Kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan karena kandungan dan komposisi gizi polong cukup tinggi dan lengkap, komposisi gizi tanaman buncis dalam setiap 100 Gr buncis meliputi 35 kalori, 2,4g lemak, 7,7g karbohidrat, 65 mg kalsium, 44 mg fosfor, 1,1mg zat besi, 63 mg vitamin A, 0,08mg vitamin B1, 19 mg vitamin C, dan 88,9 air. Sejak tahun 2010 hingga 2017 terjadi penurunan produksi buncis selama tujuh tahun terakhir sebesar 17% (produksi tahun 2010 = 3.36 kg ha-1) (produksi tahun 2017 = 2.79 kg ha-1) (BPS 2019). Menurunnya hasil produksi ini terjadi dikarenakan penggunaan bibit yang kurang bermutu dan kurang tepatnya cara pengendalian hama dan penyakit. Salah satu hama buncis yang sering ditemui di Indonesia adalah tungau laba-laba berbintik dua (Tetranychus urticae).
Gambar 1. Tungau laba-laba, koloni tungau laba-laba dan telur tungau laba-laba (kiri ke kanan)
(Sumber: https://ipm.ucanr.edu/PMG/PESTNOTES/pn7405.html)
Tungau laba-laba berbintik dua berbentuk oval, panjang sekitar 0,5 mm dan berwarna coklat atau oranye-merah, tetapi warna yang paling umum adalah hijau, kuning kehijauan, atau hampir transparan. Tungau betina memiliki panjang sekitar 0,4 mm dengan tubuh elips dan memiliki 12 pasang setae punggung. Tungau betina yang melewati musim dingin berwarna oranye hingga oranye-merah. Bintik hitam besar seringkali terlihat melalui dinding tubuh yang transparan. Karena bintik-bintik tersebut merupakan akumulasi kotoran tubuh, tungau yang baru berganti kulit mungkin tidak memiliki bintik tersebut. Tungau jantan berbentuk elips dengan ujung ekor meruncing dan lebih kecil dari betina.
SIKLUS HIDUP
Telur-telur tungau diawal akan menempel pada anyaman sutra halus (seperti pada gambar 1) dan menetas dalam waktu kurang lebih 3 hari. Siklus hidup tungau ini terdiri dari telur, larva, dua tahap nimfa (protonimfa dan deutonimfa) dan dewasa. Lamanya waktu dari telur hingga dewasa sangat bervariasi tergantung suhu. Dalam kondisi optimal (kira-kira 26 ℃), tungau laba-laba menyelesaikan perkembangannya dalam 5-20 hari. Ada banyak generasi yang tumpang tindih setiap tahunnya. Betina dewasa hidup 2-4 minggu dan mampu bertelur beberapa ratus telur selama hidupnya.
Tungau laba-laba berbintik dua lebih menyukai cuaca panas dan kering pada musim panas dan musim gugur, namun dapat muncul kapan saja sepanjang tahun.
KERUSAKAN
Tungau menyebabkan kerusakan dengan menghisap isi sel dari daun. Jumlah tungau yang sedikit biasanya tidak perlu dikhawatirkan, namun populasi tinggi dapat menunjukkan kerusakan nyata pada daun. Pada awalnya, kerusakan muncul sebagai titik-titik terang pada daun; terkadang daunnya berwarna perunggu. Saat serangan tungau masih berlanjut, daun menjadi kekuningan atau kemerahan dan rontok. Pada tanaman seperti buncis, tungau ini langsung menyerang polongnya dan menyebabkan kerusakan langsung dan produksi buncis dapat menurun drastis.
MANAJEMEN
Untuk mendeteksi tungau laba-laba, diperlukan kaca pembesar 10X hingga 15X. Bagian bawah daun perlu diperiksa dengan cermat untuk mencari tungau dan anyaman sutranya. Teknik yang lebih efisien adalah dengan meletakkan selembar kertas putih di bawah daun dan memukul dedaunan dengan keras. Tungau akan jatuh ke atas kertas dan lebih mudah diamati dan diidentifikasi dibandingkan di dedaunan hijau.
Predator sangat penting dalam mengatur populasi tungau laba-laba dan harus dilindungi bila memungkinkan. Genera penting yang termasuk sebagai predator tungau yaitu: Amblyseius, Metaseiulus, dan Phytoseiulus; kumbang betina, Stethorus; bug bajak laut yang sangat kecil, Orius; thrips, Leptothrips; dan larva sayap renda, Chrysopa. Selain itu, di dalam greenhouse, semut hantu, Tapinoma melanocephalum (Fabricius), yang merupakan hama tersendiri, juga dilaporkan sebagai predator yang signifikan (Osborne dkk. 1995).
Tungau laba-laba umumnya diserang oleh tungau predator. Lima spesies yang tersedia secara komersial adalah Phytoseiulus persimilis, Mesoseiulus longipes, Neoseiulus californicus, Galendromus occidentalis A, Amblyseius fallicus dan A. swirskii. Tungau predator dapat dibedakan dengan tungau laba-laba karena kakinya yang lebih panjang. Sepasang kaki depan predator sering dijulurkan ke depan. Para predator ini lebih aktif dan bergerak dengan cepat. Seringkali berwarna merah atau oranye. Phytoseiulus persimilis merupakan predator paling umum dan mampu memangsa semua tahapan tungau (Osborne 1999). Selain itu, gulma-gulma seperti pokeweed, Jerusalem oak, Jimson weed, wild blackberry, wild geranium juga dapat digunakan.
Insektisida oil dapat dipertimbangkan dengan cermat saat akan dilakukan pemberantasan. Produk ini efektif melawan tungau dan paling tidak beracun bagi manusia, organisme non-target lainnya, dan lingkungan. Tungau laba-laba berbintik dua saat ini dapat mengembangkan resistensi terhadap sebagian besar akarisida setelah penggunaan jangka panjang. Kebanyakan mitisida tidak efektif terhadap telur. Oleh karena itu diperlukan dua kali atau lebih penggunaan mitisida dengan interval lima hari berturut-turut selama musim panas.
REFERENSI
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik tanaman sayuran dan buah-buahan semusim Indonesia 2017. [internet]. [diunduh 2024 Feb 4]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
Dreistadt, S. H., J. K. Clark, and M. L. Flint. 2004. Pests of Landscape Trees and Shrubs: An Integrated Pest Management Guide, 2nd ed. Oakland: Univ. Calif. Agric. Nat. Res. Publ. 3359.
Flint, M. L. 1998. Pests of the Garden and Small Farm: A Grower’s Guide to Using Less Pesticides, 2nd ed. Oakland: Univ. Calif. Agric. Nat. Res. Publ. 3332.
Osborne LS. Pena JE, Oi DH. 1995. Predation by Tapinoma melanocephalum (Hymenoptera: formicidae) on Twospotted Spider Mites (Acari: Tetranychidae) in Florida Greenhouses. Florida Entomologist 78:565-570.