Jambu mete (Anacardium occidentale) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang umum dijumpai ditanam di lokasi semi-arid (kering). Salah satu lokasi yang umum dijumpai banyak tumbuh di Indonesia yaitu di pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dsb. Indonesia menjadi salah satu negara yang seringkali mengekspor jambu mete dalam bentuk gelondong. Selain buahnya yang dapat digunakan sebagai sirup, biji dari jambu mete dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Harga jual dari biji jambu mete relatif tinggi dan mempunyai peminat dari kalangan anak-anak sampai dewasa. Kacang mete dapat diektrak menjadi minyak dengan kualitas tinggi. Tingginya permintaan pasar internasional seringkali tidak terpenuhi dengan tingkat produktivitas Indonesia. Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah adanya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT penting yang menyerang tanaman ini adalah wereng pucuk mete.
Gambar 1. Wereng Pucuk Mete, Anacardium occidentale
(Sumber: https://r1.community.samsung.com/t5/galaxy-gallery/wereng-pucuk-mete-hijau-dan-putih/td-p/20568643)
IDENTIFIKASI
Hama ini termasuk dalam ordo Homoptera dan melalui metamorphosis tidak sempurna dari tahapan telur, nimfa dan imago. Tubuh dan kaki imago berwarna kuning pucat, warna kepala dan sayap bervariasi, dari putih, hijau pucat, hingga putih kemerahan. Bagian kepala hewan ini terdapat sepasang mata majemuk berwarna coklat gelap. Wereng pucuk mete memiliki panjang tubuh sekitar 8-10 mm dan lebar sayap 3-4 mm. Sayap serangga ini menutupi tubuh dengan posisi tegal ke bawah. Tekstur sayapnya cenderung licin dan tidak bersisik (Siswanto et al., 2003).
SIKLUS HIDUP
Telur serangga ini seringkali diletakkan secara berkelompok di permukaan bawah daun, tangkai daun atau tangkai pucuk. Tahapan telur wereng pucuk mete berlangsung selama 6-7 hari. Telur serangga ini berwarna putih dan akan berubah warna menjadi coklat saat akan menetas. Berbentuk oval, telur-telur ini memiliki panjang sekitar 0,95-1,09 mm dan lebar sekitar 0,37-0,47 mm. Setelah masuk ke tahap nimfa, seluruh tubuhnya akan tertutup oleh tepung lilin berwarna putih dan memiliki tekstur lengket. Pada tahapan nimfa dan imago, serangga ini tidak aktif bergerak, akan tetapi mampu meloncat maupun terbang dalam jarak dekat apabila merasa terganggu. Dalam satu karangan bunga, biasanya terdapat 80 ekor atau lebih nimfa. Periode nimfanya dapat berlangsung 42-49 hari (Siswanto et al., 2003).
KERUSAKAN
Nimfa dan imago wereng pucuk mete menyerang tanaman mete dengan cara menusuk dan menghisap cairan tanaman. Ketika musim berbunga, serangga akan menutupi tangkai bunga dan menyebabkan 57,83% produksi hilang. Puncak populasi hama ini biasanya berada di bulan Juli dan Agustus, saat tanaman jambu mete mulai berbunga dan berbuah. Di bulan oktober, populasi hama akan menurun di bulan Oktober bersamaan dengan berakhirnya fase generatif. Tanda-tanda keberadaan hama ini adalah adanya embun jelaga pada permukaan daun bagian atas serta lapisan lilin dan kulit nimfa yang ditinggalkan pada waktu nimfa berganti kulit (Rahman, 2011).
PENGENDALIAN
Pengendalian Hayati dan Mekanis
Musuh alami dari wereng pucuk mete adalah parasitoid Aphanomerus sp. yang dapat merusak 83%-93,2% telur wereng, ngengat parasitoid Apieurbrachys sp. Selain itu, musuh alami lain yaitu kumbang Coccinellidae, laba-laba, Chrysopa sp., lalat buah (Asiilidae), belalang sembah (Mantidae), belalang pedang (Tettigoniidae) serta semut rangrang. Selain itu Jamur Synnematium sp. dan Hirsutella sp. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen hayati untuk pengendalian spesies ham aini. Jamur-jamur ini dapat meninfeksi telur wereng yang berusia kurang dari 5 hari dan menyebabkan telur tersebut tidak menetas. Kematian terjadi mulai 4 hari setelah aplikai dengan kematian berkisar antara 35,7%-75% bergantung pada perlakuan inokulasi. Inokulasi pakan dan serangga menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi, pada konsentrasi 20 g/liter atau setara dengan konsentrasi spora 1,64 x 108 efektif menurunkan [opulasi Sanurus sp. sebesar 24,14% (Hidayanti, 2020).
Pengendalian kimiawi
Penyemperotan dapat dilakukan pada bagian daun atau tangkai tanaman jambu mete menggunakan insektisida dengan bahan aktif deltametrin, piretroid atau dimetoat.
REFERENSI
Hidayanti, 2020. Sanurus indecora si Kupu-Kupu KW Perusak Jambu Mete. Diakses dari https://www.balaisurabaya.ditjenbun.pertanian.go.id pada tanggal 25 Maret 2024.
Wiratno dan Siswanto. 2002. Serangan Lawana sps. (Homoptera: Flatidae) pada tanaman jambu mete (Anacardium occidentale). Prosiding Seminar Nasional III. Pengelolaan Seangga yang Bijaksana Menuju Optimasi Produksi. Bogor: PEI Cab. Bogor
Siswanto, Wiratno, E. Karmawati, E.aA. Wikardi, C. Sukmana. T. E., Wakyono dan Ahyar. 2003. Studi Struktur dan Fungsi Lomunitas Serangga pada Ekosistem pada Tanaman Jambu Mete. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hal 45