Lalat Kuda: Si Penghisap Darah (Tabanidae)

Lalat Kuda: Si Penghisap Darah (Tabanidae)
05
Kamis, 5 Desember 2024

Bukan hanya nyamuk, lalat juga bisa menghisap darah. Terdapat beberapa jenis lalat yang menghisap darah mamalia. Lalat ini cukup berbahaya, gigitannya terasa menyakitkan selain itu merupakan vektor suatu penyakit. Salah satu jenis lalat yang sering menyerang peternakan adalah lalat kuda. Selain hewan ternak lalat ini juga dapat menyerang manusia. Mari kita kenali lebih dekat tentang hama lalat kuda tabanidae

Lalat Kuda (Tabanidae)

Lalat kuda atau lalat yang berasal dari family tabanidae ini merupakan lalat penghisap darah dengan bagian mulut yang kuat dan tajam yang mampu merobek kulit mamalia untuk mencapai pembuluh darah. Lalat dengan genus tabanus dinamakan lalat kuda karena lalat ini sering kali mengganggu hewan ternak terutama kuda. Kemampuannya menghisap darah hanya dimiliki oleh betina untuk perkembangan telurnya.

Lalat ini berwarna hitam hingga coklat tua dengan mata hijau atau hitam. Panjang tubuh berkisar 6-25 mm. Pada bagian kepala terdapat antena pendek berbentuk cincin dan tidak berbulu. Dan terdapat perbedaan jantan dengan betina di bagian matanya, mata lalat jantan sangat berdekatan sedangkan mata lalat betina terpisah.

Siklus hidup lalat kuda sama dengan lalat lainnya yaitu telur, larva, pupa, dan lalat. Lalat betina menghasilkan 100-1000 telur. Kemudian telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 5-7 hari. Berbeda dengan lalat rumah, larva lalat kuda sering disebut sebagai belatung air karena pada fase ini mereka hidup di tempat yang basah. Jangka waktu siklus hidup lalat kuda dari telur hingga dewasa memerlukan waktu 30 - 60 hari.

Serangan Lalat Kuda

Lalat kuda selain memiliki gigitan yang menyakitkan juga merupakan vektor penyakit loiasis, tularemia, sura, dan anthraks. Mulut lalat kuda betina bagaikan pisau kecil yang tajam, digunakan untuk merobek kulit dan menghisap darah yang keluar. Lalat kuda merupakan hama peternakan yang menghisap darah hewan ternak namun juga dapat menghisap darah manusia.

 Lalat kuda biasa hinggap pada kaki dan bagian perut bawah hewan mamalia. Inang yang terserang akan merasa sangat sakit seperti teriris, setelah itu muncul rasa gatal di sekitar area gigitan. Kemudian kulit menjadi merah dan bengkak. Beberapa kuda dapat mengalami iritasi parah dan jika tidak ditangani dengan baik akan terjadi infeksi.

Kuda yang terserang hama lalat ini akan mengalami kelesuan, penurunan berat badan dan bahkan berpotensi kematian. Sedangkan gejala yang dialami oleh manusia adalah pembengkakan, demam tinggi, dan alergi. Gejala sekunder dapat mengalami infeksi.

Pengendalian Lalat Kuda

Terjadinya serangan hama lalat kuda terhadap hewan ternak dan manusia perlu dilakukan pengendalian. Beberapa teknik pengendalian dapat diaplikasikan baik secara fisik, biologis, dan kimiawi sama seperti hama pada umumnya. Dan pengendalian lalat kuda juga perlu dilakukan secara terpadu agar tidak terjadi serangan berulang.

Insektisida dengan bahan aktif pyrethrin dapat digunakan untuk mengendalikan lalat kuda. Pestisida ini akan mengganggu sistem syaraf lalat kuda kemudian lalat akan lumpuh dan mati. Insektisida lain yang dapat digunakan memiliki bahan aktif di antaranya alfa sipermetrin, betasiflutrin, profenofos, dan deltametrin.

Keberadaaan Lalat Kuda

Di Indonesia terdapat empat spesies lalat kuda (tabanus) yang sering dilaporkan, yaitu T. megalops, T. striatus, T. tristis, dan T. rubidus. Lalat-lalat ini seringkali ditemukan di kandang hewan-hewan ternak. Lalat kuda menyukai daerah terbuka dan dekat dengan perairan karena pada fase larva lalat ini tinggal di dalam air. Selain itu lalat kuda aktif di siang hari.

Kehadiran lalat kuda cukup meresahkan dan perlu dihindari karena mengganggu hewan ternak dan juga menyerang manusia. Gigitannya yang  menyakitkan seperti tersayat disebabkan bentuk mulutnya berfungsi seperti pisau. Serangan lalat kuda dapat dikendalikan sama seperti lalat-lalat lainnya. Yang perlu dilakukan untuk mencegah datangnya lalat kuda adalah menjaga lingkungan tetap bersih dan tidak membiarkan air menggenang. Jika lalat kuda terlanjur menyerang maka dapat dikendalikan dengan terpadu.

Nah, demikian ulasan terkait lalat kuda: si penghisap darah. Semoga bermanfaat ya!

Author: M. Fachry Nur Aiman

Referensi

Adrianto, Hebert. Buku Ajar Parasitologi: Buku Pegangan Kuliah untuk Mahasiswa Biologi Pendidikan Biologi. 2020. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hine, J. S. 2017. Habits and Life Histories of Some Flies of the Family Tabanidae (Classic Reprint). United States: Fb&c Limited.

Portillo Rubio, M. 2002. Diptera: Tabanidae. Spain: Museo Nacional de Ciencias Naturales.

Turangan, S. H., Ngangi, L. R., Sane, S., & Nangoy, F. J. 2024. Karakterisasi lalat pada kuda di Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa. ZOOTEC, 44(1): 191-201.

DAFTAR KELAS SEKARANG