Erionota thrax, sering dikenal sebagai ulat penggulung daun pisang, merupakan hama signifikan bagi tanaman pisang secara global. Spesies dari famili Hesperiidae ini berasal dari Indonesia, dan telah menyebar ke berbagai wilayah dan menjadi masalah pertanian serius karena dampaknya terhadap budidaya pisang. Mari kita bahas lebih lanjut tentang E. thrax, meliputi distribusi, siklus hidup, status hama, dan langkah-langkah pengendaliannya.
Distribusi dan Siklus Hidup
Erionota thrax merupakan spesies asli Indonesia dan telah menyebar ke berbagai wilayah, diantaranya: India Timur Laut, Malaysia, dan daerah lain di Asia Tenggara. Berbagai subspesies E. thrax ditemukan di daerah tertentu, seperti E. thrax subsp. thrax di India Timur Laut dan Filipina utara, E. thrax subsp. mindana di Filipina tengah dan selatan, dan E. thrax subsp. hasdrubal di Maluku Utara. Spesies ini juga telah diintroduksi ke Hawaii, Papua Nugini, dan lokasi lainnya
Siklus hidup E. thrax terdiri dari empat tahap: telur, larva, pupa, dan dewasa. Setiap tahap memiliki karakteristik yang berbeda:
Telur E. thrax berwarna kuning cerah dan diletakkan secara tunggal di bagian bawah daun pisang, meskipun beberapa telur bisa ditemukan di daun yang sama. Telur menetas dalam waktu 5-8 hari.
Larva berwarna hijau pucat dan tertutup dengan rambut halus pendek. Kepala larva berwarna hitam dan berbentuk hati apabila dilihat dari depan. Saat mencapai usia matang, larva tertutup dengan lapisan lilin putih, produk sampingan dari metabolisme mereka yang melindungi mereka dari hujan.
Larva dewasa dapat mencapai panjang sekitar 6 cm dan membuat gulungan daun besar untuk tempat berlindung. Gulungan ini bisa terlihat dari jarak jauh, dan larva sering membuat gulungan baru di daun yang sama saat gulungan awal menjadi terlalu kering atau terinfeksi.
Pupa berbentuk ramping, berwarna coklat kekuningan, dan tertutup dengan lapisan lilin yang sama dengan larva dengan panjangnya pupa sekitar 4-6 cm. Pupa akan tetap berada di dalam gulungan daun terakhir dan diikat dengan benang yang dipintal kuat. Tahap pupa berlangsung selama 8-12 hari, dan pupa dapat menggeliat dengan keras ketika terganggu hingga menghasilkan suara.
Kupu-kupu dewasa memiliki rentang sayap 5-5,5 cm pada jantan dan 6-6,5 cm pada betina. Mereka berwarna coklat dengan tiga bintik kuning pucat di sayap depan mereka. Jantan dan betina memiliki bentuk sayap depan yang berbeda, dengan jantan memiliki ujung sayap yang lebih tajam dan tepi luar yang lebih lurus dibandingkan dengan tepi yang sedikit cembung pada betina. Dewasa bersifat crepuscular dan dapat ditemukan mengunjungi bunga saat senja, serangga ini juga tertarik pada cahaya.
E. thrax dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada tanaman pisang. Infestasi dapat mengakibatkan defoliasi total, mengurangi kualitas pisang dan membuat pohon kesulitan dalam perkembangbiakan secara vegetatif. Kebiasaan makan hama ini sering kali mengikis bagian besar dari daun, menyisakan hanya tulang daun.
Kerusakan ini mempengaruhi tidak hanya kualitas pisang tetapi juga kegunaan daun pisang sebagai bahan pembungkus. Bahkan infestasi ringan dapat berdampak parah pada budidaya pisang, membuat langkah-langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga kesehatan tanaman.
Metode Pengendalian
Pengendalian biologis telah berhasil digunakan untuk mengelola E. thrax di beberapa wilayah. Di Hawaii, Cotesia erionotae dan Ooencyrtus pallidipes diperkenalkan pada 1970-an, dan menjadi agen kontrol hama yang signifikan. Di Papua Nugini, setelah hama ini diintroduksi pada 1983, baik O. pallidipes maupun C. erionotae dari Guam diperkenalkan sebagai kontrol biologis yang efektif. Selain itu penggunaan bakteri Bacillus thuringiensis juga dilaporkan dapat menjadi agen biologis alternatif untuk hama ini.
Pengendalian secara kimia telah banyak digunakan untuk mengelola E. thrax, terutama di perkebunan besar di mana pembuangan manual menjadi cara yang tidak praktis. Berbagai insektisida, termasuk cypermethrin, malathion, deltamethrin, dan endosulfan telah digunakan.
Secara historis, semprotan organofosfat dipakai untuk menargetkan larva yang baru menetas, dan timbal arsenat digunakan dalam upaya kontrol awal. Di Mauritius, methomyl dan monocrotophos direkomendasikan sebelum langkah-langkah pengendalian biologis menjadi efektif. Meskipun digunakan secara luas, efektivitas pengendalian kimia dipertanyakan karena larva berlindung di dalam gulungan daun dan pertumbuhan daun pisang yang cepat, yang mengurangi efektivitas insektisida yang diterapkan di permukaan.
Erionota thrax menjadi hama yang menantang dalam budidaya pisang, dengan dampaknya bervariasi di wilayah tertentu. Walaupun metode pengendalian secara biologis telah terbukti berhasil dalam mengelola populasi E. thrax di banyak area, pengendalian kimia tetap menjadi opsi dalam kondisi tertentu. Penelitian dan pemantauan yang berkelanjutan penting dilakukan untuk mengembangkan dan menerapkan strategi yang efektif untuk mengendalikan E. thrax dan mengurangi dampaknya pada produksi pisang.
Demikian informasi terkait Nyamuk dan Dampaknya pada Kulit Manusia. Semoga bermanfaat, ya!
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author: Ainur Subhan
REFERENSI
M. Cock (2014) Banana Skipper (Erionota thrax). CABI Compendium. cabicompendium.21833, CABI Compendium, CABI International, doi:10.1079/cabicompendium.21833
Okolle, J. N., Abu Hassan, A., Mashhor, M., & Tripathi, L. (2010). Bioecology and management of the banana skipper (Erionota thrax). Tree and Forestry Science and Biotechnology, 4(1), 22-31.