Tanaman jeruk adalah suatu komoditas buah-buahan yang merupakan tanaman tahunan dan tersebar di beberapa sentra utama di Indonesia, diantaranya Tanah Karo, Sumatera Utara; Soe, Nusa Tenggara Timur; Sambas, Kalimantan Barat; Kintamani, Bali dan Garut, Jawa Barat. Sebagai komoditas buah – buahan yang khas dan cocok di daerah sub tropis dan tropis maka pengembangan luas areal tanam jeruk terus menerus ditingkatkan guna memenuhi pangsa pasar domestik yang tersedia. Pada saat ini produksi jeruk Indonesia hanya menempati 2,6% pangsa pasar jeruk dunia. Salah satu penyebab kurangnya produktivitas jeruk adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang merupakan cekaman biotik yang dapat mengurangi dan menurunkan hasil panen, sehingga mengakibatkan ketidak stabilan produksi. Salah satu hama penyebab ketidakstabilan produksi adalah Metcalfa pruinosea (Mead, 2017).
Gambar 1. Wereng Punggung Putih, Metcalfa pruinosa
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Metcalfa_pruinosa)
IDENTIFIKASI
Wereng punggung putih, Metcalfa pruinosa (Say), ditemukan pada jeruk, namun dapat ditemukan pada berbagai macam tanaman berkayu. Wereng ini jarang menyebabkan kerusakan ekonomi pada sebagian besar tanaman kecuali tanaman yang dilemahkan oleh beberapa faktor lain seperti kerusakan akibat pembekuan. Bahan berwarna putih, flokulan, dan lilin yang dihasilkan oleh nimfa mengganggu kualitas penjualan tanaman yang terkena dampak, sebagian karena pembeli terkadang salah mengira endapan ini sebagai endapan kutu putih (Mead, 2017).
SIKLUS HIDUP
Imago Metcalfa memiliki sayap besar seperti ngengat yang terkadang digambarkan seperti daun. Panjangnya 5,5 - 8 mm dan lebar 2 - 3 mm pada titik terlebar. Spesies ini, bersama dengan flatid tertentu lainnya, mungkin disalahartikan sebagai ngengat pada pandangan pertama. Seluruh tubuh kecuali mata dan kaki spesies ini ditutupi dengan zat lilin, dengan kombinasi warna punggung hitam kebiruan memberikan warna ungu. Metcalfa memiliki sayap yang berbentuk segitiga lebar yang terletak dekat dengan tubuh dalam posisi vertikal. Di bagian dasar setiap sayap depan, serangga ini juga memiliki sepasang bintik hitam yang khas. Kaki belakangnya 1,5 kali lebih panjang dari kaki lainnya, mempunyai beberapa duri berujung hitam yang tersebar di sepanjang punggung lateral, dan 5-7 duri seperti sisir di ujungnya.
Nimfa hewan ini berwarna putih gading dan sangat rata. Nimfa Wereng Metcalfa memiliki satu generasi per tahun dan selama akhir musim panas, betina memasukkan telur ke dalam lubang yang sudah ada di kulit ranting ataupun menggali lubang di kulit kayu yang lembut. Telur-telur tersebut akan menetas di akhir musim semi. Perkembangan lima instar nimfa terjadi sepanjang musim panas dengan nimfa dewasa pertama ditemukan pada awal Juli.
KERUSAKAN
Hama ini sering ditemukan berpencar-pencar yang ditandai dengan kemunculan zat berwarna putih, berlapis wol dan lilin dibagian bawah daun serta pada cabang dan buah. Nimfa menghasilkan lapisan tersebut, pada beberapa waktu tertukar dengan tanda-tanda serangan kutu putih atau kutu sisik bermantel kapas (hama yang lebih merusak). Wereng ini sering terlihat sering memamah biak secara berkelompok, membuang kelebihan gula berupa madu, yang akhirnya akan menumbuhkan jamur jelaga. Apabila spesies ini mencapai populasi dalam jumlah besar, maka pertumbuhan tunas baru akan terhambat serta pohon jeruk akan melemah.
PENGENDALIAN
Pengendalian Hayati dan Mekanis
Sebagai pengendali biologis, tawon parasite dar famili dryinid, Psilodyinus typhlocybae, akan bertelur diatas nimfa Metcalfa pruinosa dan mengurangi populasinya. Penggunaan larutan sabun juga dapat menyebabkan nimfa muda tergelincir dari daun dan akan jatuh ke tanah. Pencucian madu yang menempel di daun jeruk agar tidak di huni oleh jamur jelaga juga dapat dilakukan. Akan tetapi seringkali ham aini akan Kembali apabila tidak terdapat pengendalian menggunakan insektiside.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimia terhadap hama dewasa cenderung sulit dilakukan karena mobilitas hewan yang cukup tinggi. Kontrol kimia yang dapat dilakukan adalah pada waktu hama masih dalam fase nimfa. Kontrol jamur jelaga umumnya lebih bermanfaat karena faktor ini masuk dalam kategori paling merusak. Penyemperotan dapat dilakukan pada bagian daun atau buah jeruk menggunakan insektisida dengan bahan aktif deltametrin, piretroid atau dimetoat dari tepi lahan.
REFERENSI
Dean HA, Bailey JC. 1961. A flatid planthopper, Metcalfa pruinosa. Journal of Economic Entomology 54: 1104-1106.
Dozier HL. 1928. The Fulgoridae or plant-hoppers of Mississippi, including those of possible occurrence; a taxonomic, biological, ecological, and economic study. Technical Bulletin of the Mississippi Agricultural Experiment Station 14: 112-114.
Mead. 2017. Citrus flatid planthopper. Florida: Florida Department of Agriculture and Consumer Services, Division of Plant Industry. Originally published as DPI Entomology Circular 85
Metcalf ZP, Bruner SC. 1948. Cuban Flatidae with new species from adjacent regions. Annals of the Entomological Society of America 41: 96.
Metcalf ZP. 1923. J. Elisha Mitchell Science Society 38: 152.
Metcalf ZP. 1957. General Catalog Homoptera, Fasc. 4, Part 13, Flatidae and Hypochthonellidae, 342-350.
Osborn, H. 1938. The Fulgoridae of Ohio. Bulletin of the Ohio Biological Survey 6: 318.
Plantix. 2024. Wereng Punggung Putih. Diakses dari https://plantix.net/id/library/plant-diseases/600060/citrus-flatid-plant-hopper/ pada tanggal 18 Maret 2024.
Wene GP, Riherd PT. 1954. Control of puss caterpillar and fulgorids attacking ornamentals during 1953. Texas Avocado Society Year Book for 1953: 45-46.
Wene GP. 1950. The citrus fulgorid. Annual Proceedings of the Lower Rio Grande Valley Citrus and Vegetable Institute 4: 90-93.