Pada beberapa jenis perairan, keberadaan gulma akuatik adalah sebuah permasalahan yang cukup menganggu.
Gulma akuatik adalah tumbuhan yang tumbuh di perairan, baik itu di air tawar maupun air laut. Mereka berkembang biak dengan gesit, kadang-kadang melebihi batas yang diinginkan. Hal tersebut sering kali menjadi masalah karena keberadaannya dapat mengganggu ekosistem perairan dan aktivitas manusia, seperti memancing, berenang, dan berperahu.
Lalu, bagaimana ya cara mengatasi permasalahan tersebut?
Pada artikel kali ini, kita akan mempelajari mengenai permasalahan yang dihadapi dan beberapa strategi yang digunakan untuk menjaga beberapa jenis perairan dari gulma akuatik.
Ada beberapa jenis perairan yang seringkali berkaitan dengan permasalahan gulma, yaitu perairan buatan manusia (impounded waters), perairan yang mengalir (flowing waters), dan perairan jenuh (water saturated areas). Mari kita bedah beberapa jenis perairan dengan permasalahan gulma tersebut satu persatu.
Perairan buatan manusia seperti waduk, kolam, dan danau seringkali menghadapi masalah eutrofikasi atau kondisi dimana air menjadi kaya nutrisi. Hal ini sering kali menghasilkan pertumbuhan massal tumbuhan air.
Fenomena tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah ekologis, termasuk penurunan kualitas air, penurunan oksigen terlarut, dan gangguan pada ekosistem akuatik.
Salah satu contoh yang cukup populer untuk menggambarkan masalah tersebut adalah fenomena blooming alga di mana alga tumbuh secara massal secara tiba-tiba dalam suatu ekosistem akuatik.
Ledakan pertumbuhan alhga akan memberikan tempat perlindungan bagi ikan kecil, sehingga mereka sulit dijangkau oleh predator alaminya. Gangguan pada rantai makanan tersebut akan memengaruhi keseimbangan ekosistem.
Masalah yang lebih serius akan terjadi ketika gulma akuatik mati dan mulai membusuk. Proses dekomposisi ini dapat mengakibatkan deplesi oksigen yang ekstrim, yang pada akhirnya menyebabkan kematian massal ikan dan organisme lainnya.
Gulma akuatik sebetulnya jarang menjadi masalah di perairan yang mengalir seperti sungai dan kanal.
Berbeda dengan waduk dan danau, sungai dan kanal memiliki vegetasi akuatik yang lebih sedikit karena pergerakan arus air yang konstan.
Namun, masalah dapat terjadi di kanal sungi, termasuk kanal irigasi dan banjir, yang dirancang untuk mengalirkan air ke lahan pertanian atau sungai terdekat.
Pertumbuhan vegetasi di tepi, pinggiran, dan genangan air yang sangat dangkal di sekitar sungai adalah masalah yang paling umum terjadi dan keberadaannya akan menghambat aliran air sehingga berpotensi menyebabkan banjir.
Keberadaan gulma akuatik juga jarang menjadi masalah pada perairan jenuh seperti rawa-rawa, parit drainase, dan daerah aliran tanah (sepps). Namun, gulma yang tumbuh terlalu lebat akan menutupi saluran air sehingga akan membentuk genangan air atau menyebabkan bahkan banjir di daerah sekitarnya.
Selain itu, masalah gulma dapat muncul di lahan pertanian yang berdekatan dengan area yang lembab atau basah. Hal ini terjadi karena kondisi yang sangat basah akan menyediakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan gulma. Ketika tumbuhan akuatik ini menyebar ke lahan pertanian, mereka dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang diinginkan dan mengurangi hasil panen.
Terdapat beberapa jenis klasifikasi spesies tanaman akuatik yang umumnya dijumpai dan menjadi masalah pada perairan, diantaranya adalah alga, tanaman terapung (floating plants), tanaman terendam sebagian (submersed plants), tumbuhan yang muncul ke permukaan (Emersed plants), dan emergant plants.
Foto: Ledakan Populasi Alga
Alga sebetulnya tidak termasuk dalam kelompok tumbuhan yang disebut vegetasi. Mereka tidak memiliki akar, batang, atau daun seperti tumbuhan vascular.
Beberapa kelompok alga air tawar yang umum ditemukan di perairan fitoplankton dan alga berfilamen.
Fitoplankton biasanya memberikan bermanfaat pada ekosistem perairan. Namun, keberadaanya menjadi masalah apabila air di perairan digunakan untuk konsumsi manusia. Keberadaan fitoplankton yang berlebihan berpotensi menyumbat filter di pabrik pengolahan air, menyulitkan proses penyaringan dan pengolahan air.
Selain itu, beberapa jenis fitoplankton, terutama cyanobacteria, dapat menghasilkan aroma yang tidak sedap dan toksin yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia jika terakumulasi dalam air minum.
Alga berfilamen seperti Chara spp, Spirogyra spp, Cladophora spp, dan Pithophora spp biasanya akan mengganggu sistem irigasi dengan menempel pada struktur dan lapisan beton serta menyumbat pintu air sehingga menganggu aliran air, irigasi, dan merusak infrastruktur seperti tanggul, pintu air, dan saliran pembuangan lainnya.
Foto: American Lotus
Tanaman yang terapung adalah tanaman yang mengambang bebas di atas permukaan air. Tanaman ini biasanya tumbuh dengan cepat dan termasuk di antara tanaman akuatik yang paling merepotkan.
Duckweeds (Lemna spp.) dan watermeal (Wolffia spp.) adalah contoh tanaman yang mengapung di permukaan air dan akarnya menyerap nutrisi langsung dari air. Sementara itu, tanaman yang berakar di dasar tetapi memiliki daun yang mengambang ke permukaan air meliputi waterlilies (Nymphaea spp.) dan American lotus (Nelumbo spp.).
Foto: Pondweeds
Submersed plants adalah tanaman yang memiliki akar, batang, dan daun dengan benih sejati. Tanaman ini akan tumbuh terutama di bawah permukaan air pada kedalaman 10 hingga 12 kaki.
Beberapa contoh tanaman terendam yang sering menjadi masalah di perairan adalah, Pondweeds (Potamogeton spp.), Elodea (Elodea spp.), Watermilfoil (Myriophyllum spp.), Coontail (Ceratophyllum spp.), Naiads (Najas spp.), dan Bladderwort (Utricularia spp.)
Foto: Brassenia Schreberi
Emersed plants adalah tanaman yang memiliki daun yang tumbuh di atas permukaan air atau di dekat permukaan air, tetapi akarnya tetap berada di dasar perairan.
Berbeda dengan floating plants, daun pada emersed plants biasanya tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat air dan akan tetap berada di tempat mereka tanpa mengikuti ketinggian air. Contoh dari emersed plant adalah watershield (Brasenia spp.), di mana daun-daunnya tetap mengambang di permukaan air.
Foto: Purple Loosentrife
Emergant plants merupakan salah satu jenis emersed plants yang tumbuh di tanah yang jenuh pada perairan yang sangat dangkal. Mereka dapat ditemukan tumbuh di sepanjang tepi perairan pada kedalaman air 2 kaki.
Beberapa jenis emergent plants yang sering ditemukan diantaranya adalah Reeds (Phragmites spp), Sedge (Carex spp.), Bulrush (Scirpus spp.), Rush (Juncus spp.), Cattails (Typha spp.), dan Purple loosestrife (Lythrum spp.)
Apa Saja yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Keberadaan Gulma Akuatik?
Beberapa cara untuk mengatasi keberaadaan gulma akuatik dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu melalui pencegahan, dan pengontrolan gulma secara mekanis, biologis, dan kimiawi.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan melalui perencanaan dan manajemen yang efektif seperti membuat strategi untuk meminimalkan area yang dangkal, terutama pada perairan yang dibuat oleh manusia seperti waduk dan danau.
Hal tersebut dapat dicapai dengan membentuk sisi-sisi kolam dengan kemiringan 3 banding 1. Menghindari masuknya nutrisi ke dalam air untuk mencegah pertumbuhan yang lebih cepat dapat dilakukan dengan mengatur area pembuangan limbah dari perternakan dan pupuk.
Pemantauan dan identifikasi identifikasi organisme pada perairan secara rutin juga penting untuk dilakukan. Apabila muncul tanaman yang asing dan mulai menginvasi wilayah perairan, maka dapat dilakukan pengumpulan sampel lalu membawanya ke ahli botani atau ahli tumbuhan akuatik.
Pengendalian Mekanis
Pengendalian mekanis meliputi pencabutan tanaman di tepi perairan secara manual dengan tangan da menggunakan alat-alat seperti traktor dan rantai untuk menghilangkan tanaman submersed yang tumbuh di bawah permukaan air.
Pengendalian secara mekanis juga dapat dilakukan dengan menutup permukaan air dengan plastik gelap atau mesh halus untuk menghalangi sinar matahari yang diperlukan gulma untuk tumbuh. Layar plastik ini ditempatkan di atas vegetasi dan diberatkan dengan batu.
Metode lain yang dapat digunakan adalah menggunakan alat pemotong gulma yang dipasang di atas rakit terapung. Gulma yang sudah dipotong akan dibawa ke atas konveyor dan didepositokan di rakit.
Walaupun pengendalian mekanis cukup menguntungkan, implementasinya di lapangan cenderung membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan hanya memberikan bantuan dalam jangka waktu pendek.
Pengendalian mekanis akan lebih efektif digunakan pada badan air yang lebih kecil yang dapat diamati secara dekat sehingga pengendalian dapat dilakukan sebelum masalah menjadi terlalu besar.
Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis dapat dilakukan menggunakan ikan herbivor seperti ikan rumput (Grass Carp) yang sangat suka memakan tumbuhan air.
Jumlah ikan rumput yang diperlukan bergantung pada kelimpahan gula akuatik yang ada. Jika setengah dari area ditutupi oleh gulma, maka diperlukan sekitar 20 ikan per acre.
Meskipun ikan rumput efektif dalam mengendalikan vegetasi akuatik, mereka juga memiliki beberapa masalah terkait. Salah satunya adalah kemungkinan penurunan kejernihan air karena ikan akan mengeluarkan mengeluarkan feses dari proses pencernaan mereka.
Selain itu, ikan rumput memiliki mobilitas tinggi sehingga memiliki kecenderungan untuk meninggalkan kolam atau danau selama periode aliran air yang kuat. Penggunaan pagar jaring melintang dapat digunakan untuk mencegah kehilangan ikan tersebut.
Selain ikan rumput, burung air seperti bebek dan angsa dapat digunakan untuk mengendalikan tumbuhan air.
Pengendalian Kimiawi
Herbisida seringkali digunakan untuk mengendalikan gulma air karena memberikan hasil yang cepat.
Sebelum menggunakan herbisida, penting untuk mendapatkan informasi yang akurat dari badan pengatur setempat, label produk, dan produsen yang terdaftar oleh EPA.
Penting untuk mempertimbangkan efek kimia yang digunakan pada organisme non-target. Beberapa bahan kimia akuatik yang digunakan bisa menjadi toksik bagi hewan air. Misalnya, bahan kimia yang mengandung tembaga dapat membunuh ikan di perairan pada pH rendah.
Selain itu, penggunaan herbisida harus mempertimbangkan reaksi zat kimia di jenis perairan tertentu. Beberapa bahan kimia bisa cepat terurai di bawah sinar matahari yang terang, pH yang tinggi, atau suhu yang tinggi.
Flumioxazin akan menjadi kurang efektif apabila digunakan pada perairan dengan pH>7. Sodium percarbonate yang biasanya digunakan sebagai algasida akan inaktivasi ketika terkena cahaya matahari, dan Diquat akan menjadi kurang efektif apabila digunakan pada rawa-rawa.
Dalam formulasi herbisida, ada bahan tambahan yang disebut dengan adjuvant yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas herbisida. Beberapa jenis adjuvant yang umum digunakan aiantaranya Sufaktan nonionik (nonionic surfactants), sticker/spreaders, dan buffers.
Surfactant nonionik, akan membantu herbisida menyebar dan menembus lapisan lilin pada permukaan tanama. Sticker/spreader akan membantu herbisida tetap menempel pada permukaan tanaman sehingga tidak mudah terbilas oleh air. Sedangkan buffer digunakan untuk menyesuaikan pH larutan herbisida agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Informasi mengenai adjuvant yang kompatibel dengan herbisida dan petunjuk untuk mencampurnya biasanya terdapat pada label herbisida.
Wah, ternyata cara untuk mengatasi permasalahan gulma yang menganggu perairan banyak juga, ya.
Mulai dari pencegahan hingga pengendalian mekanis, biologis, dan kimiawi, setiap langkah memiliki peran penting dalam menjaga keindahan dan keberlanjutan perairan disekitar kita. Perlu dipahami bahwa metode tersebut akan lebih efektif apabila dilakukan bersama-sama.
Selain itu, karena permasalahan gulma yang ada di perairan cukup rumit diatasi sendiri, kerja sama dengan lembaga profesional atau konsultan pengendali gulma setempat juga menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan tersebut.
Nah, demikian ulasan informasi gulma akuatik.
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen yang terpercaya.
Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training mencakup:
Selain itu, adapun konsultan manajemen dan sertifikasi bebas hama untuk penilaian keberadaan hama.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kamu melalui +62 821-1625-0931.
Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat ya.
Author : Rahmidevi Alfiani
Referensi
.