Diptera, Subordo Nematocera, Famili Simuliidae. Simuliidae tersebar luas di benua Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika. Di Indonesia, lalat ini dikeal dengan nama lalat punuk karena daerah toraksnya yang menonjol dan tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi (Hadi, 2017).
Siklus hidup blackflies melibatkan beberapa tahapan, mulai dari telur hingga dewasa. Siklus dimulai ketika betina meletakkan telur di permukaan air atau di sekitar air yang mengalir. Telur-telur ini dapat diletakkan langsung di air atau melekat pada objek di dalam air. Setelah telur menetas, larva berkembang di dalam air. Larva lalat hitam membuat benang sutera yang melekat pada substrat di dasar air. Mereka menggunakan benang ini untuk tetap terikat pada substrat sehingga tidak akan terbawa oleh arus air. Larva kemudian berubah menjadi pupa. Setelah masa pupa, lalat dewasa akan muncuk lalu meninggalkan air dan mulai mencari pasangan untuk kawin. Lalat dewasa betina membutuhkan darah sebagai sumber protein untuk memenuhi kebutuhan perkembangan telur. Setelah memakan darah, betina kembali ke air untuk meletakkan telur. Siklus dimulai kembali dengan telur yang menetas dan berkembang menjadi larva.
Lama siklus hidup lalat hitam (blackflies) dapat bervariasi tergantung pada spesiesnya dan kondisi lingkungan tempat mereka hidup. Secara umum, siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa dapat memakan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan (Lawrence, 2008 ; University of Saskatchewan, 2021).
Gambar 1 Siklus Hidup Simulium spp., (Lawrence 2008 ; IRAC 2023)
Gambar 2 Mekanisme Penyebaran Penyakit (CDC, 2017)
Blackflies merupakan salah satu serangga yang mendapatkan perhatian khusus karena berperan sebagai vektor penyakit Onchocerciasis atau yang sering disebut dengan River Blindness. Onchocerciasis sebetulnya disebabkan oleh infeksi cacing filaria Onchocerca volvulus. Cacing ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan Blackflies yang terinfeksi. Selama blackflies yang terinfeksi menghisap darah, mikrofilaria akan masuk ke dalam tubuh manusia. Di jaringan subkutan, larva tersebut berkembang menjadi filaria dewasa dan biasanya tinggal di nodul-nodul (benjolan) di jaringan subkutan. Di dalam nodul tersebut, filaria dewasa akan kembali menghasilkan mikrofilaria yang kemudian akan tersebar ke seluruh bagian tubuh. Siklus ini akan berputar, blackflies akan kembali menggigit manusia yang terinfeksi dan mikrofilaria akan masuk ke tubuh blackflies. Di dalam tubuhnya, mikrofilaria bergerak dari saluran pencernaan (midgut) nyamuk melalui hemocoel menuju otot dada. Di otot dada, mikrofilaria berkembang menjadi larva tahap pertama. Selanjutnya, larva tahap pertama berubah menjadi larva tahap ketiga yang infektif. Larva tahap ketiga yang infektif bermigrasi ke probosis lalat. Saat nyamuk yang terinfeksi mengambil makanan darah dari manusia lain, larva tahap ketiga kembali memasuki tubuh manusia melalui luka gigitan (University of Saskatchewan, 2021 ; CDC, 2017 ; WHO, 2022).
Keberadaan mikrofilaria dari Onchocerca volvulus di jaringan subkutan dapat menyebabkan respon inflamasi yang intens. Gejala kulit yang umum meliputi gatal-gatal parah, perubahan kulit seperti hiperpigmentasi, atrofi, dan ruam. Selain itu, salah satu dampak serius yang disebabkan oleh mikrofilaria Onchocerca volvulus adalah gangguan penglihatan hingga kebutaan. Karena gejala tersebutlah istilah River blindness digunakan untuk penyakit ini. Gejala yang timbul pada mata meliputi (WHO, 2022):
Untuk mengatasi penyakit Onchocerciasis, salah satu pendekatan yang penting adalah pengendalian vector penyakit. Kontrol vector penyakit umumnya juga difokuskan pada tahap larva, dengan memodifikasi habitat dan aplikasi insektisida. Larva memerlukan aliran air yang cepat untuk berkembang. Menghilangkan vegetasi dan bahan lain dari sungai dapat mengurangi tempat yang cocok untuk perkembangan larva. Larvasida seperti BTi (Bacillus thuringiensis israelensis) telah digunakan dan sukses mengurangi populasi blackflies. Sebelumnya, program pengendalian vector penyakit dilakukan menggunakan DDT di sungai, yang kemudian digantikan oleh piretroid seperti permetrin, organofosfat, dan karbamat. Meskipun efektif, kemampuan lalat hitam untuk terbang dengan jarak yang jauh dan jumlah telur yang dapat dihasilkan dalam sekali siklus reproduksi oleh betina memerlukan pemantauan dan program berkelanjutan untuk mencegah terbentuknya kembali populasi. Karena itu pemantauan secara rutin terhadap populasi Simulium untuk menilai tingkat infeksi parasite, identifikasi spesies, dan distribusi geografis secara berkala sangat penting untuk merancang strategi pengendalian yang efektif (Lawrence, 2008e ; WHO, 2022).
Selain memberantas vector penyakit, penggunaan obat untuk membunuh cacing di dalam tubuh juga dapat dilakukan. Salah satu jenis obat yang sering memiliki kandungan bahan aktif ivermectin. Program pemberian ivermectin secara berkala kepada populasi yang terkena dampak dapat membantu mengurangi tingkat infeksi dan gejala penyakit (WHO, 2022).
Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang tindakan pencegahan, pengobatan, dan pentingnya menghindari gigitan blackflies dapat membantu meningkatkan partisipasi dalam program pengendalian. Kerjasama internasional antara negara-negara yang terkena dampak dan organisasi kesehatan global dapat memperkuat upaya pengendalian penyakit dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan (WHO, 2022).
Penting untuk mencatat bahwa pengendalian Onchocerciasis memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan pihak berkepentingan. Agar dapat mencapai tujuan eliminasi , perlu dilakukan penelitian secara intensif untuk mendukung kemajuan program. Prioritas penelitian termasuk pengembangan alat diagnostik yang handal, optimasi desain survei, dan pengembangan strategi pasca-verifikasi, Melalui upaya kolaboratif ini, diharapkan dapat mempercepat progres dan memperkuat strategi eliminasi Onchocerciasis secara global.
REFERENSI
CDC. (2017). Onchocerciasis. https://www.cdc.gov/dpdx/onchocerciasis/index.html. Diakses pada 9 Februari 2024.
Hadi, Upik Kesumawati, Takaoka, Hiroyuki, The Biodiversity of Black Flies (Diptera: Simuliidae) in Indonesia.Acta Tropica https://doi.org/10.1016/j.actatropica.2018.02.013.
IRAC. (2023). Simulium spp. https://irac-online.org/pests/simulium-spp/ gnats.php#:~:text=Summary,Flies%20of%20the%20genus%20Simulium%20(blackflies%20or%20buffalo%20gnats)%20occur,emergence%20of%20the%20adult%20flies. Diakses pada 9 Februari 2024.
Lawrence, P.O. (2008). Simulium spp., Vectors of Onchocerca volvulus: Life Cycle and Control. In: Capinera, J.L. (eds) Encyclopedia of Entomology. Springer, Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-1-4020-6359-6_4208
University of Saskatchewan. (2021). Simulium Species-Black Flies or Bufallo Gnats. https://wcvm.usask.ca/learnaboutparasites/parasites/simulium-species-black-flies-or-buffalo-gnats.php#:~:text=Summary,Flies%20of%20the%20genus%20Simulium%20(blackflies%20or%20buffalo%20gnats)%20occur,emergence%20of%20the%20adult%20flies. Diakses pada 9 Februari 2024.
WHO. (2022). Onchocerciasis. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/onchocerciasis#:~:text=Onchocerciasis%20is%20an%20eye%20and,itching%20and%20various%20skin%20changes.. Diakses pada 9 Februari 2024.