Lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu rempah berbentuk biji-bijian yang tertua dan terpenting di dunia.
Tanaman lada dikelompokkan dalam famili Piperaceae, yang terdiri atas 10-12 genus.
Tanaman lada secara umum mampu tumbuh di area yang beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup sepanjang tahunnya, salah satunya, Indonesia.
Indonesia merupakan produsen dan eksportir lada terbesar ke-4 di seluruh dunia. Berdasarkan data BPS (2021), ekspor lada pernah mencapai nilai hingga USD 133,47 juta di tahun 2017, akan tetapi ekspor lada mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir ini.
Salah satu faktor utama yang dapat menurunkan produksi lada adalah serangan hama.
Salah satu hama yang utama yang memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas tanaman lada di Indonesia adalah kepik penghisap buah lada.
Kepik Penghisap
Kepik penghisap lada (Dasynus piperis) memiliki warna tubuh hijau kecoklatan, dengan ukuran 10-15 mm, lebar 4-5 mm pada fase dewasa.
Hama ini mempunyai tipe mulut menusuk dan pengisap.
Siklus hidup dari telur hingga serangga dewasa berlangsung sekitar 6 minggu. Kepik betina dapat menghasilkan telur ± 200 butir selama hidupnya (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994).
Berdasarkan Kalshoven (1981), betina dewasa akan meletakkan telurnya secara berkelompok, dengan 3 – 10 butir telur di setiap kelompoknya.
Selain itu, dalam sekali bertelur, kepik betina dapat menghasilkan telur hingga 160 butir. Proses bertelur akan berlangsung selama 14 hari.
Kepik dewasa dapat hidup selama 1-3 bulan, dengan siklus hidup secara keseluruhan rata-rata mencapai 1,5 – 3 bulan.
Siklus Hidup Kepik Penghisap
Kepik ini biasanya paling menyukai buah lada yang berumur 6-9 bulan, dikarenakan pada fase ini buah lada mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi yang dibutuhkan kepik untuk dapat tumbuh secara optimal (Chapman, 1971).
Nimfa kepik akan berukuran ± 2 mm saat baru menetas.
Pada fase ini, kepik tidak bersayap, memiliki warna tubuh kuning kecoklatan, antena yang menggelembung pada ruas tertentu serta selalu berukuran lebih panjang dari tubuhnya.
Nimfa mengalami molting 4-5 kali yang berlangsung selama 3-4 minggu (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994).
Lama stadium nimfa tergantung pada umur buah lada yang dikonsumsi.
Apabila buah lada yang dikonsumsi 4,5 – 6 bulan, lama stadium nimfa berkisar antara 26 – 33 hari, jika umur buah 6-9 bulan, maka lama stadium nimfa hanya 19-25 hari (Kalshoven, 1981).
Perilaku Kepik Penghisap
Waktu aktif kepik berlangsung dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan saat siang, kepik akan bersembunyi di bagian dalam tajuk tanaman.
Kepik cenderung menyukai tempat yang rimbun dan agak gelap untuk meletakkan telurnya.
Peletakan telur ini terjadi pada pukul 14.00 – 18.00 (Kalshoven, 1981).
Kepik betina meletakkan telur secara acak baik pada tanaman lada yang buahnya masih muda atau hijau maupun buahnya hampir masak atau telah masak, sedangkan nimfa mengelompok pada tanaman lada yang berbuah muda dan menyebar pada tanaman lada yang berbuah hampir masak (Karmawati, 1988).
Kepik seringkali memakan buah lada dengan cara menusukkan stiletnya dan menghisap cairan buah hingga buah kosong dan rusak.
Kepik menghisap cairan dari berbagai bagian tanaman, antara lain buah, bunga, pucuk muda dan tangkai daun, namun yang paling disukai adalah buah (Deciyanto, 1991).
Buah yang terserang hama kepik awalnya akan berubah warna menjadi hitam dengan gejala bercak-bercak bekas lubang tusukan, hingga akhirnya gugur.
Serangan pada buah muda mengakibatkan untaian buah gugur sebelum tua.
Jika buah yang diserang sudah tua, maka buah lada akan menjadi kering.
Buah mulai diserang setelah berumur 4,5 bulan, pada saat buah mulai matang susu.
Berdasarkan hasil survai Asnawi (1992), tingkat kerusakan buah oleh kepik berkisar antara 14,72 – 16,01%, dengan serangan yang paling berat berkisar 23-36%.
Pengendalian Kepik Penghisap
1. Sanitasi kebun perlu dilakukan secara rutin dengan cara memusnahkan bagian yang terserang hama di luar kebun.
2. Insektisida nabati seperti sereh wangi, parutan daun tembakau, akartuba dicampur sedikit sabun dan minyak goreng juga perlu diaplikasikan.
3. Suspensi jamur pathogen serangga dan metabolit sekunder APH juga dapat digunakan.
4. Insektisida berbahan aktif, seperti: karbil, fipronil, fenitrotion, MIPC, lamda shalotrin, permethrin, abamektin, fentoat dan sipermetrin dapat disemprotkan secara bergantian.
Nah, demikian ulasan singkat terkait kepik penghisap. Semoga bermanfaat ya!
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931
Author : Saila Rachma
REFERENSI
Asnawi, Z. 1992. Sebaran hama utama di daerah sentra produksi lada (Piper nigrum L.) di Bangka. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. (tidak dipublikasikan).
Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Petanian Indonesia. Jakarta: Badan Pusa Statistik Indonesia.
Chapman, R.F. 1971. The insect structure and function. The English Univ. Press, London. 116pp.
Deciyanto, S., A. Alwi, dan T.E. Wahyono. 1999. Ekobiologi musuh alami hama utama lada. Laporan Teknis Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. (tidak dipublikasikan).
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1994. Buku Operasional Pengendalian Terpadu Hama Pengisap Buah Lada Dasynus piperis China. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Deptan. Jakarta
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81351/HAMA-DAN-PENYAKIT-TANAMAN-LADA/https://ditjenbun.pertanian.go.id/meksiko-lirik-lada-dan-kayu-manis-indonesia/
I W. LABA DAN I.M. TRISAWA. 2006. Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada. Perspektif 5(2): 86-97
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. 701pp.
Karmawati, E. 1988. Pola sebaran pengisap buah lada di Kabupaten Bangka. Bul. Littro. 3(1): 6-11
Wibawanti R dan Setyaningsih R.B. 2019. Buku Saku Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama Tanaman Lada dengan Sistem PHT. Direktorat Perlindungan Perkebunan – Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta..