Indonesia merupakan penghasil komoditas kelapa sawit terbesar ke-2 didunia setelah Malaysia. Kebutuhan kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan peningkatan kebutuhan Crude Palm Oil (CPO) dunia. Berdasarkan data Ditjetbun (2021), luas lahan kelapa sawit Indonesia mencapai 15,08 juta hektare (ha) pada 2021, namun, lahan yang masuk kategori produktif atau tanaman menghasilkan (TM) adalah seluas 12,59 juta ha atau 83% dari total luasnya, dengan perkebunan swasta 7,25 juta ha, perkebunan rakyat 4,83 juta ha, perkebunan besar negara 506,7 ribu ha, dengan jumlah produksi kelapa sawit nasional sebesar 49,7 juta ton pada 2021 menggunakan sistem pola tanam monokultur. Sistem monokultur perkebunan kelapa sawit menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung bagi peningkatan populasi hama pemakan daun. Hal ini menjadi pemicu ledakan hama ulat api seperti Setora nitens (Lisanti dan Wood, 2009). Serangan ulat api S. nitens berdampak pada penurunan produksi hingga 70% pada satu kali serangan dan 93% pada serangan kedua dalam tahun yang sama, sehingga diperlukan pengendalian yang tepat untuk mencegah penurunan produksi kelapa sawit akibat serangan hama ulat api S. nitens (Pahan, 2008)
Figure 1. Ulat api, Setora nitens
(Sumber: https://gokomodo.com/blog/inilah-jenis-hama-ulat-api-yang-sering-ditemui-di-indonesia)
SIKLUS HIDUP
Secara umum, ulat api mempunyai siklus hidup selama ± 42 hari. Siklus hidup ulat api meliputi telur, larva (ulat), pupa dan ngengat dewasa. Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, dan transparan. Telur diletakkan berderet 3 – 4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke-6 samapai ke-17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir. Telur diletakkan tanpa saling tindih dan akan menetas setelah 4 – 7 hari. Ulat api awalnya berwarna hijau kekuningan kemudian hijau dan biasanya akan berubah menjadi kemerahan menuju masa pupa. Ulat ini memiliki ciri tubuh satu garis membujur di tengah punggung yang berwarna biru keunguan. Fase larva atau ulat ini berlangsung selama 50 hari. Pada fase selanjutnya, ulat akan menjadi pupa selama 17 – 27 hari. Setelah emerge, ngengat spesies ini akan memiliki lebar rentangan sayap sekitar 35 mm. Sayap depan ngengat berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap.
KERUSAKAN
Hama ulat ini menyerang dengan cara menggerogoti bagian daun kelapa sawit, dimulai dari helaian daun bagian bawah hingga menjadi lidi, dalam kondisi yang sangat parah tanaman akan kehilangan daun hingga mencapai 50% – 90%. Ulat api menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Hal ini akan mengakibatkan kematian tanaman apabila tidak segera dikendalikan dengan benar.
MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN
Untuk mengendalikan populasi ulat api diperkebunan kelapa sawit, petani dapat mengkombinasikan baik dari pengendalian secara mekanis, biologi dan kimia. Pada prinsipnya penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama harus dilakukan secara bijak dan menjadi alternatif terakhir untuk mengurangi kerusakan lingkungan.
Pengendalian secara mekanis
Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara mengambil dan membunuh secara langsung ulat api yang menyerang bibit tanaman, sedangkan pada kelompok tanaman menghasilkan pengendalian secara mekanis biasanya dilakukan dengan mencari kepompong ulat api pada pangkal tanaman, kepompong dikumpulkan selanjutnya musnahkan dengan cara dibakar.
Pengendalian secara biologis
Beberapa agen antagonis maupun predator spesies ini telah banyak ditemukan. Agen antagonis ini meliputi Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Selain itu, bunga pukul delapan juga dapat digunakan. Menanam Bunga pukul delapan (Tunera Subulata) dapat mengurangi populasi ulat api. Bunga pukul delapan selain berfungsi untuk memperindah kebun (biasanya ditanam di pingir jalan produksi) juga berfungsi sebagai sumber pakan bagi predator ulat api.
Pengendalian secara kimia
Pengendalian secara kimiawi dilakukan jika tingkat populasi ulat api mencapai 5 – 10 ekor ulat pada setiap pelepah daun. Pada tanaman kelapa sawit yang masih rendah, pengendalian ulat api dilakukan dengan menyemprotkan larutan insektisida berbahan aktif Deltametrin dengan dosis 2cc/liter air. Pada tanaman yang sudah tinggi, pengendalian ulat api dengan insektisida berbahan aktif Deltrametrin dilakukan dengan cara fogging pada malam hari dan tidak hujan.
REFERENSI
Ditjetbun. 2021. Luas lahan Perkebunan kelapa sawit produkif pada 2021. Diperoleh dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/26
Kelti Proteksi Tanaman PPKS. 2020. Kunci Sukses Pengendalian Hama UPDKS di Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS, Medan.
Kuswanto, R. 2024. Pengendalian Ulat Api (Setothosea asigna) pada Tanaman Kelapa Sawit. Internet: https://cybex.pertanian.go.id. Diakses tanggal 14 Januari 2024.
Lisanti dan Wood B.J. 2009. Internal visit report consultancy. Sumatera Bioscience
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Budidaya Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu Hngga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya