Pencegahan Infestasi Kutu Rambut

Pencegahan Infestasi Kutu Rambut
10
Selasa, 10 September 2024

Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupakan ektoparasit kecil tanpa sayap yang secara khusus hidup dan berkembang biak di kulit kepala manusia. Parasit ini bersifat spesifik pada manusia, sehingga tidak ditemukan pada hewan peliharaan maupun hewan liar lainnya.

Masalah kutu rambut bukan hanya persoalan di negara berkembang, tetapi juga menjadi perhatian di negara maju. Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 12 juta orang mengalami infestasi kutu rambut setiap tahun, menunjukkan bahwa masalah ini bersifat global dan tidak terbatas pada kondisi sanitasi atau ekonomi tertentu. Kondisi lingkungan seperti suhu yang hangat dan kering, serta tingginya kepadatan penduduk sangat berperan penting dalam meningkatkan prevalensi infestasi kutu rambut di suatu wilayah.

Siklus hidup kutu rambut terdiri dari tiga tahap utama, yaitu  telur, nimfa, dan kutu dewasa. Betina dewasa akan meletakkan telur, yang dikenal sebagai nits, di dekat permukaan kulit kepala. Telur ini berukuran sekitar 0,3 mm, berbentuk lonjong, dan berwarna putih kekuningan. Biasanya, telur yang sudah diletakkan akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 8-9 hari. Nimfa kemudian berkembang menjadi kutu dewasa dalam jangka waktu 9-12 hari yang akan memiliki kuran sebesar biji wijen, memiliki enam kaki, dan berwarna cokelat keabu-abuan. Kutu rambut dewasa dapat hidup hingga 30 hari di kepala inangnya, tetapi di luar kepala, mereka hanya mampu bertahan selama 1-2 hari (CDC, 2020; MNT, 2022).

Infestasi kutu rambut merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi, terutama di kalangan anak-anak. Mereka cenderung lebih rentan terhadap infestasi atau kontaminasi kutu rambut karena memiliki  aktivitas sosial yang lebih intens dan frekuensi kontak fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, sistem kekebalan tubuh anak yang belum sepenuhnya matang juga menjadi faktor yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap infestasi. 

Karena kutu rambut tidak memiliki kemampuan untuk melompat atau terbang, penyebaran umumnya terjadi melalui kontak langsung antara rambut orang yang terinfestasi dan individu lain. Penularan juga bisa terjadi akibat penggunaan barang-barang pribadi secara bersamaan, seperti sisir, topi, bantal, atau pakaian. Infestasi kutu rambut tidak berkaitan dengan tingkat kebersihan seseorang, sehingga siapa pun, termasuk mereka yang menjaga kebersihan dengan baik, dapat terinfestasi.

Walaupun kutu rambut bukan merupakan vektor pembawa penyakit, gigitannya dapat menyebabkan ketidaknyamanan karena menimbulkan rasa gatal dan kesulitan tidur. Salehi et al. (2014) menyatakan bahwa kontaminasi kutu rambut bahkan dapat menimbulkan dampak negatif pada psikologis, sosial, dan pendidikan anak-anak sekolah. Sealin itu, garukan akibat rasa gatal yang berlebihan juga dapat menyebabkan iritasi kulit dan infeksi (CDC, 2020).

Penanganan infestasi kutu rambut harus dilakukan secara menyeluruh untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Beberapa pengobatan kutu rambut telah dipelajari dan diklasifikasikan menjadi pendekatan utama.

Pertama, pengobatan dapat dilakukan menggunakan sampo yang mengandung senyawa aktif permetrin 1%. Permetrin merupakan insektisida sintetik yang bekerja dengan mengganggu fungsi sistem saraf kutu. Sampo berbasis permetrin umumnya dioleskan langsung pada kulit kepala dan rambut, kemudian dibiarkan selama beberapa menit untuk memberikan waktu bagi senyawa aktif ini bekerja. Penggunaan permetrin dalam konsentrasi 1% telah terbukti aman dan efektif dalam mengatasi infestasi kutu rambut pada manusia. Namun, efektivitas pengobatan ini sering kali memerlukan aplikasi ulang beberapa hari setelah perawatan awal untuk memastikan seluruh kutu dan telur telah dibasmi secara menyeluruh.

Kedua, pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan produk non-neurotoksik seperti dimetikon dalam bentuk losion. Dimetikon merupakan senyawa berbahan dasar silikon yang digunakan sebagai pengobatan topikal dengan cara dioleskan pada rambut dan kulit kepala.

Senyawa dimetikon akan melapisi kutu dewasa dan telurnya (nits),  mengganggu sistem pernapasan kutu, dan membatasi pergerakan mereka, sehingga lebih lanjut akan menyebabkan kematian. Penggunaan dimetikon dinilai lebih efektif dibandingkan permetrin, karena tidak hanya membasmi kutu dengan lebih baik, tetapi juga tidak menyebabkan resistensi pada kutu. Resistensi tidak berkembang karena dimetikon bekerja secara fisik, bukan dengan menyerang sistem saraf kutu, sehingga kutu rambut sulit untuk beradaptasi mengatasi pengobatan tersebut.   

Ketiga, perawatan oral dapat dilakukan menggunakan obat-obatan seperti albendazole, diethylcarbamazine, dan ivermectin, yang telah dilaporkan efektif dalam mengatasi infestasi kutu rambut. Obat-obatan ini bekerja secara sistemik, yaitu dengan memasuki aliran darah dan mempengaruhi kutu yang menghisap darah dari inangnya. Albendazole dan diethylcarbamazine, meskipun lebih sering digunakan untuk infeksi cacing, juga terbukti efektif melawan kutu rambut. Ivermectin, yang merupakan obat antiparasit yang lebih umum, bekerja dengan melumpuhkan kutu dan menghambat kemampuannya untuk bergerak serta berkembang biak. Pemberian obat-obatan ini dapat memberikan alternatif atau tambahan bagi terapi topikal dalam pengelolaan infestasi kutu rambut.

Keempat, perawatan fisik melibatkan penggunaan metode manual seperti menyisir rambut secara teratur dengan sisir khusus kutu. Sisir kutu adalah alat yang dirancang khusus dengan gigi-gigi halus yang rapat untuk menghilangkan kutu dewasa, nimfa, dan telur dari rambut dan kulit kepala. Menyisir rambut secara rutin dapat membantu mengurangi jumlah kutu yang ada dan mencegah penyebarannya lebih lanjut, serta sering kali digunakan sebagai bagian dari pendekatan pengobatan terpadu. Metode ini juga bermanfaat dalam membantu mengidentifikasi dan memantau keberadaan kutu selama proses perawatan, terutama setelah penggunaan produk kimia atau obat oral.

Selain itu, untuk mengurangi infestasi kutu rambut dan mencegah penyebarannya, beberapa langkah pencegahan dapat diterapkan. Pertama, penting untuk menghindari kontak fisik langsung dan berbagi barang pribadi seperti pakaian dan sisir dengan orang lain, karena kutu dapat berpindah melalui benda-benda ini. Kedua, sisir dan alat pribadi lainnya yang mungkin terkontaminasi harus direndam dalam air panas selama minimal lima menit, dan barang-barang yang tidak dapat dicuci sebaiknya disimpan dalam kantong plastik tertutup selama sekitar dua minggu untuk membunuh kutu yang mungkin bertahan. Ketiga, pembersihan rutin pada karpet, permadani, kasur, dan lantai dengan menggunakan vacuum cleaner dapat membantu menghilangkan telur dan kutu yang mungkin tersebar di lingkungan. Terakhir, mencuci pakaian, seprai, dan barang-barang lain secara rutin dengan sabun dapat mengurangi kemungkinan infestasi lebih lanjut (MNT, 2022).

Penting untuk selalu memantau keberadaan kutu rambut terutama pada anak-anak. Penggunaan obat-obatan yang dijual bebas harus mengikuti petunjuk khusus yang tertera di kemasan seperti berapa durasi pemakaian obat dan bagaimana cara membilasnya. Perawatan berulang mungkin diperlukan untuk mengatasi seluruh kutu rambut di kepala. Apabila penggunaan senyawa tertentu tidak bisa mengatasi keberadaan kutu rambut, akan lebih baik melakukan konsultasi ke dokter sehingga mendapatkan perawatan yang tepat.

Demikian informasi terkait pencegahan infestasi kutu rambut. Semoga bermanfaat, ya!

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931

Author : Rahmidevi Alfiani  

REFERENSI

CDC.(2020). Pediculosis. https://www.cdc.gov/dpdx/pediculosis/index.html. Diakses pada 16 September 2023.

Cleveland Clinic. (2023). Head Lice. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10824-head-lice. Diakses pada 16 September 2023.    

Heukelbach, J., et al. (2008).A Highly Efficacious Pediculicide Based on Dimeticone : Randomized Observer Blinded Comparative Trial.BMC Infect Dis. 8 : 115.

MNT.(2022). The Life Cycle of Lice : What to Know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/life-cycle-of-lice. Diakses pada 16 September 2023.  

Saghafipour, A., et al. (2021). Study of Efficacy of 1% Permethrin Shampoo and Some Traditional Physical Treatment for Head Lice Infestation. International Journal of Preventive Medicine. 12(1) : 1-14.

Salehi, S,, et al. (2014).A Study of Head Lice Infestation (Pediculosis capitis) Among Primary School Students in the Villages of Abadan in 2012. IJCBNM. 2 (3) : 196-200.

Solahuddin, G. (2019). Penderita Kutu Kepala Hampir Ditemykan di Seluruh Indonesia. https://health.grid.id/read/351887752/penderita-kutu-kepala-hampir-ditemukan-di-seluruh-indonesia-hanya-ada-2-cara-ampuh-mengatasinya?page=all. Diakses pada 16 September 2023.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA