Tomcat (Paederus sp.) Penyebab Dermatitis Linearis

Tomcat (Paederus sp.) Penyebab Dermatitis Linearis
05
Kamis, 5 Desember 2024

Dermatitis linearis merupakan kondisi peradangan kulit akut yang disebabkan oleh paparan racun pederin, sebuah zat berbahaya yang ditemukan dalam hemolimfa spesies tertentu dari subfamili Paederina dalam keluarga kumbang Staphylinidae.

Racun ini tidak ditularkan melalui gigitan atau sengatan, melainkan akibat kontak langsung, seperti menyentuh atau menghancurkan kumbang Paederus di permukaan kulit. Saat kumbang ini terhancur, mereka mengeluarkan pederin, yang dikenal sebagai vesikant dengan tingkat toksisitas tinggi, bahkan lebih kuat daripada racun ular kobra.

Kumbang Paederus memiliki berbagai nama lokal di dunia, seperti "Nairobi fly" atau "Nairobi eye" di Afrika, "Econda" di wilayah lain Afrika, "tomcat" di Asia Tenggara, serta "whiplash rove beetle" di Australia.

Penyebutan ini mencerminkan dampak signifikan kumbang ini pada kehidupan masyarakat setempat. Dengan lebih dari 600 spesies dalam genus Paederus, insiden dermatitis linearis menjadi perhatian penting, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis di mana kumbang ini banyak ditemukan​.

Artikel ini akan membahas mengenai tomcat penyebab dermatitis linearis pada manusia. Yuk simak uraian di bawah ini.

Mengenal Lebih Dekat dengan Serangga Tomcat.

Tomcat memiliki tubuh yang relatif ramping dengan ukuran panjang sekitar 7–10 mm dan lebar 1,5 mm. Ciri khas morfologi kumbang ini terletak pada warna tubuhnya yang mencolok, yaitu kepala hitam dengan toraks berwarna merah, jingga, atau cokelat kemerahan. Warna merah atau jingga pada toraks merupakan bentuk pewarnaan aposematik yang berfungsi untuk memperingatkan predator bahwa kumbang ini beracun.

Tomcat dapat ditemukan di lingkungan rumah karena beberapa alasan. Pertama, kumbang ini tertarik pada sumber cahaya buatan seperti lampu rumah, menara cahaya, atau lampu jalan, yang memicu migrasi mereka ke daerah berpenduduk. Kedua, aktivitas pertanian seperti pembajakan, pembakaran, atau penggunaan insektisida dapat mengusir kumbang ini ke area pemukiman untuk mencari makanan atau habitat baru.

Tomcat diketahui dapat mengeluarkan zat berbahaya yang disebut dengan Pederin. Pederin adalah senyawa amida (C₂₅H₄₅O₉N) dengan dua cincin tetrahidropiran yang dikenal sebagai salah satu zat non-protein paling toksik yang pernah diisolasi. Toksikan ini dihasilkan bukan oleh kumbang Paederus sendiri, melainkan oleh bakteri endosimbion Pseudomonas yang hidup dalam tubuh kumbang, terutama pada betina.

Pederin terkumpul di hemolimfa kumbang dan dapat berpindah ke manusia ketika kumbang dihancurkan, menyebabkan dermatitis linearis dengan lesi khas berbentuk garis linear. Pederin bekerja dengan menghambat sintesis protein dan DNA, sehingga menghentikan pembelahan sel dan memicu reaksi nekrotik akut pada kulit.

 

Dermatitis Linearis pada Manusia Akibat Tomcat.

Tomcat umumnya tidak menyerang manusia jika dibiarkan tanpa gangguan saat bersentuhan dengan tubuh. Namun, jika kumbang ini diusir secara kasar atau dihancurkan, mereka akan mengeluarkan cairan tubuh yang mengandung pederin ke permukaan kulit.

Paparan pederin ini dapat menyebabkan gejala yang muncul dalam 24 hingga 48 jam setelah kontak, dan membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk sembuh sepenuhnya. Tingkat keparahan gejala bergantung pada konsentrasi pederin yang terpapar dan durasi kontak dengan kulit.

Gejala awal yang umum terjadi meliputi pembengkakan dan sensasi terbakar di area yang terkena. Lesi berbentuk garis merah yang khas, menyerupai luka cambuk, sering muncul di leher atau bagian tubuh lainnya.

Kissing lesions juga dapat terlihat pada area seperti siku atau paha, yang terjadi karena kontak antara kulit yang sehat dengan bagian kulit yang sudah terpapar. Paparan pederin juga dapat menyebabkan alergi pada saluran pernapasan, mata, atau kulit.

Cairan pederin yang menempel di tangan, pakaian, atau seprai dapat berpindah ke bagian tubuh lain, seperti area genital atau sekitar mata, sehingga menimbulkan lesi baru.

Setelah 24 hingga 48 jam, lesi dapat berubah warna menjadi hitam atau terinfeksi jika tidak ditangani dengan baik. Meskipun demikian, dermatitis yang disebabkan oleh pederin ini tidak menular antar manusia.

Cara Mencegah Dermatitis Linearis Akibat Tomcat.

Dermatitis linearis yang disebabkan oleh zat pederin dari tomcat dapat dicegah melalui beberapa langkah sederhana. Salah satu cara utama adalah mengurangi paparan langsung terhadap kumbang ini.

Menutup pintu dan jendela di malam hari, membersihkan bangkai kumbang yang ditemukan di dalam rumah, serta menghilangkan vegetasi di sekitar bangunan juga dapat mengurangi risiko paparan.

Jika kumbang mendarat di kulit, jangan memencet atau menghancurkannya; cukup hembuskan atau singkirkan dengan lembut.

Modifikasi rumah juga bisa dilakukan untuk meminimalkan kontak dengan kumbang. Penggunaan kelambu di sekitar tempat tidur dan lampu, dengan ukuran lubang yang cukup kecil untuk mencegah kumbang masuk, sangat disarankan.

Penggunaan pestisida secara selektif di area tertentu, seperti di dalam rumah, pada kelambu, di sekitar pintu masuk, dan di sekitar bangunan, dapat membantu mengendalikan populasi kumbang. Namun, penggunaan pestisida harus dikontrol ketat agar tidak merusak lingkungan atau mengganggu keseimbangan ekologi, karena kumbang Paederus memiliki peran penting di alam.

Modifikasi pencahayaan juga efektif, seperti mengganti lampu UV dengan lampu pijar atau halogen yang cenderung menarik lebih sedikit kumbang. Dengan langkah-langkah ini, risiko dermatitis linearis dapat diminimalkan secara signifikan.

Nah, demikian ulasan terkait tomcat (Paederus sp.) penyebab dermatitis linearis. Semoga bermanfaat ya!

Author: Dherika

Referensi

Beaulieu, B.A., & Irish, S.R. (2016). Literature Review of the Cauese, Treatment, and Prevention of Dermatitis Linearis. International Society of Travel Medicine, 23(4): 1-5. Doi: 10.1093/jtm/taw032.

iNaturalist. (2024). Whiplash Beetles (Genus Paederus). Retrieved from https://www.inaturalist.org/taxa/132026-Paederus (Accessed: December 1st, 2024).

Nasir, S., Akram, W., Rashad, R.K., Muhammad, A., & Iram, N. (2015). Paederus Beetles: The Agent of Human Dermatitis. Journal of Venomous Animals and Toxins Including Tropical Diseases, 21(5): 1-6. Doi: 10.1186/s40409-015-0004-0.

DAFTAR KELAS SEKARANG