Tahukah kamu, cerambycids umumnya dikenal sebagai kumbang bertanduk panjang, longicorn, capricorn, penggerek berkepala bulat, kumbang kayu, kumbang kambing (bock-käfern), atau kumbang sawyer.
Kumbang ini disebut tanduk panjang karena mereka memiliki antena yang panjang, terutama pada individu jantan.
Antena yang panjang dan badan yang agak memanjang digunakan untuk mengidentifikasi kumbang ini (Kariyanna et al., 2017).
Cerambycids teramati tidak menunjukkan segala bentuk perilaku courtship sebelum kopulasi. Begitu berada di dekat betina, individu jantan biasanya mendekati betina secara langsung dan mencoba untuk naik, lalu berkopulasi. Tindakan ini biasanya terjadi di malam hari atau sore hari.
Selain itu, feromon yang bertindak dalam jarak jauh tampaknya jarang terjadi pada individu betina.
Oleh sebab itu, individu jantan memiliki morfologi antena yang panjang karena sensitivitas terhadap feromon akan ditingkatkan dengan meningkatkan luas permukaan antena, yang mengarah pada evolusi antena bercabang yaitu lamellate, pectinate, serrate, dll.
Antena yang panjang juga digunakan untuk memudahkan lokalisasi tanaman inang yang sesuai untuk oviposisi. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa antena cerambycids yang memanjang memberikan keseimbangan saat berjalan di atas ranting yang ramping (Kariyanna et al., 2017).
Kumbang tanduk panjang dilaporkan tersebar di New York dan Chicago, untuk pertama kalinya pada tahun 1996 menyebabkan kerusakan parah pada pohon kayu keras. Mereka juga diperkenalkan dari Tiongkok melalui shipment material yang selanjutnya hama ini telah menyerang Inggris dan Italia (Kariyanna et al., 2017).
Gambar: Siklus Hidup Kumbang Tanduk Panjang Asia (The University of Vermont, 2001).
Kumbang tanduk panjang bersifat ovipar dengan karakteristik telurnya yang memanjang, lonjong atau fusiform hingga elips (Gambar 2) dan seringkali memiliki korion tipis yang fleksibel, bentuknya dapat beradaptasi dengan ruang sempit tempat mereka diletakkan.
Telur Cerambycidae memiliki panjang 1-7 mm dan seekor betina biasanya bertelur 25-100 (hingga 600) telur selama masa hidupnya. Telur akan menetas menjadi larva dalam 1-3 minggu.
Larvanya berwarna putih atau putih kekuningan atau oranye pucat dan memiliki rahang penggigit (mandibula) berwarna hitam yang kuat (Gambar 2), yang dengannya mereka mampu menembus kayu yang paling keras (Kariyanna et al., 2017).
Perkembangan larva sangat bervariasi tetapi pada sebagian besar spesies biasanya memerlukan waktu 16-18 bulan (Hayat, 2022). Larva instar awal biasanya memakan kambium dan floem pada kayu dan akan memasuki bagian gubal pada kayu di tahap selanjutnya hingga menjadi pupa.
Larva akan membuat ruang atau lubang pada kayu terlebih dahulu sebelum menjadi pupa.
Tahap pupa berlangsung antara satu minggu hingga satu bulan, lalu mereka akan eklosi menjadi serangga dewasa (Kariyanna et al., 2017).
Kumbang dewasa jarang terbang dan cenderung tinggal di permukaan inang tempat mereka berkembang.
Perkawinan terjadi antara 8 jam dan dua hari setelah eklosi. Jantan memiliki kemampuan kawin beberapa kali. Serangga dewasa jantan dapat hidup 7–15 hari dan betina dapat hidup 19–25 hari. Kumbang dewasa memakan kulit kayu dan mereka memiliki kecenderungan yang aneh untuk mengunyah lebih banyak daripada yang mereka telan (Hayat, 2022).
Cerambycidae adalah salah satu kelompok serangga yang penting secara ekonomi. Mereka dilaporkan mengganggu dan merusak hutan, hasil hutan, pohon peneduh, pohon buah-buahan dan kacang-kacangan, tanaman sayur-sayuran dan ladang, benih, serta anggrek.
Beberapa spesies tanaman yang menjadi inang untuk perkembangan kumbang tanduk panjang, di antaranya adalah maple, pecan, chestnut, walnut, apel, murbei, stone fruit, almond, apricot, bird cherry, pir, dan oak (Hayat, 2022).
Salah satu peneliti telah membedakan empat kategori pemilihan inang oleh cerambycids, yakni (1) inang yang sehat, (2) inang yang lemah dengan potensi pemulihan, (3) inang yang mengalami stres berat atau hampir mati, termasuk pohon yang baru saja ditebang, dan (4) inang mati atau membusuk, termasuk pohon yang sudah tua (Kariyanna et al., 2017).
Pada dasarnya larva bersifat fitofag dan menimbulkan kerusakan pada pohon inang. Larva akan membuat terowongan pada lapisan dalam kulit kayu, sehingga mengakibatkan berkurangnya penyerapan nutrisi, penuaan dini pada daun, rontoknya daun secara bertahap dan kematian pohon.
Selain larvanya yang merusak, kumbang dewasanya pun dapat merusak pohon tua maupun muda. Mereka memakan ranting dan dahan dari pohon, memakan getah hasil fermentasi, buah hasil fermentasi, serbuk sari, dan nektar (Kariyanna et al., 2017).
Upaya pengelolaan kumbang tanduk panjang di area yang terinfestasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan dan pemantauan secara rutin di hutan atau kebun buah-buahan untuk mengidentifikasi pohon-pohon yang rusak/terinfeksi, penebangan dan pembakaran pohon-pohon yang terkontaminasi, membudidayakan spesies pohon yang berketahanan tinggi, serta penggunaan tindakan sanitasi/fitosanitasi mencakup pengupasan kulit batang dan pengeringan dalam tungku pembakaran sebelum diperdagangkan (Hayat, 2022).
Banyak penelitian sebelumnya mengenai pengelolaan secara biologis terhadap kumbang tanduk panjang. Salah satunya adalah penggunaan jamur yang berkhasiat baik secara tunggal maupun kolektif dalam menekan populasi kumbang tersebut, contohnya pemanfaatan jamur parasit Sclerodermus turkmenicus dan Beauveria bassiana (Hayat, 2022).
Penerapan organofosfat, neonikotinoid, imidakloprid atau fosfin melalui injeksi ke dalam lubang pohon secara signifikan dapat membunuh larva dari kumbang tanduk panjang.
Selain itu, penyemprotan dimethoate 0,03%, chlorpyriphos 20EC, atau quinalphos 25EC (100 mL per 100 L air) akan menekan proses oviposisi dari kumbang.
Kapur (kalsium karbonat) sebaiknya juga digunakan untuk mengapur tanaman yang masih utuh dan masih muda karena dapat menghentikan betina bertelur dan juga melindungi pohon dari sengatan matahari.
Namun, sangat disarankan untuk tidak menggunakan bahan kimia secara berlebihan karena dapat mencemari lingkungan dan berdampak negatif terhadap kesehatan tanaman dan manusia/hewan. Tindakan pengendalian lain, seperti perangkap feromon seks, dapat digunakan karena mampu mengganggu perkawinan pada serangga dewasa (Hayat, 2022).
Demikian ulasan mengenai Aphis Gossypii. Jika mencari lembaga pelatihan pengendalian hama, Ahli Hama adalah lembaga independen yang dapat dipilih.Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training mencakup:
1. Basic Pest Management Training (BPT)
2. Advanced Pest Management Training (APT)
3. Pest Control Mentoring (PCM)
Selain itu, adapun layanan konsultan manajemen hama dan sertifikasi bebas hama yang dapat dipilih.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1625-0931.
Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat ya.
Hayat, U. (2022). City Longhorn beetle (Aeolesthes sarta): A Review of the Species, Its Distribution, Ecology, Damage, Prevention and Control. Journal of Forest Science, 68(6): 199-212. https://doi.org/10.17221/34/2022-JFS.
Kariyanna, B., Mohan, M., & Rajeev, G. (2017). Biology, Ecology and Significance of Longhorn Beetles (Coleoptera: Cerambycidae). Journal of Entomology and Zoology Studies, 5(4): 1207-1212.
The University of Vermont. (2001). Asian Longhorend Beetles. Retrieved from https://www.uvm.edu/albeetle/biology/lifecycle.html (Accessed: April 19th, 2024).