Pestisida dan Risiko Kanker

Pestisida dan Risiko Kanker
01
Jumat, 1 November 2024

Pestisida berasal dari gabungan kata "pest," yang berarti hama, dan "cida," yang berarti membunuh. Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 434.I/Kpts/TP.207/7/201, pestisida adalah semua zat kimia, bahan lain, serta mikroorganisme dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak hasil pertanian. Jenis pestisida yang sering digunakan mencakup insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida, tergantung pada hama target yang ingin dibasmi.

Dalam dunia pertanian, pestisida jelas sangat membantu petani dalam menjaga produksi serta kesehatan tanaman. Namun, sejumlah isu telah muncul mengenai dampak negatif pestisida terhadap kesehatan manusia dan hewan, terutama terkait peningkatan risiko kanker. Penelitian menunjukkan bahwa pestisida dapat memicu kanker pada manusia, seperti kanker kandung kemih dan kanker mata, melalui mekanisme perusakan DNA, gangguan regulasi hormon, serta inflamasi kronis. Selain dampaknya terhadap kesehatan, pestisida juga meninggalkan residu di lingkungan. Sayangnya, residu ini tidak hanya ditemukan di area pertanian, tetapi juga pada buah-buahan dan sayuran yang telah sampai ke pasaran.

Laporan European Food Safety Authority (EFSA) menunjukkan bahwa persentase sampel buah, sayuran, dan sereal yang mengandung residu pestisida meningkat dari 15% pada 1997 menjadi 27% pada 2010. Residu pestisida inilah yang disinyalir dapat meningkatkan risiko kanker pada konsumen. Walaupun pestisida menimbulkan kekhawatiran, terutama sebagai salah satu pemicu kanker, hingga saat ini, penelitian belum secara pasti membuktikan bahwa semua jenis pestisida secara langsung menyebabkan kanker pada manusia.

Beberapa penelitian memang menunjukkan adanya hubungan antara paparan pestisida tertentu dengan peningkatan risiko kanker. Misalnya, studi terbaru yang dilakukan oleh Christopher et al. (2023) memperlihatkan bahwa pestisida memainkan peran dalam memodulasi jalur yang terlibat dalam pembentukan kanker (onkogenesis), resistensi terhadap kemoterapi (kemoresistensi), dan penyebaran kanker (metastasis). Namun, pestisida yang diuji dalam penelitian ini adalah golongan organofosfat, yang penggunaannya saat ini sudah sangat dibatasi. Hal ini karena pestisida organofosfat telah lama diketahui memiliki potensi berbahaya terhadap kesehatan manusia.

Perlu dicatat bahwa penelitian yang menghubungkan jenis pestisida tertentu tidak bisa dianggap sebagai bukti yang sepenuhnya dapat dipercaya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi lain, seperti European Food Safety Authority (EFSA), menyatakan bahwa banyak faktor yang perlu diperhitungkan, seperti dosis paparan, lama terpapar, serta kondisi lingkungan. Selain itu, dalam tulisannya yang berjudul "Kebenaran tentang Pestisida dan Risiko Kanker," Chaudhary (2023) menekankan bahwa risiko karsinogenik dari pestisida tidak selalu dapat dikaitkan secara langsung apabila penggunaannya sesuai dengan regulasi.

Pestisida yang dilegalkan telah melalui berbagai uji keamanan yang ketat, mulai dari toksisitas hingga potensi penyebab kanker. Selain itu, bahan kimia pestisida yang digunakan dalam sektor pertanian tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen kelompok 1, yang merupakan klasifikasi tertinggi dalam kategori bahan penyebab kanker.

Penggunaan pestisida dalam agrikultur juga diatur secara ketat, baik dalam proses impor, manufaktur, penjualan, maupun distribusinya. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh paparan pestisida yang berlebihan atau oleh produk-produk yang tidak lolos uji regulasi. Kendati demikian, penting bagi para pekerja di bidang pertanian untuk terus mendapatkan edukasi terkait pestisida, terutama mengenai zat-zat yang berpotensi karsinogenik, agar mereka lebih waspada dan bijak dalam penggunaannya.

Terlepas dari pengaturan yang sudah ada, pengembangan alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan terhadap pestisida sintetik masih sangat diperlukan. Penelitian lebih lanjut perlu diarahkan pada solusi pertanian yang dapat meminimalkan ketergantungan terhadap suatu bahan kimia tertentu tanpa mengorbankan keamanan pangan.

Nah, demikian ulasan terkait pestisida dan Risiko Kanker . Semoga bermanfaat ya!

Author: Rahmidevi

REFERENSI:

Bayu, M.S., Prayogo, Y., & Indiati, S.W. (2021). Beuveria bassiana : Biopestisida Ramah Lingkungan dan Efektif untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Buletin Palawija. 19 (1) : 41-63.

Christoper, A.L., Mantrala, S., Vasilais, D.M.,, et al. (2023).Pesticides and Bladder Cancer : Mechanism Leading to Anti Cancer Drug Chemoresistance and New Chemosensitization Strategies. IJMS. 24 (4) : 1-12.

Chaudhary, S.K. (2023). The Truth About Pesticides and Cancer Risk. https://timesofindia.indiatimes.com/blogs/voices/the-truth-about-pesticides-and-cancer-risk/?source=app&frmapp=yes.  Diakses pada 2 September 2023.  

Silins, L., Korhonen, A., & Stenius, U. (2014).Evaluation of Carcinogenic Modes of Action for Pesticides in Frui on the Swedish Market Using a Text Mning Tool. Pharmacology. 5 : 115-118.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA