Rayap adalah hama serius bagi tanaman dan bangunan, menyebabkan kerugian ekonomi global lebih dari 40 miliar USD setiap tahun. Meskipun mereka memiliki peran ekologi penting sebagai dekomposer dan pendaur ulang nutrisi, sebanyak 183 dari 3.016 spesies rayap yang teridentifikasi dapat merusak struktur bangunan, kayu, buku, dan produk pertanian.
Rayap memiliki kemampuan untuk menyegel terowongan mereka dan mengalihkan jalur makan, sehingga metode pengendalian seperti penghalang kimia sering kali kurang efektif. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih strategis diperlukan untuk mengontrol populasi rayap.
Senyawa berbasis boron seperti asam borat diketahui dapat digunakan untuk mengendalikan rayap di area rumah. Senyawa ini bekerja lambat dan efektif untuk mengontrol populasi rayap.
Dengan sifatnya sebagai racun yang bekerja lambat, asam borat memberikan manfaat dalam mengurangi koloni rayap secara bertahap dan efektif. Hal ini menjadikannya salah satu pilihan yang unggul dalam pengendalian rayap, terutama di lingkungan rumah tangga dan area yang rentan terhadap kerusakan akibat serangga​.
Artikel ini akan membahas mengenai asam borat sebagai senyawa yang dapat mengendalikan rayap secara efektif. Yuk simak uraian di bawah ini.
Rayap adalah organisme pemakan selulosa. Karena selulosa adalah komponen utama dalam struktur kayu dan tumbuhan, rayap memiliki kemampuan untuk merusak berbagai objek yang terbuat dari bahan tersebut.
Rayap dilaporkan telah mencapai daerah urban karena kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Ketika rayap mencapai daerah urban, peran mereka sebagai dekomposer dapat menjadi masalah karena mereka menyerang bangunan yang sebagian besar di Indonesia masih menggunakan kayu sebagai bahan utama.
Di kota-kota besar Indonesia seperti Makassar dan Jakarta, rayap bawah tanah seperti Schedorhinotermes sp., Coptotermes gestroi, dan Microcerotermes serrula ditemukan di perumahan kota. Beberapa spesies lain yang ditemukan adalah Microtermes inspiratus (dominasi di Jakarta Barat dan Timur), Coptotermes curvignathus (dominasi di Bekasi), dan Macrotermes gilvus (dominasi di Jakarta Selatan).
Serangan rayap memberikan dampak ekonomi dan sosio-kultural yang signifikan, terutama pada bangunan tradisional yang bernilai sejarah dan budaya. Di Aceh, serangan oleh C. gestroi dan Nasutitermes matureensis tercatat pada bangunan tradisional yang merupakan pusat pariwisata budaya dan kebanggaan daerah. Di Ambon, serangan rayap didominasi oleh spesies Coptotermes, dengan tingkat kerusakan mencapai 61%. Di Semarang, serangan rayap pada rumah berusia 8-14 tahun ditemukan pada bingkai pintu, ambang jendela, dan atap, dengan M. gilvus menyebabkan 71% kerusakan dan C. curvignathus menyebabkan 29% kerusakan.
Serangan rayap bawah tanah tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi juga terjadi di berbagai negara di dunia, dengan dampak yang meluas pada bangunan dan situs warisan.
Di Tiongkok, sekitar 90% bangunan di selatan Sungai Yangtze dilaporkan diserang oleh rayap. Di Jepang, survei terhadap sekitar 2.000 situs warisan budaya menemukan bahwa 42,6% di antaranya terpengaruh oleh Coptotermes formosanus. Di Taiwan, serangan oleh C. formosanus dan C. gestroi merusak lebih dari 87% bangunan. Di Korea, serangan rayap bawah tanah mempengaruhi sekitar 182 situs warisan.
Tanpa pengendalian yang tepat, serangan rayap bisa menyebabkan kerusakan besar yang sulit diperbaiki dan membutuhkan biaya yang tinggi.
Rayap sering disebut sebagai "silent destroyers" karena mereka bekerja secara tersembunyi yang menyebabkan kerusakan besar sebelum keberadaan mereka diketahui. Meskipun pestisida kimia dapat membasmi rayap, penggunaan bahan tersebut sering kali menimbulkan risiko kesehatan dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Sebagai alternatif, asam borat menawarkan solusi yang lebih aman, hemat biaya, dan ramah lingkungan untuk mengatasi serangan rayap. Asam borat dapat mengganggu sistem pencernaan dan sistem saraf dari rayap. Ketika tertelan, rayap berhenti makan, yang akhirnya mengarah pada kematian mereka.
Asam borat bekerja secara perlahan (slow action), sehingga rayap dapat kembali ke koloni setelah memakan umpan, menyebarkan racun ke anggota koloni lainnya, yang semakin meningkatkan efektivitasnya.
Asam borat dapat digunakan dalam berbagai cara untuk mengendalikan rayap. Salah satunya adalah dengan membuat larutan asam borat, yaitu mencampurkan sekitar 700 gram asam borat dengan satu galon air, kemudian mengaplikasikannya ke permukaan kayu yang terpapar menggunakan kuas atau semprotan. Kayu akan menyerap asam borat, memberikan perlindungan jangka panjang terhadap infestasi rayap.
Asam borat juga dapat dicampurkan dengan umpan berbasis selulosa yang menarik rayap. Ketika rayap mengonsumsi umpan tersebut, mereka akan menelan asam borat yang mengganggu proses pencernaan mereka, akhirnya menyebabkan kematian. Penggunaan umpan asam borat ini adalah metode yang sederhana dan hemat biaya untuk pengendalian rayap. Selain itu, asam borat juga dapat diaplikasikan dalam bentuk bubuk, yang dapat ditaburkan pada area yang terindikasi aktivitas rayap atau disuntikkan ke dalam lubang-lubang kecil pada kayu.
Meskipun asam borat tidak beracun dalam jumlah kecil, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan jauh dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan untuk memastikan keamanannya. Perlu diingat juga bahwa asam borat tidak memberikan hasil instan, sehingga lebih cocok untuk pengendalian jangka panjang. Selain itu, asam borat mungkin tidak cukup untuk mengatasi infestasi rayap yang luas, sehingga metode tambahan mungkin diperlukan untuk membasmi koloni rayap secara total.
Author: Dherika
Anne. (2024). Eliminate Termites Naturally: A Complete Guide to Using Boric Acid for Termite Control. Retrieved from https://www.healthy-juice.co/eliminate-termites-naturally-a-complete-guide-to-using-boric-acid-for-termite-control/ (Accessed: December 27th, 2024).
Farid, A., Zaman, M., Muhammad, S., Maazullah, K., & Tahir, B.S. (2015). Evaluation of Boric Acid as a Slow-Acting Toxicant Against Subterranean Termites (Heterotermes and Odontotermes). Journal of Entomology and Zoology Studies, 3(1): 213-216.
iNaturalist. (2024). Genus Coptotermes. Retrieved from https://www.inaturalist.org/taxa/199405-Coptotermes (Accessed: December 27th, 2024).
iNaturalist. (2024). Macrotermes gilvus. Retrieved from https://www.inaturalist.org/observations/214950613 (Accessed: December 27th, 2024).
Kumar, K. (2024). What is Boric Acid Used for?. Retrieved from https://www.medicinenet.com/what_is_boric_acid_used_for/article.htm (Accessed: December 27th, 2024).
Kusumawardhani, D.T., & Almulqu, A.A. (2024). A Review of Termite Contributions to Sustainable Green Building. Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology, 7(1): 57-70. Doi: 10.21580/ah.v7i1.20704.