Manajemen Wereng Coklat

Manajemen Wereng Coklat
12
Selasa, 12 Maret 2024

Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai tumpuan hidup mayoritas masyarakatnya. Beras merupakan komoditas pangan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 2% per tahun, dan konsumsi beras dalam negeri meningkat hingga 30 juta ton per tahun. Untuk memenuhi permintaan kebutuhan beras secara nasional maka diperlukan adanya peningkatan produksi. Namun pada proses peningkatan produksi terdapat beberapa hambatan. Salah satu penyebab penurunan produktivitas tanaman padi adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang merupakan cekaman biotik yang dapat mengurangi dan menurunkan hasil panen, sehingga mengakibatkan ketidak stabilan produksi. Salah satu hama penyebab ketidakstabilan produksi adalah Nilaparvata lugens.

 

Gambar 1. Wereng Coklat, Nilaparvata lugens
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Wereng_coklat)

SIKLUS HIDUP

Nilaparvata lugens Stal. berkembang dengan metamorfosis tidak sempurna yang dalam siklus hidupnya terdapat stadium telur, nimfa dan dewasa. Telur dari N. lugens berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,3 mm. Telur-telur ini diletakkan berkelompok seperti sisiran pisang di dalam jaringan pelepah daun yang menempel pada batang. Nimfa wereng batang coklat terdiri dari 5 instar yang dapat dibedakan dari ukuran tubuh dan sayapnya. Nimfa instar pertama berwarna putih keabu-abuan dengan panjang 0,6 mm, sedangkan instar kelima berwarna coklat dengan panjang 2,0 mm. Perubahan warna tubuh dari putih keabu-abuan lalu menjadi coklat terjadi secara bertahap sesuai dengan perkembangan instar (Harahap dan Tjahjono, 1999).

Imago N. lugens mempunyai 2 bentuk ukuran sayap yaitu makroptera (bentuk yang bersayap panjang) dan brakhiptera (bentuk yang bersayap pendek). Dimorfisme sayap ini berhubungan dengan kepadatan populasi yang terkait dengan persediaan makanannya (Kalshoven, 1981). Warna tubuh fase imagonya adalah coklat kekuning kuningan sampai coklat tua. Panjang tubuh imago betina 3-4 mm dan imago jantan 2-3 mm. Imago betina mempunyai abdomen yang lebih gemuk daripada imago jantan (Harahap dan Tjahjono, 1999). N. lugens berkembang dengan metamorfosis tidak sempurna yang dalam siklus hidupnya terdapat stadium telur, nimfa dan dewasa dan pada suhu 20 - 30 wereng batang coklat membutuhkan 50 hari untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Telur akan menetas 7-10 hari setelah diletakkan dan berkembang menjadi nimfa. Nimfa terdiri dari 5 fase perkembangan (instar) yang berlangsung selama 12-15 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan periode nimfa yaitu 12,82 hari (Harahap dan Tjahjono, 1999). Sedangkan untuk seekor imago betina dapat berkopulasi lebih dari sekali selama hidupnya dan jantan dapat kawin paling banyak dengan 9 ekor betina selama 24 jam (Mochida et al., 1979). Pada fase imago N. lugens siap berkopulasi dan meletakkan telur. Seekor imago betina dalam masa hidupnya 10-24 hari mampu meletakkan telur sebanyak 300-350 butir (Harahap dan Tjahjono, 1999). Satu generasi hama wereng batang coklat (WBC) antara 28-32 hari pada suhu 25dan 23-25 hari pada suhu 280 C. Ada 3 fase dalam satu siklus hidupnya yaitu: fase telur 8-10 hari, fase nympha 12-14 hari, dan fase imago praoviposisi adalah 4-8 hari (Subroto et al., 1992). Siklus hidup satu generasi WBC di daerah tropis rata–rata berkisar antara 21-28 hari, Seekor imago jantan rata-rata hidupnya 21 hari dan imago betina 25 hari. Bentuk imago brakiptera lebih dahulu bertelur daripada bentuk makroptera. Berdasarkan umur padi dan umur imago WBC dalam setiap generasi, maka selama satu musim tanam dapat timbul 2-8 imago WBC. 

KERUSAKAN

Wereng batang cokelat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro. Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN

Pada dasarnya tahap pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara alami dan kimiawi. Secara umum pencegahan dan pengendalian hama ini diantaranya:

1. Rotasi Tanaman

Sesudah padi tanamlah jenis tanaman lain, misalnya kedelai, cabe, kubis dan ubi jalar.

2. Varietas Padi Tahan Wereng

Beberapa varietas padi tahan wereng yang dapat ditanam yaitu: IR-36, IR-54, IR-64 Memberamo, Widas, Cimelati, Memberamo, Cigeulis dan Ciapus.

3. Meminimalisir Tunggul Jerami

Tunggul-tungul jerami perlu dihilangkan agar pertumbuhan tunas baru tidak ada sehingga potensi investasi wereng dapat diminimalisir. Wereng suka keadaan lembab dan terlindung maka sebaiknya sesudah panen sawah betul-betul dikeringkan. Merendam jerami-jerami beberapa hari dalam air sehingga wereng akan banyak yang mati.

4. Meminimalisir pupuk nitrogen (UREA)

Pupuk UREA akan mendorong populasi wereng menjadi besar. Hal ini mungkin terjadi akibat suburnya tanaman menyebabkan batang padi menjadi lunak dan berair banyak hingga memungkinkan Wereng tumbuh subur

5.  Pengaturan Jarak Tanam

Wereng Coklat menyukai tempat yang lembab sehingga diperlukan pengaturan jarak tanam yang baik.

Pengendalian kimiawi dan hayati

Penggunaan insektisida diperlukan jika terdapat dapat lebih dari 1 ekor imago per tunas di petak sampel atau lebih dari 10 ekor nimfa per rumpun,  lebih dari 5 ekor imago per rumpun pada stadium vegetatif, lebih dari 10 ekor imago per rumpun pada stadium generatif. Penggunaan Insektisida yang berbahan aktif seperti: Amitraz, Bupofrezin, Beauveria bassiana 6.20x1010 cfu/ml, BPMC, fipronil, Imidakloprid, Karbofuran, Karbosulfan, metolcarb, MIPC, Propoksur, atau Tiametoksam juga dapat dilakukan.

Sebagai bagian dari pendekatan pengelolaan hama terpadu, pengendalian biologis sangat perlu dilakukan. Beberapa parasitoid dan predator, misalnya Tawon (Digonatopus javanus), kumbang kubah (Harmonia octmaculata, Micraspis lineata), kepik Cyrtorhinus lividipennis, cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae, digambarkan sebagai agen biokontrol potensial pada wereng coklat.

 

REFERENSI

Harahap, I.S dan Tjahjono, B. 1999. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi. Penebar Swadaya. Jakarta

Kalshoven, L.G.E., 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta. Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Culturgewassen in Indonesie

Mochida, O., Okada, T. 1979. Taxonomy and Biology Of Nilaparvata lugens (Hom. Delphacidae) in Brown Planthopper: Threat To Rice Production In Asia. International Rice Research Institute. Los Banos, Phillipines

Subroto, S.W.G., Wahyudin, Toto, H., Sawanda, H. 1992. Taksonomi dan bioekologi wereng batang coklat Nilparvata lugens Stall. Kerjasama Teknis Indonesia – Jepang Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162) Laporan Akhir Wereng Batang Coklat. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan.

Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering. 2023. Wereng Coklat (Brown Planthopper). Diakses dari https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/program-studi/28-manajemen-pertanian-lahan-kering/informasi-materi-kuliah-praktek1/68-hama-penting-tanaman-pertanian-wereng-coklat pada tanggal 10 Maret 2024.

 

 

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA