Lebah adalah serangga yang termasuk dalam ordo Hymenoptera, keluarga Apidae. Mereka dikenal sebagai penyerbuk yang sangat efisien dan penting bagi banyak ekosistem di seluruh dunia. Ada lebih dari 20.000 spesies lebah yang diketahui, termasuk lebah madu (Apis mellifera), lebah penambang, dan lebah bumble. Lebah madu khususnya sangat terkenal karena kemampuannya menghasilkan madu dan produk lain seperti lilin lebah dan propolis yang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi manusia.
Peternakan lebah, atau apikultur, adalah kegiatan pemeliharaan lebah untuk memanen produk-produk seperti madu, lilin lebah, propolis, dan royal jelly yang telah berkembang pesat di banyak negara, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, karena tingginya permintaan akan produk lebah dan pentingnya penyerbukan dalam pertanian. Industri peternakan lebah telah menyediakan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan yang signifikan, mulai dari peternak lebah hingga penjual produk, pekerja pabrik, dan peneliti, semua berkontribusi pada keberlanjutan dan pertumbuhan sektor ini.
Namun, tentu saja terdapat tantangan yang tidak bisa dihindari dalam berjalannya industri lebah, salah satunya adalah keberadaan varoa mites.
Memahami bagaimana varoa mites menginvasi sarang lebah, siklus hidupnya, dampak negatifnya, dan metode penanganannya adalah langkah penting untuk melindungi lebah dan menjaga produktivitas peternakan.
Invansi Varoa Mites pada Sarang Lebah
Varoa mites (Varroa destructor) adalah parasit eksternal yang dapat menginvasi koloni lebah melalui kontak langsung antara lebah dari koloni yang terinfeksi dan yang sehat.
Lebah pengembara, atau lebah pekerja yang kadang-kadang salah masuk ke koloni lain, dapat membawa varoa mites ke koloni baru. Penggabungan koloni, baik karena migrasi atau kolonisasi kembali, juga memungkinkan varoa mites dari koloni yang terinfeksi untuk berpindah ke koloni yang sehat. Selain itu, saat beberapa lebah mencari sumber makana di bunga yang sama, Varoa mites dapat berpindah dari satu lebah ke lebah lainnya saat lebah mengumpulkan nektar atau serbuk sari. Lebah pengintai yang mencari sumber makanan baru dan kembali ke sarang dengan informasi tersebut juga berpotensi membawa varoa mites ke dalam sarang jika mereka terinfeksi.
Transportasi atau pemindahan ratu lebah, sarang lebah, dan peralatan bekas dari peternakan lebah juga sangat efektif untuk menyebarkan varroa mites dari satu tempat ke tempat lain. Di Australia hal ini telah menjadi perhatian khusus karena industri peternakan lebah di sana seringkali melibatkan migrasi sarang lebah dalam skala yang besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan invasi varoa mites dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu kepadatan populasi lebah, kebersihan sarang, dan daya tahan genetik lebah.
Kepadatan populasi Lebah merupakan faktor penting karena koloni dengan populasi yang tinggi cenderung memiliki kontak lebih intens antar-lebah, yang memudahkan penyebaran varoa mites dari lebah yang terinfeksi ke lebah lainnya.
Kebersihan sarang juga berperan dalam mengontrol infestasi varoa mites. Lebah pekerja memiliki perilaku higienis yang bisa membantu mengurangi jumlah mites dalam koloni dengan mengeluarkan larva yang terinfeksi dari sel brood. Sarang yang kurang bersih atau memiliki lebah dengan perilaku higienis yang lemah lebih rentan terhadap infestasi.
Daya tahan genetik lebah merupakan faktor lain yang signifikan. Beberapa strain lebah memiliki resistensi genetik yang lebih baik terhadap varoa mites. Lebah-lebah ini mungkin memiliki perilaku higienis yang lebih baik atau kemampuan untuk mendeteksi dan menghilangkan mites dari tubuh mereka sendiri, membantu dalam menjaga jumlah populasi varoa mites tetap rendah dalam koloni mereka.
Siklus Hidup
Credit image : PdnBeeKeepers
Siklus hidup varoa mites terdiri dari dua tahap utama, tahap perjalanan (travelling stage) dan tahap reproduksi.
Tahap perjalanan dilakukan oleh Varoa mites dewasa yang terfertilisasi, yaitu betina berukuran sekitar 1,1-1.6 mm. Mereka berwarna cokelat kemerahan, berbentuk oval, dan dilapisi dengan rambut halus (setae) yang membantu mereka menempel pada tubuh lebah inangnya, terutama pada lebah perawat (nurse bees) yang memiliki akses paling banyak ke sel sarang lebah muda (brood cells).
Sel brood adalah sel khusus di dalam sarang lebah yang digunakan untuk membawa dan menyimpan telur lebah yang akan menetas dan berkembang menjadi larva. Telur yang disimpan oleh ratu lebah di dalam sel brood akan ditutup dan diurus lebih lanjut oleh lebah pekerja.
Betina dewasa varoa mites masuk ke dalam sel brood lebah yang hampir tertutup, terutama sel yang berisi larva lebah drone (jantan) karena larva lebah drone memerlukan waktu lebih lama untuk berkembang sehingga akan memberikan lebih banyak waktu bagi varoa mites untuk melakukan reproduksi.
Di dalam sel sarang, varoa mites betina dewasa akan bersembunyi di makanan brood di dasar sel dan menunggu selama 60-70 jam hingga sel sarang tersebut ditutup oleh lebah pekerja. Setelah sel sarang ditutup, varoa mites betina akan meletakkan telur jantan yang tidak terfertilisasi terlebih dahulu. Sekitar 30 jam kemudian, telur betina yang terfertilisasi akan diletakkan. Telur-telur betina lainnya kemudian diletakkan dengan selang waktu 26-32 jam.
Setelah menetas dari telur mereka, varoa mites melewati dua tahap perkembangan yaitu protonimfa dan deutonimfa. Selama tahap ini, mereka memakan lemak tubuh pupa lebah yang sedang berkembang di dalam sel sarang.
Setelah mencapai tahap dewasa, varoa mites jantan akan kawin dengan mite betina lainnya. Varoa mites jantan dapat dibedakan dari betina berdasarkan bentuk tubuh yang biasanya berbentuk lebih bulat, kaki yang lebih panjang, dan ukuran tubuh yang lebih kecil.
Ketika lebah dewasa meninggalkan sel sarang, varoa mites betina dewasa dan induk mite akan keluar bersama inang baru mereka. Mite jantan dan betina yang belum matang lainnya mati di dalam sel sarang yang ditinggalkan.
Varoa mites betina dapat bereproduksi hingga tujuh kali, meletakkan sekitar 30 telur selama hidupnya.
Dampak Negatif
Infestasi varoa mites memiliki dampak serius terhadap koloni lebah. Mites ini menghisap lemak tubuh (fat body) lebah, melemahkan sistem kekebalan alami mereka dan meningkatkan kerentanan terhadap infestasi penyakit seperti Deformed Wing Virus (DWV) dan infeksi bakteri. Akibatnya, kesehatan lebah pekerja terganggu, aktivitas dalam mengumpulkan makanan dan merawat larva (brood) menjadi tidak maksimal sehingga dapat mengurangi produktivitas koloni dan produksi madu.
Selain itu, infestasi yang tidak terkontrol dapat mengancam kelangsungan hidup koloni secara keseluruhan yang menyebabkan kerugian ekonomi besar bagi peternak akibat biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan dan manajemen pengendalian.
Strategi Untuk Menangani Varoa mites
Strategi untuk menangani varoa mites mencakup berbagai pendekatan yang harus diterapkan dengan hati-hati dan terintegrasi untuk efektivitas maksimal.
Pemantauan rutin koloni lebah untuk mendeteksi infestasi varoa mites secara dini sangat penting, baik melalui pengamatan langsung maupun teknik seperti penghitungan jatuhnya mites dari koloni. Praktik pemeliharaan yang baik, seperti menjaga kebersihan sarang, penggantian ratu secara teratur, dan pemberian nutrisi yang cukup, membantu mempertahankan kesehatan koloni agar lebih tahan terhadap varoa mites.
Pengobatan senyawa kimia seperti amitraz, asam oksalat atau thymol untuk membunuh varroa mites perlu dilakukan namun dengan sangat hati-hati untuk menghindari resistensi dan dampak negatif pada lebah dan lingkungan.
Amitraz adalah salah satu jenis acaricide sintetis yang digunakan untuk mengendalikan varroa mites dalam koloni lebah. Acaricide ini umumnya dijual dengan merek dagang Apivar(R) yang bekerja dengan cara mengganggu sistem saraf mites.
Meskipun dalam bentuk aslinya amitraz tidak bertahan sebagai kontaminan dalam madu atau lilin, beberapa metabolit amitraz dapat tetap ada dalam lingkungan koloni lebah. Efek samping dari penggunaan amitraz yang tidak terkontol adalah adanya efek sinergis antara amitraz dan virus-virus tertentu yang dapat meningkatkan tingkat kematian lebah. Selain itu, telah ada kasus nyata di lapangan yang menunjukkan potensi resistensi parasit terhadap amitraz, yang menjadi peringatan bagi pemiliki peternakan untuk memonitor penggunaan amitraz dengan sangat ketat.
Alternatif non-kimia seperti penggunaan lebah tahan varroa mites, penggunaan sarang dengan ukuran sel yang kecil, dan teknik mekanis seperti pemotongan drone brood, juga efektif dalam mengendalikan varoa mites tanpa risiko kimia berbahaya.
Pengembangan lebah yang lebih tahan terhadap varroa mites dilakukan melalui seleksi genetik. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan sifat-sifat resistensi dan higienisitas koloni lebah. Lebah yang tahan terhadap varroa mites biasanya memiliki mekanisme internal yang membuat mereka lebih mampu mendeteksi dan mengatasi infestasi mites. Contohnya adalah lebah dengan sifat Varroa Sensitive Hygiene (VSH), yang dapat mengenali sel-sel sarang yang terinfeksi dan secara aktif membersihkannya untuk mengurangi populasi mites.
Penggunaan sarang yang memiliki sel-sel yang lebih kecil dapat mengurangi jumlah varroa mites dalam koloni. Sel-sel sarang yang lebih kecil memperpendek periode pasca penutupan sel, sehingga mencegah mites untuk berkembang biak dengan efisien di dalam sel-sel itu. Meskipun efektivitasnya masih diperdebatkan dalam literatur ilmiah, penggunaan sarang dengan sel-sel kecil telah diperlihatkan dapat mengurangi jumlah varroa mites yang terinfestasi.
Credit image : Bee2Bee
Drone brood (sarang lebah jantan) menjadi sasaran favorit varroa mites karena ukurannya yang lebih besar dan periode pasca penutupan yang lebih panjang. Dengan menghapus drone brood secara teratur sebelum mites bisa berkembang biak.
Dengan terus melakukan dan mengembangkan strategi yang berkelanjutan dan terintegrasi dalam mengatasi varroa mites, kita tidak hanya memastikan kesehatan koloni lebah dalam apikultur tetapi juga tetapi juga menjaga ekosistem dengan memastikan peran penting lebah sebagai penyerbuk yang krusial tetap terjaga.
Demikian informasi terkait Varroa Mites. Semoga bermanfaat, ya!
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author : Rahmidevi Alfiani
REFERENSI
Morfin, N., Goodwin, P. H., & Guzman-Novoa, E. (2023). Varroa destructor and its impacts on honey bee biology. Frontiers in Bee Science, 1, 1272937.
PennState Extension. (2021). Methods to Control Varroa Mites: An Integrated Pest Management Approach. https://extension.psu.edu/methods-to-control-varroa-mites-an-integrated-pest-management-approach. Diakses pada 6 Juli 2024.
Reams, T., & Rangel, J. (2022). Understanding the enemy: a review of the genetics, behavior and chemical ecology of Varroa destructor, the parasitic mite of Apis mellifera. Journal of Insect Science, 22(1), 18.
Warner, S., Pokhrel, L. R., Akula, S. M., Ubah, C. S., Richards, S. L., Jensen, H., & Kearney, G. D. (2023). A scoping review on the effects of Varroa mite (Varroa destructor) on global honey bee decline. Science of the total environment, 167492.