Serai (Cymbopogon citratus) telah lama dikenal sebagai tanaman yang memiliki berbagai manfaat, mulai dari bumbu dapur hingga sumber aroma yang menenangkan. Namun, tak hanya itu, serai juga mulai menarik perhatian sebagai bahan alami yang efektif untuk mengusir lalat rumah (Musca domestica) yang mengganggu.
Pemanfaatan serai sebagai pengusir lalat menawarkan solusi yang alami, ramah lingkungan, dan praktis untuk menjaga kebersihan serta kesehatan rumah. Kemampuan serai dalam mengusir lalat rumah didukung oleh kandungan senyawa alaminya, seperti sitronelal dan geraniol, yang memiliki sifat insektisida.
Penggunaan serai sebagai pengusir lalat tidak hanya efektif, tetapi juga mudah diaplikasikan, baik dalam bentuk minyak esensial, semprotan, maupun daun segarnya. Alternatif ini menjadi semakin relevan di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis dalam kehidupan sehari-hari.
Artikel ini akan membahas mengenai potensi serai sebagai bahan alami yang dapat mengendalikan lalat secara efektif. Yuk simak uraian di bawah ini.
Lalat rumah, Musca domestica, adalah spesies lalat yang paling umum dan tersebar luas secara global. Spesies ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kehidupan di lingkungan manusia, sehingga dikenal sebagai organisme eusinatropik dan endofilik.
Lalat rumah sering ditemukan dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti rumah sakit, pasar, rumah potong hewan, restoran, serta peternakan unggas dan ternak. Selain mengganggu, lalat ini juga membawa patogen yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu, kehadirannya di sekitar manusia perlu ditangani dengan serius.
Lalat rumah dapat menjadi pembawa berbagai kelompok organisme penyebab penyakit, termasuk bakteri, jamur, parasit, dan virus. Dari kelompok bakteri, lalat sering membawa bakteri enterik seperti Escherichia coli (EAEC, EHEC, ETEC, dan EPEC), Vibrio cholerae, dan Bacillus anthracis, yang masing-masing dapat menyebabkan penyakit enterik, kolera, dan antraks. Selain itu, ditemukan pula bakteri seperti Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Clostridium, yang dapat menyebabkan infeksi serius, termasuk infeksi nosokomial.
Kelompok jamur yang dibawa lalat termasuk genus Candida, Aspergillus, dan Penicillium, yang sebagian besar merupakan patogen manusia. Genus lain, seperti Microsporum, Rhizopus, dan Curvularia, lebih berpengaruh pada kesehatan hewan dan pertanian. Jamur ini umumnya ditemukan di permukaan tubuh lalat, seperti kutikula.
Parasit yang sering ditemukan pada lalat berasal dari genus Ascaris, Entamoeba, Trichiuris, dan cacing tambang, yang dapat menyebabkan penyakit enterik pada manusia. Selain itu, parasit seperti Metastrongylus dan Heamatopinus juga ditemukan pada lalat dan lebih dikenal sebagai patogen hewan domestik, termasuk babi.
Kelompok virus yang dapat dibawa lalat sebagian besar memiliki dampak pada hewan, seperti Senecavirus A pada babi dan sapi, virus PRRS yang menyebabkan sindrom reproduksi dan pernapasan pada babi, serta virus influenza unggas dan Newcastle yang menyerang unggas. Meskipun penelitian laboratorium menunjukkan lalat dapat membawa virus seperti Ebola, peran lalat dalam penyebaran virus tersebut di lingkungan alami masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut.
Lalat rumah menggunakan transmisi mekanis sebagai mekanisme utama untuk menyebarkan patogen. Mekanisme ini terjadi ketika patogen dipindahkan dari satu inang vertebrata ke inang lain tanpa berkembang biak atau mengalami perubahan dalam tubuh lalat.
Lalat rumah sering makan dan berkembang biak di tempat-tempat seperti kotoran, pupuk kandang, bangkai, serta bahan organik yang membusuk. Dalam proses ini, patogen dari lingkungan tersebut dapat menempel pada permukaan tubuh lalat, seperti kaki, bulu, atau mulutnya.
Selanjutnya, lalat yang sering berpindah antara lokasi kotor dan lingkungan manusia, seperti makanan, minuman, atau peralatan rumah tangga, dapat secara tidak langsung menyebarkan patogen ke manusia atau hewan.
Karena patogen hanya "menumpang" pada tubuh lalat dan tidak berkembang biak di dalamnya, transmisi ini disebut mekanis. Hal ini membuat lalat menjadi vektor penting dalam penyebaran berbagai penyakit, terutama di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Tanaman serai adalah salah satu tanaman yang tergolong ke dalam tanaman aromatik yang diyakini mempunyai khasiat mengusir lalat.
Minyak serai telah banyak diteliti karena efektivitasnya sebagai pengusir alami lalat rumah dan serangga lainnya. Komponen aktif utama dalam minyak serai meliputi geranial (α-citral) dan neral (β-citral), serta senyawa lain seperti geraniol dan citronellol yang dikenal memiliki sifat penolak serangga.
Penelitian menunjukkan bahwa minyak serai secara signifikan dapat mengurangi daya tarik lalat kandang (Stomoxys calcitrans) ke area yang telah diberi perlakuan. Dalam studi terkontrol, lalat menghabiskan waktu yang jauh lebih sedikit di zona yang diolah dengan minyak serai dibandingkan dengan zona tanpa perlakuan, membuktikan efektivitasnya sebagai bahan pengusir serangga alami.
Serai dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk untuk mengusir lalat secara alami. Minyak esensial serai dapat langsung diaplikasikan dalam bentuk larutan yang diencerkan pada permukaan tertentu atau digunakan dalam diffuser untuk menghalau lalat.
Produk semprot yang mengandung minyak serai juga tersedia secara komersial sebagai pengusir serangga, yang dapat diaplikasikan di area yang rawan aktivitas lalat. Selain itu, mencampurkan minyak serai dengan minyak esensial lain seperti eucalyptus atau star anise diketahui memiliki efek sinergis yang meningkatkan kemampuan pengusirannya terhadap lalat rumah.
Minyak serai juga dianggap aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan, berbeda dengan insektisida sintetis, sehingga menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari solusi pengendalian hama yang ramah lingkungan. Dengan komposisinya yang alami, serai tidak hanya efektif mengurangi gangguan akibat lalat tetapi juga membantu menekan risiko penularan penyakit yang terkait dengan kehadiran hama ini.
Author: Dherika
Baldacchino, F., Tramut, C., Ali, S., Emmanuel, L., Emilie, D., Michel, F., Thibaud, M., Gerard, D., & Pierre, J. (2013). The Repellency of Lemongrass Oil Against Stable Flies, Tested Using Video Tracking. Parasite, 20(21): 1-8. Doi: 10.1051/parasite/2013021.
iNaturalist. (n.d.). House Fly. Retrieved from https://www.inaturalist.org/guide_taxa/370129 (Accessed: January 3rd, 2025).
Khamesipour, F., Lankarani, K.B., Behnam, H., & Tebit, E.K. (2018). A Systematic Review of Human Pathogens Carried by the Housefly (Musca domestica L.). BMC Public Health, 18(1049): 1-15. https://doi.org/10.1186/s12889-018-5934-3.