Kumbang Labu Merah (Coleoptera:Chrysomelidae) Perusak Tanaman Pangan

Kumbang Labu Merah (Coleoptera:Chrysomelidae) Perusak Tanaman Pangan
02
Kamis, 2 Mei 2024

Aktivitas budidaya tanaman pangan tidak lepas dengan masalah serangan hama. Peristiwa serangan hama merupakan faktor pembatas utama yang menyebabkan 25-35% hilangnya produksi tanaman.

Salah satu hama utama pada budidaya tanaman, khususnya tanaman dalam famili Curcubitaceae, adalah kumbang labu merah. Spesies kumbang yang berhasil teridentifikasi adalah Aulacophora foveicollis (Lucas) dan Raphidopalpa foveicollis (Lucas).

Kumbang labu merah muncul sepanjang tahun dan dapat dengan mudah ditemukan di Asia Tenggara, Afrika, wilayah Mediterania di sebelah Barat, dan Australia di Timur.

Kumbang labu merah menyerang tanaman di tahap pembibitan hingga tahap panen dan dapat mengganggu lebih dari 81 spesies tanaman. Baik larva maupun individu dewasa bersifat hama bagi tanaman inangnya.


Karakterisasi Kumbang Labu Merah
Karakterisasi Kumbang Labu Merah

Tahapan hidup dari kumbang labu merah dimulai dari telur, larva, pupa, hingga serangga dewasa sebagai kumbang.

Larva berwarna putih kotor dengan pelindung oval agak gelap di bagian belakang. Larva instar akhir akan berubah warna menjadi kuning krem yang berukuran sekitar 12 mm.

Larva akan menjadi pupa dan selanjutnya eklosi menjadi kumbang dewasa. Bagian punggung tubuh kumbang dewasa berwarna jingga tua, sedangkan bagian perut berwarna hitam (berukuran panjang 5-8 mm dan lebar 3,5-3,75 mm).

Kumbang labu merah biasanya akan muncul di daun inang pada pukul 07.00 hingga 18.00 dengan jumlah maksimum populasinya akan terlihat pada pukul 09.00. Berdasarkan waktu aktif tersebut, kumbang ini termasuk ke dalam serangga diurnal yang aktif di siang hari.

Kerusakan Akibat Kumbang Labu Merah
Kerusakan Akibat Kumbang Labu Merah

Kumbang labu merah merupakan hama yang serius pada budidaya muskmelon, labu, dan mentimum. Ketika inang utama tidak ada, mereka ditemukan menyerang tanaman polong-polongan, tomat, padi, jagung, bahkan tercatat menyerang pohon-pohon hutan (Dalbergia latifolia, Michela champaca dan Tectona grandis).

Individu betina dewasa akan bertelur di tanah dimana larva yang menetas akan memakan bagian bawah tanaman inang, kulit buah yang menyentuh tanah, dan jaringan akar sehingga menyebabkan kerusakan langsung pada bibit yang baru berkembang. Setelah dewasa, kumbang lebih menyukai kotiledon, daun, dan bagian bunga sehingga menyebabkan tanaman menjadi layu dan gugur. Kumbang dewasa dengan lahap memakan bagian tanaman yang membuat lubang-lubang tidak beraturan. Dampak dari kegiatan makan tersebut adalah buah tidak layak untuk dikonsumsi manusia hingga menurunnya hasil panen secara signifikan.

Kumbang labu merah dilaporkan dapat mengakibatkan 70% kerusakan pada daun, 60% kerusakan pada bunga, hingga 100% kerusakan pada buah di tanaman inang. Kerusakan tersebut mengharuskan para petani untuk menanam kembali sebanyak 3-4 kali sehingga terjadi keterlambatan produksi tanaman.

Pengendalian Kumbang Labu Merah
Pengendalian Kumbang Labu Merah

Tahap pembibitan merupakan tahap yang paling disukai dan sensitif oleh serangan hama sehingga perlindungan pada tahap ini dianggap paling penting. Pengendalian kumbang labu merah dapat dilakukan dengan beberapa metode.

Metode paling sederhana yang dapat dilakukan adalah penggunaan perangkap, seperti yellow sticky, pit fall, dan perangkap cahaya. Yellow sticky trap ditemukan sebagai tindakan pengendalian terbaik untuk mengurangi persentase serangan daun oleh kumbang labu merah dan jumlah kumbang per tanaman.

Pengendalian secara kultural dapat dilakukan dengan cara penerapan budidaya bersih, seperti pembajakan segera setelah pemanenan dapat menghancurkan kumbang dewasa yang berhibernasi, serta melakukan pengumpulan dan pembakaran sisa tanaman merambat.

Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan memanfaatkan jamur patogen untuk mengontrol populasi kumbang labu merah. Jamur patogen Beauveria basiana dan  Metarhizium anisopliae terbukti efektif dan sangat direkomendasikan.

Selain jamur, musuh alami lalat Tachinid (Medinodexia morgani), serangga Reduviid (Rynocoris fuscipes), dan tungau (Histiostoma spp.) merupakan predator dan parasit yang efektif melawan hama kumbang labu merah. Trichogramma spp., Brachymeria tachardiae, dan Trichospilus pupivora juga dapat digunakan untuk mengendalikan populasi kumbang karena sifat mereka sebagai parasitoid terhadap telur dan larva.

Penggunaan insektisida dapat dilakukan, baik penggunaan insektisida kimia maupun bio-insektisida. Percobaan sebelumnya merekomendasikan bahwa Fosfamidon, Endosulfan, Carbaryl atau Malathion dapat digunakan pada tanaman Cucurbit untuk melawan kumbang labu merah secara efektif.

Secara khusus, pengaplikasian insektisida kimia pada benih mentimun dengan Karbofuran sebesar 3% atau 4% atau pemberian Karbofuran pada tanah setelah tanaman berkecambah ditemukan sebagai tindakan pengendalian yang efektif. Pencampuran Carbaryl 10% WP dalam lubang sebelum benih disemai akan menghancurkan larva dan pupa.

Pengendalian menggunakan bio-insektisida juga efektif dilakukan. Pestisida ini dapat terbuat dari bagian tanaman, baik dalam bentuk mentah atau setelah ekstraksi.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mimba (Azadirachta indica) merupakan pestisida nabati yang ampuh dan banyak digunakan baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pestisida sintetik lainnya. Mimba ini digunakan karena menimbulkan efek penolakan paling tinggi terhadap kumbang labu merah.

Demikian pula, laporan penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak etanol 1% dan ekstrak air Melia azadirach 3% efektif dalam mengendalikan kumbang labu merah dan ditemukan setara dengan formulasi mimba komersial, yaitu Econeem dan Nimbicidine. Selain itu, ekstrak tumbuhan Coleus dilaporkan memiliki aktivitas anti-feedant yang tinggi.

Demikian informasi mengenai kumbang labu merah. 

Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen yang terpercaya.

Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training, mencakup:

  1. Basic Pest Management Training (BPT)
  2. Advanced Pest Management Training (APT)
  3. Pest Control Mentoring (PCM)
  4. In House Training

Selain itu, adapun konsultan manajemen hama dan sertifikasi bebas hama untuk penilaian keberadaan hama.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1625-0931.

Semoga ulasan di atas dapat bermanfaat ya.

Author: Dherika

Referensi

Indliya, M., & Amogha. (n.d.). Management Approaches of Red Pumpkin Beetle. Agri-India Today Article, 1(6): 27-28.

Khan, M.M.H. (2018). Occurrence, Distribution, Host Preference and Damage Severity of Red Pumpkin Beetle – A Review. Malaysian Journal of Halal Research Journal (MJHR), 1(1): 3-9.

Plantix. (2023). Red Pumpkin Beetle: Aulacophora foveicollis. Retrieved from https://plantix.net/en/library/plant-diseases/600290/red-pumpkin-beetle/ (Accessed: April 27th, 2024).

Regmi, S., & Paudel, M. (2020). A Review on Host Preference, Damage Severity and Integrated Pest Management of Red Pumpkin Beetle. Environmental Contaminants Reviews (ECR), 3(1): 16-20. DOI: 10.26480/ecr.01.2020.16.20.

Vikaspedia. (2020). Mint Insect Pest. Retrieved from https://vikaspedia.in/agriculture/crop-production/integrated-pest-managment/ipm-for-vegetables/ipm-strategies-for-mint/mint-insect-pests (Accessed: April 27th, 2024).

DAFTAR KELAS SEKARANG