Mengenal Lalat Rumah Lebih Dekat

Mengenal Lalat Rumah Lebih Dekat
23
Jumat, 23 Agustus 2024

Hampir setiap hari kita dapat menemukan lalat, terutama di area-area yang tercemar, jorok, ataupun kotor seperti tempat sampah. Perilakunya yang sering berada di area kotor dan kemampuannya untuk membawa penyakit membuat hewan yang satu ini dianggap sebagai hama yang sangat mengganggu.

Mengapa serangga ini senang sekali berada di tempat kotor? Penyakit apa saja yang dapat dibawa olehnya? Bagaimana cara mengendalikan atau menghilangkan gangguan hewan ini, khususnya di dalam rumah kita? Mari kita mengenal lebih dekat serangga yang satu ini.

Siklus Hidup dan Morfologi

Lalat rumah, Musca domestica Linnaeus, adalah hama yang sangat dikenal dan tersebar luas di seluruh dunia, baik di lingkungan pertanian maupun rumah tangga. Spesies ini selalu ditemukan berhubungan dengan manusia atau kegiatan manusia.

Lalat rumah merupakan hewan holometabola atau hewan yang mengalami metamorfosis sempurna. Artinya, ada empat tahapan dalam siklus hidup yang dilalui oleh lalat ini, yaitu: telur, larva, pupa, dan dewasa.

Mereka dapat menyelesaikan siklus hidupnya hanya dalam waktu tujuh hingga sepuluh hari. Namun, jika kondisi tidak mendukung, siklus hidup ini bisa memakan waktu hingga dua bulan.

Di daerah beriklim sedang, lalat rumah bisa menghasilkan 10 hingga 12 generasi setiap tahunnya, sementara di daerah subtropis dan tropis, jumlahnya bisa mencapai lebih dari 20 generasi per tahun.

Gambar 1. Fase-fase pada siklus hidup lalat rumah

Tahap Telur

Telur lalat rumah berwarna putih, berukuran sekitar 1,2 mm, dan biasanya diletakkan satu per satu, tetapi sering kali bertumpuk dalam kelompok kecil. Setiap lalat betina bisa menghasilkan hingga 500 telur dalam beberapa kelompok, masing-masing berisi 75 hingga 150 telur, selama periode tiga hingga empat hari. Telur harus tetap lembap agar bisa menetas.

Tahap Larva

Larva instar awal berukuran 3 hingga 9 mm, berwarna putih krem khas, berbentuk silinder, tetapi meruncing ke arah kepala. Kepala larva memiliki sepasang kait berwarna gelap. Bagian belakangnya sedikit menonjol dengan lubang pernapasan yang berbentuk celah bergelombang, dikelilingi oleh garis hitam oval.

Larva, yang tidak memiliki kaki, akan keluar dari telur dalam cuaca hangat dalam waktu delapan hingga 20 jam. Begitu menetas, larva segera mulai memakan dan berkembang di bahan tempat telur diletakkan.

Suhu optimal untuk perkembangan larva adalah 35 hingga 38°. Larva menyelesaikan perkembangannya dalam empat hingga 13 hari pada suhu optimal. Substrat yang kaya nutrisi, seperti kotoran hewan, merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan larva. Ketika larva sudah tumbuh sepenuhnya, ia bisa merayap hingga sejauh 15 meter menuju tempat yang kering dan sejuk di dekat bahan pembiakan untuk berubah menjadi pupa.

Tahap Pupa

Tahap pupa, yang panjangnya sekitar 8 mm, terjadi di dalam kepompong yang terbentuk dari kulit larva terakhir. Warna kepompong ini berubah seiring bertambahnya usia pupa, mulai dari kuning, merah, coklat, hingga hitam. Bentuk pupa berbeda dengan larva, yaitu ujung-ujungnya membulat.

Pupa menyelesaikan perkembangannya dalam dua hingga enam hari pada suhu 32 hingga 37°C. Lalat yang baru muncul akan keluar dari kepompongnya dengan menggunakan kantong yang bisa membesar dan mengecil di bagian depan kepalanya, yang disebut ptilinum. Kantong ini berfungsi seperti palu udara untuk memecahkan kepompong.

Tahap Dewasa

Lalat rumah dewasa berukuran 6 hingga 7 mm, dengan betina biasanya lebih besar dari jantan. Betina bisa dibedakan dari jantan dengan jarak antara mata yang relatif lebih lebar (pada jantan, mata hampir bersentuhan). Kepala lalat dewasa memiliki mata merah dan mulut yang berfungsi seperti spons.

Bagian dada (toraks) memiliki empat garis hitam yang sempit dan ada lekukan tajam ke atas pada vena sayap keempat. Perutnya berwarna abu-abu atau kekuningan dengan garis tengah gelap dan tanda-tanda gelap yang tidak beraturan di sisi-sisinya. Bagian bawah tubuh jantan berwarna kekuningan.

Lalat dewasa biasanya hidup selama 15 hingga 25 hari, tetapi bisa hidup hingga dua bulan. Tanpa makanan, mereka hanya bertahan sekitar dua hingga tiga hari. Umur mereka lebih panjang jika tersedia makanan yang sesuai, terutama gula.

Mereka memerlukan makanan sebelum bisa kawin, dan proses kawin bisa berlangsung antara dua hingga 15 menit. Proses bertelur dimulai empat hingga 20 hari setelah kawin. Lalat betina membutuhkan makanan yang kaya protein untuk menghasilkan telur, dan kotoran hewan saja tidak cukup.

Kemampuan reproduksi lalat sangat besar, tetapi untungnya tidak pernah sepenuhnya terjadi. Ilmuwan menghitung bahwa sepasang lalat yang mulai berkembang biak pada bulan April bisa menghasilkan hingga 191 kuintiliun lalat pada bulan Agustus jika kondisi optimal dan semua keturunannya bertahan hidup.

Persebaran Habitat dan Preferensi Makanan

Lalat rumah pada mulanya berasal dari padang rumput di Asia Tengah, tetapi sekarang tersebar di semua benua yang dihuni manusia, di berbagai iklim mulai dari tropis hingga sedang, dan di berbagai lingkungan mulai dari pedesaan hingga perkotaan. Lalat ini biasanya terkait dengan kotoran hewan, tetapi juga telah beradaptasi untuk makan dari sampah, sehingga lalat ini banyak ditemukan di hampir semua tempat di mana manusia tinggal.

Lalat rumah tidak aktif pada malam hari. Mereka biasanya beristirahat di langit-langit, balok, dan kabel di dalam bangunan, serta di pohon, semak, berbagai jenis kabel luar ruangan, dan rumput. Di peternakan unggas, kumpulan lalat pada malam hari di luar ruangan biasanya ditemukan di cabang-cabang pohon dan semak, sedangkan di dalam ruangan, sebagian besar lalat berkumpul di area langit-langit kandang unggas.

Menurut sebuah studi yang dilakukan di Texas, Amerika Serikat, tempat yang paling cocok untuk berkembang biak (berdasarkan urutan dari yang paling baik) adalah kotoran kuda, kotoran manusia, kotoran sapi, bahan sayuran yang membusuk, dan sampah dapur.

Dampak yang Ditimbulkan 

Lalat dapat menjadi masalah serius yang memerlukan pengendalian. Meskipun lalat rumah tidak menggigit, pengendalian sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan manusia di banyak tempat di dunia.

Kerugian paling penting yang terkait dengan lalat ini adalah gangguan dan kerusakan tidak langsung yang disebabkan oleh kemungkinan penularan patogen (virus, bakteri, jamur, protozoa, dan nematoda) yang dibawa oleh lalat ini.

Organisme patogen ini diambil oleh lalat dari sampah, kotoran, dan sumber-sumber kotor lainnya, kemudian ditransfer melalui bagian mulut, muntahan, kotoran, dan bagian tubuh eksternal yang terkontaminasi ke makanan manusia dan hewan.

Yang sangat mengkhawatirkan adalah perpindahan lalat dari kotoran hewan atau manusia ke makanan yang akan dimakan mentah oleh manusia. Selain itu, ketika lalat mengonsumsi patogen, beberapa patogen bisa bertahan di bagian mulut atau saluran pencernaan lalat selama beberapa hari, dan kemudian ditularkan saat lalat buang air besar atau muntah.

Di tempat-tempat yang tidak memiliki sistem pembuangan yang memadai, seperti jamban terbuka, masalah kesehatan yang serius dapat muncul, terutama jika ada pasar makanan terbuka, rumah sakit, atau rumah pemotongan hewan di sekitarnya.

Di antara patogen yang sering ditularkan oleh lalat rumah adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, Escherichia, Enterococcus, Chlamydia, dan banyak spesies lainnya yang menyebabkan penyakit. Lalat ini paling sering terkait dengan wabah diare dan shigellosis, tetapi juga berperan dalam penularan keracunan makanan, demam tifoid, disentri, tuberkulosis, antraks, infeksi mata, dan cacing parasit.

Manajemen Pengendalian

Membunuh lalat dewasa bisa mengurangi jumlahnya, tetapi untuk mengelola masalah dengan baik, perlu menghilangkan area berkembang biaknya. Tempat pembuangan sampah sebaiknya memiliki tutup yang rapat dan dibersihkan secara teratur. Sampah kering sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditutup rapat.

Semua tempat pembuangan sampah harus ditempatkan sejauh mungkin dari pintu masuk bangunan.Untuk pengendalian di lokasi pembuangan sampah, sampah harus diletakkan di area yang sama dengan limbah anorganik untuk mengurangi sumber berkembang biak, atau sampah yang dibuang harus ditutupi dengan limbah anorganik setebal 15 cm.

Di sekitar rumah dan tempat usaha, penggunaan kasa atau penutup pada jendela, pintu, atau pintu udara, serta penutup tempat sampah dapat mencegah lalat mengakses area berkembang biak. Membungkus sampah rumah tangga dalam kantong plastik dan menguburnya di bawah tanah setidaknya 15 cm di tempat pembuangan sampah yang higienis juga membantu menghilangkan tempat berkembang biak.

Di area pertanian, kotoran hewan bisa disebarkan di ladang agar cepat kering dan menjadi tidak cocok untuk bertelur dan berkembang biak. Pengomposan kotoran bisa efektif jika kompos dikelola dengan baik, termasuk dibalik secara teratur. Kotoran juga bisa dicairkan dan disimpan dalam kolam anaerob, meskipun pada titik tertentu padatannya perlu dipisahkan. 

Jika lalat rumah menjadi hama utama di fasilitas produksi telur komersial, pengendalian lalat dilakukan dengan aplikasi insektisida untuk membasmi lalat dewasa atau larva. Semprotan residual dapat diterapkan di tempat lalat berkumpul. Penting untuk mengelola potensi resistensi terhadap insektisida dengan mengganti formulasi yang berbeda cara kerjanya. 

Di luar ruangan, pengendalian lalat termasuk penggunaan asam borat di dasar tempat pembuangan sampah, perlakuan dinding vertikal di sekitar tempat sampah dan tempat berkembang biak lainnya dengan formulasi mikroenkapsulasi atau bubuk yang bisa dilarutkan, serta penggunaan umpan lalat di dekat sumber makan lalat dewasa.

Kotoran juga bisa diberi insektisida, meskipun metode ini sangat tidak dianjurkan karena mengganggu pengendalian biologis lalat, yang sering kali mengakibatkan peningkatan populasi lalat kembali. Di fasilitas hewan, insektisida sering diterapkan di tempat-tempat favorit lalat dewasa untuk beristirahat, atau stasiun umpan didirikan untuk meracuni lalat dewasa dengan formulasi padat atau cair.

Demikian informasi terkaitlalat rumah yang biasa kita temukan sehari-hari. Semoga bermanfaat, ya!

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.

REFERENSI

Amano K. 1985. Breeding of the house fly, Musca domestica, (Diptera; Muscidae) in fresh dung of cattle fed on pasture grass. Applied Entomological Zoology 20: 143-150.

Anderson JR, Poorbaugh JH. 1964. Observations on the ethology and ecology of various Diptera associated with Northern California poultry ranches. Journal of Medical Entomology 1: 131-147.

Axtell RC. 1970. Integrated fly-control program for caged-poultry houses. Journal of Economic Entomology 63: 400-405.

Barnard DR, Geden CJ. 1993. Influence of larval density and temperature in poultry manure on development of the house fly (Diptera: Muscidae). Environmental Entomology 22: 971-977.

Bishoff FC, Dove WE, Parman DC. 1915. Notes on certain points of economic importance in the biology of the house fly. Journal of Economic Entomology 8: 54-71.

Hedges SA. (ed.). 2004. The Mallis Handbook of Pest Control. 9th ed. GIE Media, Cleveland. 1396 pp.

Hewitt CG. 1914. The House-Fly, its Structure, Habits, Development, Relation to Disease Control. University Press, Cambridge England.

Hogsette JA, Jacobs RD, Miller RW. 1993. The sticky card: device for studying the distribution of adult house fly (Diptera: Muscidae) populations in closed poultry houses. Journal of Economic Entomology 86: 540-454.

Hogsette JA, Jacobs RD. (2003). The black dump fly: A larval predator of house flies. EDIS. (no longer available online)

Hogsette JA. 1996. Development of house flies (Diptera: Muscidae) in sand containing various amounts of manure solids and moisture. Journal of Economic Entomology 89: 940-945.

Howard LO, Bishopp FC. 1925. The house fly and how to suppress it. USDA Farmers' Bulletin 1408. 18 pp.

Imai C. 1985. A New Method to Control Houseflies, Musca domestica, at waste disposal sites. Research in Population Ecology 27: 111-123.

Krafsur ES, Black IV WC, Church CJ, Barnes DA. 1985. Age structure and reproductive biology of a natural house fly (Diptera: Muscidae) population. Environmental Entomology 14: 159-164.

Lord FT, Boston MD. 1904. Flies and tuberculosis. Boston Medical and Surgical Journal 151: 651-654.

Lysyk TJ. 1991. Effects of temperature, food, and sucrose feeding on longevity of the house fly (Diptera: Muscidae). Environmental Entomology 20: 1176-1180.

Lynsk TJ. 1993. Adult resting and larval development sites of stable flies and house flies (Diptera: Muscidae) on dairies in Alberta. Journal of Economic Entomology 86: 1746-1753.

Kaufman PE, Scott JG, Rutz DA. 2001. Monitoring insecticide resistance in house flies from New York dairies. Pest Management Science 57: 514-521.

Kaufman PE, Rutz DA. 2002. Susceptibility of house flies (Diptera: Muscidae) exposed to five commercial insecticides on painted plywood. Pest Management Science 58: 174-178.

Kaufman PE, Rutz DA, Frisch S. 2005. Large sticky traps for capturing house flies, Musca domestica, and stable flies, Stomoxys calcitrans, in dairy calf greenhouse facilities. Journal of Dairy Science 88: 176-181.

MacDonald RS, Surgeoner GA, Solomon KR. 1983. Development of resistance to permethrin and dichlorvos by the house fly (Diptera: Muscidae) following continuous and alternating insecticide use on four farms. Canadian Entomologist 115: 1555-1561.

Merchant ME, Flanders RV, Williams RE. 1987. Seasonal abundance and parasitism of house fly (Diptera: Muscidae) pupae in enclosed, shallow-pit poultry houses in Indiana. Environmental Entomology 16: 716-721.

Morgan PB, Weidhaas DE, Patterson RS. 1981. Programmed releases of Spalangia endius and Muscidifurax raptor (Hymenoptera: Pteromalidae) against estimated populations of Musca domestica (Diptera: Muscidae). Journal of Medical Entomology 18: 158-166.

Ostrolenk M, Welch H. 1942. The common house fly (Musca domestica) as a source of pollution in food establishments. Food Research 7: 192-200.

Ross EH. 1913 The Reduction of Domestic Flies. J.B. Lippincott Co. London 103 pp.

Rutz DA, Axtell RC. 1981. House fly (Musca: Muscidae) control in broiler-breeder poultry houses by pupal parasites (Hymenoptera: Pteromalidae): indigenous parasite species and releases of Muscidifurax raptor. Environmental Entomology 10: 343-345.

Rutz DA, Kaufman PE, Waldron JK. 2001. An Integrated Approach to Managing Fly Pests in Dairy Calf Greenhouses. 2000 NYS Livestock and Field Crops Project Reports Relating to IPM. NYS IPM Pub. #320. pp. 80-91.

Savage EP, Scoof HF. 1955. The species composition of fly population at several types of problem sites in urban areas. Annals of the Entomological Society of America 48: 251-257.

Seymour RC, Campbell JB. 1993. Predators and parasitoids of house flies and stable flies (Diptera: Muscidae) in cattle confinements in west central Nebraska. Environmental Entomology 22: 212-219.

Scott JG, Alefantis TG, Kaufman PE, Rutz DA. 2000. Insecticide resistance in house flies from caged-layer poultry facilities. Pest Management Science 56: 1-7.

Watson DW, Kaufman PE, Rutz DA, Glenister CS. 2001. Impact of the darkling beetle, Alphitobius diaperinus Panzer on the establishment of the predaceous beetle, Carcinops pumilio Erichson for Musca domestica control in caged-layer poultry houses. Biological Control 20: 8-15.

West LS. 1951. The Housefly, its Natural History, Medical Importance, and Control. Comstock Publ Co. Ithaca, N.Y. 584 pp. 

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA