Helicoverpa armigera, yang juga dikenal sebagai corn earworm atau cotton bollworm, merupakan salah satu hama paling merusak dalam sektor pertanian di dunia. Serangga ini memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa dan dapat menyerang lebih dari 180 jenis tanaman inang, termasuk tanaman pangan utama seperti jagung, kapas, tomat, cabai, dan kacang-kacangan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva H. armigera tidak hanya mengurangi kuantitas hasil panen tetapi juga menurunkan kualitasnya, sehingga berdampak signifikan pada pendapatan petani dan ketahanan pangan global.
Sebagai hama yang polifag dan cepat berkembang biak, H. armigera menjadi tantangan besar bagi para petani, terutama di wilayah tropis dan subtropis. Selain itu, resistensi terhadap berbagai jenis insektisida semakin memperparah permasalahan ini. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang biologi, pola serangan, dan strategi pengendalian hama ini untuk menjaga keberlanjutan produksi pertanian.
Morfologi dan Daur Hidup H. armigera
H. armigera merupakan serangga holometabola yaitu dapat bermetamorfosis sempurna. serangga ini dapat menghasilkan 1000 sampai 1500 telur. Telur yang dihasilkan berbentuk seperti kubah dan melingkar berukuran kurang lebih 0,5 mm. Di awal telur berwarna kekuning-kuningan dan setelah 36 jam akan berubah warna menjadi kecoklatan, lalu sebelum telur-telur menetas akan berubah warna sekali lagi menjadi hitam..
Larva Helicoverpa armigera atau ulat buah melalui enam instar selama 16-25 hari sebelum membentuk pupa. Pada instar awal, larva biasanya berwarna cerah, seperti hijau muda atau kuning pucat. Seiring bertambahnya usia, warna tubuhnya akan berubah menjadi lebih gelap, seperti hijau tua atau cokelat. Ciri khas lainnya adalah adanya garis-garis memanjang pada tubuhnya yang berwarna lebih terang atau lebih gelap. Kepala larva relatif besar dibandingkan dengan tubuhnya, dan dilengkapi dengan mulut penggigit yang kuat untuk mengonsumsi jaringan tanaman. Selain itu, larva juga memiliki sejumlah rambut halus yang menutupi tubuhnya. Bentuk tubuh larva cenderung silindris dan dapat tumbuh hingga beberapa sentimeter panjangnya.
Proses pembentukan pupa terjadi di dalam tanah pada kedalaman 3-15 cm atau di ujung daun atau tongkol tanaman. Pupa akan berbentuk lonjong berwarna hijau muda kekuningan lalu warnanya akan berubah menjadi cokelat muda hingga lebih gelap saat mendekati waktu munculnya ngengat. Permukaan pupa memiliki tekstur yang licin dan keras, berfungsi sebagai pelindung selama proses metamorfosis berlangsung. Ukuran pupa bervariasi tergantung pada ukuran larva sebelum memasuki tahap pupa. Salah satu ciri khas pupa H. armigera adalah adanya kremaster, yaitu semacam duri kecil di ujung posterior tubuh yang berfungsi untuk menempelkan pupa pada substrat selama proses kepompong.
Serangga dewasa Helicoverpa armigera, atau yang lebih dikenal sebagai ngengat kapas, memiliki karakteristik morfologi yang khas dan beragam. Ngengat ini umumnya memiliki tubuh yang ramping dan bersisik, dengan rentang sayap yang dapat mencapai beberapa sentimeter. Warna tubuhnya cenderung cokelat keabu-abuan, namun variasi warna dan pola dapat terjadi antar individu dan populasi. Sayap depan biasanya memiliki pola garis-garis dan bintik-bintik yang khas, sementara sayap belakang cenderung lebih pucat. Perbedaan antara ngengat jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran tubuh, bentuk antena, dan pola warna pada abdomen. Panjang tubuh serangga jantan sekitar 19 mm dengan lebar sayap 38,65 mm, sedangkan betina memiliki panjang tubuh 20,57 mm dengan lebar sayap 42,80 mm.
Serangan Hama Ulat Buah Helicoverpa armigera
Helicoverpa armigera dikenal sebagai hama yang sangat destruktif karena sifatnya yang polifag, yaitu kemampuan untuk memakan berbagai jenis tanaman. Serangan dimulai ketika ngengat dewasa bertelur di bagian tanaman seperti daun, bunga, atau buah. Setelah telur menetas, larva yang muncul mulai aktif memakan jaringan tanaman inang. Pada tanaman jagung, larva sering merusak tongkol dengan memakan biji-bijian yang belum matang, sementara pada kapas, mereka menyerang bunga yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas serat kapas.
Salah satu karakteristik utama serangan H. armigera adalah kerusakan yang terjadi pada bagian tanaman bernilai ekonomi, seperti buah dan biji. Larva yang aktif biasanya membuat lubang pada buah, sehingga buah menjadi busuk dan tidak layak jual. Pada tanaman hortikultura seperti tomat dan cabai, serangan larva ini meninggalkan bekas luka yang sering kali menjadi tempat masuknya patogen sekunder seperti jamur dan bakteri. Hal ini semakin memperburuk kondisi tanaman dan mengurangi nilai ekonominya.
Populasi H. armigera sering meningkat secara drastis pada musim tanam tertentu, terutama saat kondisi lingkungan mendukung seperti suhu hangat dan kelembapan yang stabil. Ngengat dewasa juga memiliki kemampuan terbang jarak jauh, sehingga mereka dapat menyebar dengan cepat ke area baru. Penyebaran yang cepat ini sering kali menyulitkan petani untuk mengendalikan serangan secara tepat waktu, terutama jika tidak ada program monitoring yang baik.
Selain kerusakan langsung, serangan H. armigera juga memicu peningkatan biaya produksi bagi petani. Untuk mengatasi kerusakan, petani sering mengandalkan insektisida dalam jumlah besar, yang tidak hanya mahal tetapi juga berisiko menimbulkan resistensi pada populasi hama. Resistensi ini membuat pengendalian semakin sulit, sehingga diperlukan strategi terpadu yang melibatkan pengendalian kimiawi, biologis, dan budidaya untuk menekan dampak serangan H. armigera.
Pengendalian Hama Helicoverpa armigera
Selain penurunan hasil panen, serangan hama ini juga meningkatkan biaya produksi pertanian karena diperlukan tindakan pengendalian yang intensif. Penggunaan pestisida secara berlebihan dapat menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian hama yang terpadu dan berkelanjutan untuk menekan populasi H. armigera dan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Berikut tiga teknik pengendalian yang dapat dilakukan.
1. Pergiliran Tanaman
Strategi pengendalian secara kultural yang digunakan oleh sebagian besar petani adalah rotasi tanaman. Untuk memutus siklus hidup hama ulat pada tanaman seperti kapas, dapat dirotasi dengan tanaman lain (jagung, gandum, dan kedelai). Peralihan skala besar ke tanaman lain memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hama ini.
2. Predator alami
Banyak burung memiliki tingkat konsumsi serangga yang tinggi. Predator seperti burung memiliki peran menjaga keseimbangan ekosistem di daerah dengan risiko tinggi serangan serangga. Burung-burung seperti Jalak Putih (Acridotheres tristis), Gagak Hutan (Corvus macrorhynchos), Bulbul Merah (Pycnonotus cafer), dan Bulbul Pipi Putih (Pycnonotus leucogenys) memakan larva lepidoptera, termasuk larva H. armigera, di tanaman tomat, kapas, dan tanaman budidaya lainnya. Aktivitas burung-burung insektivora atau predator ini tinggi pada pagi dan sore hari.
3.Insektisida
Penggunaan insektisida seperti piretroid dan organofosfat sering menjadi metode utama pengendalian. Pestisida ini akan mengganggu sistem syaraf hama H. armigera kemudian hama akan lumpuh dan mati.
Helicoverpa armigera adalah hama utama yang dapat menyebabkan kerugian besar bagi sektor pertanian. Strategi pengendalian yang efektif memerlukan pendekatan terpadu, melibatkan pengendalian kimiawi, biologis, dan budidaya. Upaya kolaboratif antara petani, peneliti, dan pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi ancaman hama ini dan menjaga ketahanan pangan.
Nah, demikian ulasan terkait ulat kecil, dampak besar: ancaman ulat buah helicoverpa armigera. Semoga bermanfaat ya!
Author: M. Fachry Nur Aiman
Referensi
Sudarmo, S. 1987. Hama Utama Tanaman Pangan dan Hortikultura di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wu, K., Guo, Y., & Feng, H. 2008. Morphological Variation and Genetic Diversity of Helicoverpa armigera Populations in China. Insect Science, 15(4): 321-330.
Chakravarty, S., Ganguly, S., Padwal, K. G., Keval, R., & Srivastava, C. P. 2022. Morphology of Immature Stages and Adults of Helicoverpa armigera. Indian Journal of Entomology, 84(3): 588-593.
Yadav, S. P. S., Lahutiya, V., & Paudel, P. 2022. A review on The Biology, Ecology, and Management Tactics of Helicoverpa armigera (Lepidoptera: noctuidae). Turkish Journal of Agriculture-Food Science and Technology, 10(12): 2467-2476.
Bailey, Peter T. 2007 Pests of Field Crops and Pastures: Identification and Control. Australia: CSIRO Publishing.