Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi telur ayam ras yang diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya.
Tingkat konsumsi ini menjadi motivasi bagi para peternak ayam petelur untuk dapat mengimbangi kebutuhan telur masyarakat Indonesia.
Salah satu masalah utama yang seringkali ditemui para peternak dalam pemeliharaan ayam petelur adalah ektoparasit.
Jenis tungau yang banyak ditemukan di peternakan ayam adalah gurem.
Pada artikel ini, kita akan mengulas mengenai hama pemukiman gurem yang menyerang populasi ayam di Indonesia.
Kutu Ayam atau Gurem
Gurem atau Dermanyssus gallinae biasa ditemukan pada ayam-ayam petelur yang mengeram.
Tungau ini akan menghisap darah ayam dan meyebabkan anemia, kelemahan, produksi telur yang menurun dan berbintik-bintik dan menjadi transmitter penyakit bakterial maupun viral yang berbahaya bagi ayam.
Bahkan ada serangan yang besar, anak ayam yang baru menetas dapat tiba-tiba mati.
Infeksi gurem bahkan dapat menurunkan 2,1-4,0% produksi telur, 2,2% penurunan berat badan serta 5,7% konversi pakan.
Total kerugian yang disebabkan tungau ini mencapai 1200-1600 rupiah per ayam dalam 10 minggu.
Karakteristik Gurem
Tungau ini secara umum akan menghisap darah ayam di malam hari dan akan bersembunyi di celah-celah.
Tungau ini juga akan menetap di tubuh ayam.
Tungau dewasa berukuran sekitar 1 mm.
Setelah menghisap darah, tungau dewasa akan berwarna merah, tetapi saat tidak menghisap darah, tungau akan terlihat hitam, abu-abu atau putih.
Tahapan Hidup Gurem
Larva menetas dengan enam kaki dan belum menghisap darah.
Setelah fase molting pertama, kedua tahap nimfa akan memiliki delapan kaki, hingga fase dewasa.
Selanjutnya, fase protonimfa, deutonimfa, dan betina dewasa secara rutin akan menghisap darah inang, sedangkan jantan hanya menghisap sesekali.
Seluruh siklus hidup gurem dapat diselesaikan hanya dalam tujuh hari. Pembasmian inang dari suatu area tidak akan menghilangkan tungau ini.
Deutonimfa dan tungau dewasa diketahui dapat menahan proses desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus-menerus) dan hidup selama delapan bulan tanpa makan.
Penyakit Gurem
Hama ini dapat bereproduksi dengan cepat, dengan kepadatan serangan antara 25.000 hingga 500.000 tungau per unggas.
Gurem dapat menularkan berbagai penyakit pada unggas, seperti Salmonella enteritidis, penyakit Lyme, dan flu burung.
Penyakit ini dapat ditularkan ke manusia, hewan peliharaan, dan hewan ternak lainnya, baik secara langsung melalui gigitan tungau atau melalui produk unggas.
Ayam yang terinfestasi menghasilkan lebih sedikit telur dengan kualitas lebih rendah, mencabut bulunya sendiri secara agresif, mengalami peningkatan kadar hormon stres, menderita anemia, dan memiliki angka kematian hingga 10 kali lebih tinggi.
Pengendalian Hama Gurem
Nikotin pada tembakau dapat dimanfaatkan untuk membasmi serangga.
Cara pembuatan air tembakau meliputi perendaman 3 ons/ lebih tembakau didalam air hangata 500 cc-1 liter.
Air rendaman didiamkan selama 1 malam, kemudian air tersebut disemprotkan ke sarang ayam selama bertelur.
Jika ayam sudah terserang gurem, penyemprotan juga dilakukan pada tubuh ayam.
Daun sirih dapat digunakan sebagai bahan pembasmi gurem dengan cara dicincang kecil-kecil dan ditaburkan mengelilingi sarang ayam/kandang.
Penggunaan rimpang dan daun bangle dalam pengendalian hama gurem dapat dilakukan dengan cara memarut, merendam dengan air hangat dan selanjutnya disemprotkan di indukan ayam dan kandang.
Selain itu, jeruk nipis peras dan campuran cuka juga terbukti mampu mengatasi hama gurem
Oli bekas juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi hama gurem.
Caranya, dengan mengolesi sekeliling kandang dengan oli bekas.
Jika menggunakan kandang panggung, Anda bisa melindungi tiang penyangga kandang dengan merendamnya pada oli bekas yang ditampung pada wadah.
Nah, demikian ulasan singkat terkait hama gurem beserta cara pengendaliannya.
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author : Saila Rachma
REFERENSI
Axtell R. 1999. Poultry integrated pest management: Status and future. Integrated Pest Management Reviews 4: 53-73.
Chauve C. 1998. The poultry red mite Dermanyssus gallinae (De Geer, 1778): Current situation and future prospects for control. Veterinary Parasitology 73: 239-245.
Dinas Peternakan dan Perikanan Grobogan. 2023. Mengatasi Hama Gurem pada Ayam. https://disnakkan.grobogan.go.id/info/berita/720-mengatasi-hama-gurem-pada-ayam retrieved 18 Sept 2023
Hadi UK, Soviana S, Khotimah. 2022. Prevalensi, Derajat Infeksi dan Sebaran Tungau Ayam pada Peternakan Ayam Petelur di Pulau Jawa. Jurnal Veteriner 23(3):415-423.
Hoy MA. 2011. Agricultural acarology: Introduction to integrated mite management. CRC Press, Boca Raton, FL, pp. 325-327.
Mullens BA, Owen JP, Kuney DR, Szijj CE, Klingler KA. 2009. Temporal changes in distribution, prevalence and intensity of northern fowl mite (Ornithonyssus sylviarum) parasitism in commercial caged laying hens, with a comprehensive economic analysis of parasite impact. Vet Parasitol 160: 116-133.
Roberts V. 2023. Diseases of farmyard poultry part 4 - External and internal parasites of chickens. National Animal Disease Information Service. http://www.nadis.org.uk/bulletins/diseases-of-farmyard-poultry/part-4-external-and-internal-parasites-of-chickens.aspx. Retrieved Sept 15, 2023.
Santillan MA, Grande JM, Liebana MS, Martinez P, Diaz LA, Bragagnolo LA, Solaro C, Galmes MA, Sarasola JH. 2015. New Hosts for The Mite Ornithonyssus bursa in Argentina. Med Vet Entomol 29: 439-443.
Sigognault Flochlay, A., Thomas, E. & Sparagano, O. Poultry red mite (Dermanyssus gallinae) infestation: a broad impact parasitological disease that still remains a significant challenge for the egg-laying industry in Europe. Parasites Vectors 10, 357. https://doi.org/10.1186/s13071-017-2292-4
Sparagano O, George D, Harrington D, Giangaspero A. 2014. Significance and control of the poultry red mite, Dermanyssus gallinae. Annual Review of Entomology 59: 447-466.