sangat menyukai zat-zat yang terdapat dalam bekatul atau tepung karena banyak mengandung lemak, protein dan vitamin.

Pengendalian secara fisik dan mekanis

Lingkungan perlu dimanipulasi secara fisik agar tidak terjadi pertambahan populasi serangga. Pada suhu lebih rendah dari 5 dan di atas 35, perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk gabah. Sortasi dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh) termasuk cara untuk menekan perkembangan serangga. Bahan nabati yang digunakan untuk melindungi biji dipenyimpanan bervariasi, bergantung pada daerah dan masyarakatnya serta ketersediaan tanaman dan metode penyediaannya. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantana camara (Bergvinson 2002), daun Ageratum conyzoides, dan Chromolaena odorata (Bouda et al. 2001), akar Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji Annona sp. Dan Melia sp. (Bergvinson 2002).

Pengendalian hayati

Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami dimaksudkan untuk menurunkan atau menekan populasi hama. Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk. Aplikasi Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml dengan takaran 20ml/kg biji dapat membunuh 50% kumbang bubuk. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) juga mampu menekan perkembangan kumbang bubuk (Brower et al., 2003).

Pengendalian kimiawi

Fumigan merupakan senyawa kimia, yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas, kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan sistem kedap udara, seperti penyimpanan dalam silo dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3) dan methyl bromida (CH3Br) (Subramanyam and Hagstrum 1995) terhadap Rhyzoperta dominica (Fabricius), yang menginfeksi biji dengan bau khas yang tajam. Bau ini diproduksi oleh serangga betina sebagai Hama Sekunder dan Primer.

 

REFERENSI

Brower, J. 2003. Stored Product Management. Oklahoma Cooperative Extension Service Division of Agricultural Sciences and Natural Resources Oklahoma State University. www.okstate.edu/ag/aged cm4h/pearl/ e912/ch13/ch13f29

Edde, P. A. (2012). A review of the biology and control of Rhyzopertha dominica (F.) the lesser grain borer. Journal of Stored Products Research, 48, 1–18. https://doi.org/10.1016/j.jspr.2011.08.007

Mallis, A. (2011). Handbook of pest control (10th ed.). Mallis Handbook LLC.

Smith, E. H., & Whitman, R. C. (1996). NPMA field guide to structural pests. NPMA.

Subramanyam, B. A W. H. Daoids. 1996. Sampling. Dalam Subramanyam, B. et aI (ed.). Management of insects in stored product. New York - Basel- Hongkong.

 

Triplehorn, C. A., & Johnson, N. F. (2005). Borror and DeLong's introduction to the study of insects (7th ed.). Brooks/Cole.

 

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA