Nyamuk Aedes atropalpus, yang berasal dari Amerika Utara, telah ditemukan di Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Ini menambah tantangan baru dalam pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di wilayah tersebut.
Bersama dengan nyamuk invasif lainnya seperti Aedes aegypti dan Aedes albopictus, Aedes atropalpus memiliki kemampuan untuk menyebarkan penyakit. Perkembangan global, urbanisasi, serta perubahan iklim telah menciptakan lingkungan yang ideal bagi peningkatan populasi nyamuk. Selain itu, adanya banyak tempat berkembang biak buatan semakin meningkatkan peluang terjadinya wabah penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.
Saat ini, belum ada laporan resmi yang mengonfirmasi distribusi Aedes atropalpus di Asia Tenggara. Sebagian besar laporan masih mencatat nyamuk ini di kawasan Amerika Utara dan beberapa negara di Eropa.
Distribusi Aedes atropalpus di wilayah baru perlu terus dipantau, karena nyamuk ini bisa memengaruhi penyebaran penyakit, mirip dengan peran nyamuk Aedes lainnya di Asia Tenggara​.
Artikel ini akan membahas mengenai nyamuk Aedes atropalpus yang berpotensi sebagai vektor penyakit. Yuk simak uraian di bawah ini.
Nyamuk Aedes atropalpus, atau dikenal sebagai nyamuk American rock pool, merupakan spesies yang berasal dari Amerika Timur Laut. Spesies ini mampu beradaptasi dengan lingkungan perkotaan dan menggunakan wadah buatan sebagai tempat berkembang biak.
Aedes atropalpus mampu menularkan beberapa patogen seperti virus La Crosse dan West Nile, tetapi perannya dalam penyebaran penyakit di alam bebas masih dianggap terbatas.
Tidak seperti banyak spesies Aedes lainnya, betina Aedes atropalpus tidak memerlukan darah untuk menghasilkan telur. Meski begitu, nyamuk ini tetap aktif menggigit baik di siang hari maupun malam, dan dapat menghisap darah dari berbagai inang, termasuk manusia.
Nyamuk Aedes atropalpus memiliki kemampuan untuk bereproduksi tanpa memerlukan makanan darah membuatnya dapat menghasilkan telur lebih awal di musim semi dibandingkan dengan nyamuk Aedes lainnya, memberi keuntungan dalam kompetisi.
Penyebaran dan penetapan spesies nyamuk invasif di Eropa sudah tercatat dengan baik, tetapi cara mereka menjelajah lingkungan perkotaan dan pedesaan masih belum jelas. Banyak lembaga belum memberikan perhatian cukup terhadap panduan untuk mencegah invasi nyamuk baru, meskipun mereka lebih fokus pada pemantauan.
Biasanya, pemantauan lebih fokus pada nyamuk yang berkembang biak di wadah buatan di area perkotaan, karena risiko penyebaran penyakit lebih tinggi di sana. Namun, jika pemantauan di titik-titik masuk utama diabaikan, maka akan lebih sulit mengendalikan spesies invasif yang terdeteksi di area padat penduduk.
Di sisi lain, banyak spesies nyamuk invasif lebih suka berkembang di habitat alami dan pedesaan, di mana pemantauan bisa jadi lebih mahal dan memerlukan lebih banyak tenaga kerja. Untuk mengatasi hal ini, teknologi digital dan pengembangan perangkap pintar bisa sangat membantu dalam pemantauan di area terpencil.
Program pemantauan di daerah pedesaan mungkin akan menunjukkan perbedaan dalam jumlah nyamuk invasif dibandingkan dengan daerah perkotaan. Kita tidak boleh mengabaikan potensi area ini sebagai tempat tinggal bagi berbagai spesies nyamuk berbahaya, termasuk spesies yang dapat menulari penyakit dari hewan ke manusia.
Nah, demikian ulasan terkait Aedes atropalpus: potensi nyamuk invasif dalam penyebaran penyakit. Semoga bermanfaat ya!
Author: Dherika
Cebrian-Camison, S., Puente, J.M., & Jordi, F. (2020). A Literature Review of Host Feeding Patterns of Invasive Aedes Mosquitoes in Europe. Insects, 11(848): 1-16. Doi: 10.3390/insects11120848.
Glunti, G., Wilke, A.B.B., John, C.B., & Glovanni, B. (2023). What Do We Know About the Invasive Mosquitoes Aedes atropalpus and Aedes triseriatus?. Current Tropical Medicine Reports, 10: 41-46. https://doi.org/10.1007/s40475-023-00284-x.
iNaturalist. (n.d). American Rock Pool Mosquito (Aedes atropalpus). Retrieved from https://www.inaturalist.org/taxa/458896-Aedes-atropalpus (Accessed: October 27th, 2024).