Tantangan Gulma Akuatik Pada Berbagai Jenis Perairan

Tantangan Gulma Akuatik Pada Berbagai Jenis Perairan
01
Selasa, 1 Oktober 2024

Gulma akuatik merupakan tumbuhan air yang sering kali menjadi masalah serius di berbagai jenis perairan. Tumbuhan ini tumbuh dengan cepat di perairan tawar maupun laut dan dapat berkembang biak secara ekstensif, kadang-kadang melampaui tingkat yang diinginkan. Oleh karena itu, penting untuk mencari strategi yang efektif untuk mengelola populasi gulma akuatik dan menjaga keseimbangan lingkungan perairan.

Tantangan Gulma Akuatik pada Beberapa Jenis Perairan

Ada beberapa jenis perairan yang seringkali berkaitan dengan permasalahan gulma, yaitu perairan buatan manusia (impounded waters), perairan yang mengalir (flowing waters), dan perairan jenuh (water saturated areas).

Perairan Buatan Manusia (Impounded Waters)

Perairan buatan seperti waduk, kolam, dan danau sering kali mengalami masalah eutrofikasi, yaitu kondisi di mana air menjadi terlalu kaya akan nutrisi, terutama nitrogen dan fosfor. Akumulasi nutrisi ini sering memicu pertumbuhan pesat tumbuhan air, termasuk gulma akuatik dan alga. 

Salah satu contoh fenomena yang sering terjadi akibat eutrofikasi adalah algal bloom atau ledakan alga, di mana alga berkembang biak secara masif dalam waktu singkat. Kondisi ini dapat memengaruhi rantai makanan, karena alga yang tumbuh secara berlebihan memberikan perlindungan bagi ikan kecil dari predator alami, mengakibatkan ketidakseimbangan dalam ekosistem. Selain itu, dampak yang lebih serius dapat terjadi ketika gulma akuatik dan alga yang mati mengalami proses dekomposisi. Proses ini akan mengonsumsi oksigen terlarut dalam air, menyebabkan deplesi oksigen yang drastis (hipoksia) dan sering kali berujung pada kematian massal ikan dan organisme akuatik lainnya.

Untuk mengatasi masalah eutrofikasi, diperlukan langkah-langkah pengelolaan perairan yang tepat, seperti pengendalian sumber nutrisi, pemanenan gulma, dan penggunaan teknik aerasi untuk menjaga oksigen terlarut.

Perairan yang Mengalir (Flowing Waters)

Gulma akuatik sebetulnya jarang menjadi masalah di perairan yang mengalir seperti sungai dan kanal.

Berbeda dengan waduk dan danau, sungai dan kanal memiliki vegetasi akuatik yang lebih sedikit karena pergerakan arus air yang konstan. Namun, masalah dapat terjadi di kanal sungai, termasuk kanal irigasi dan banjir, yang dirancang untuk mengalirkan air ke lahan pertanian atau sungai terdekat.

Pertumbuhan vegetasi di tepi, pinggiran, dan genangan air yang sangat dangkal di sekitar sungai adalah masalah yang paling umum terjadi dan keberadaannya akan menghambat aliran air sehingga berpotensi menyebabkan banjir. 

Perairan Jenuh (Water Saturated Area)

Keberadaan gulma akuatik juga jarang menjadi masalah pada perairan jenuh seperti rawa-rawa, parit drainase, dan daerah aliran tanah (sepps). Namun, gulma yang tumbuh terlalu lebat akan menutupi saluran air sehingga akan membentuk genangan air atau menyebabkan bahkan banjir di daerah sekitarnya.

Selain itu, masalah gulma dapat muncul di lahan pertanian yang berdekatan dengan area yang lembab atau basah. Hal ini terjadi karena kondisi yang sangat basah akan menyediakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan gulma. Ketika tumbuhan akuatik ini menyebar ke lahan pertanian, mereka dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang diinginkan dan mengurangi hasil panen.

Klasifikasi Spesies Vegetasi Akuatik yang Umumnya Menjadi Masalah pada Perairan

Terdapat beberapa jenis klasifikasi spesies tanaman akuatik yang umumnya dijumpai dan menjadi masalah pada perairan, diantaranya adalah alga, tanaman terapung (floating plants), tanaman terendam sebagian (submersed plants), tumbuhan yang muncul ke permukaan (Emersed plants), dan emergant plants

Alga

Alga sebetulnya tidak termasuk dalam kelompok tumbuhan yang disebut vegetasi. Mereka tidak memiliki akar, batang, atau daun seperti tumbuhan vascular.

Beberapa kelompok alga air tawar yang umum ditemukan di perairan fitoplankton dan alga berfilamen.

Fitoplankton biasanya memberikan bermanfaat pada ekosistem perairan. Namun, keberadaanya menjadi masalah apabila air di perairan digunakan untuk konsumsi manusia. Keberadaan fitoplankton yang berlebihan berpotensi menyumbat filter di pabrik pengolahan air, menyulitkan proses penyaringan dan pengolahan air.

Selain itu, beberapa jenis fitoplankton, terutama cyanobacteria, dapat menghasilkan aroma yang tidak sedap dan toksin yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia jika terakumulasi dalam air minum. 

Alga berfilamen seperti Chara spp, Spirogyra spp, Cladophora spp, dan Pithophora spp biasanya akan mengganggu sistem irigasi dengan menempel pada struktur dan lapisan beton serta menyumbat pintu air sehingga menganggu aliran air, irigasi, dan merusak infrastruktur seperti tanggul, pintu air, dan saluran pembuangan lainnya.

Tanaman Terapung (Floating Plants)

American lotus

 

 Tanaman yang terapung adalah tanaman yang mengambang bebas di atas permukaan air. Tanaman ini biasanya tumbuh dengan cepat dan termasuk di antara tanaman akuatik yang paling merepotkan.

Duckweeds (Lemna spp.) dan watermeal (Wolffia spp.) adalah contoh tanaman yang mengapung di permukaan air dan akarnya menyerap nutrisi langsung dari air. Sementara itu, tanaman yang berakar di dasar tetapi memiliki daun yang mengambang ke permukaan air  meliputi waterlilies (Nymphaea spp.) dan American lotus (Nelumbo spp.).

Tanaman Terendam Sebagian  (Submersed Plants)

Pondweeds

Submersed plants adalah tanaman yang memiliki akar, batang, dan daun dengan benih sejati. Tanaman ini akan tumbuh terutama di bawah permukaan air pada kedalaman 10 hingga 12 kaki.   

Beberapa contoh tanaman terendam yang sering menjadi masalah di perairan adalah, Pondweeds (Potamogeton spp.), Elodea (Elodea spp.), Watermilfoil (Myriophyllum spp.), Coontail (Ceratophyllum spp.), Naiads (Najas spp.), dan Bladderwort (Utricularia spp.)

Tanaman yang Muncul ke Permukaan  (Emersed Plants)

Brassenia schreberi

Emersed plants adalah tanaman yang memiliki daun yang tumbuh di atas permukaan air atau di dekat permukaan air, tetapi akarnya tetap berada di dasar perairan.  

Berbeda dengan floating plants, daun pada emersed plants biasanya tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat air dan akan tetap berada di tempat mereka tanpa mengikuti ketinggian air. Contoh dari emersed plant adalah watershield (Brasenia spp.), di mana daun-daunnya tetap mengambang di permukaan air.

Emergant Plants

Purple loosentrife

Emergant plants merupakan salah satu jenis emersed plants yang tumbuh di tanah yang jenuh pada perairan yang sangat dangkal. Mereka dapat ditemukan tumbuh di sepanjang tepi perairan pada  kedalaman air 2 kaki 

Beberapa jenis emergent plants yang sering ditemukan diantaranya adalah Reeds (Phragmites spp), Sedge (Carex spp.), Bulrush (Scirpus spp.), Rush (Juncus spp.), Cattails (Typha spp.), dan Purple loosestrife (Lythrum spp.)

Apa Saja yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Keberadaan Gulma Akuatik? 

Beberapa cara untuk mengatasi keberaadaan gulma akuatik dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu melalui pencegahan, dan pengontrolan gulma secara mekanis, biologis, dan kimiawi.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan melalui perencanaan dan manajemen yang efektif seperti membuat strategi untuk meminimalkan area yang dangkal, terutama pada perairan yang dibuat oleh manusia seperti waduk dan danau. 

Hal tersebut dapat dicapai dengan membentuk sisi-sisi kolam dengan kemiringan 3 banding 1.  Menghindari masuknya nutrisi ke dalam air untuk mencegah pertumbuhan yang lebih cepat dapat dilakukan dengan mengatur area pembuangan limbah dari perternakan dan pupuk.

Pemantauan dan identifikasi organisme pada perairan secara rutin juga penting untuk dilakukan. Apabila muncul tanaman yang asing dan mulai menginvasi wilayah perairan, maka dapat dilakukan pengumpulan sampel lalu membawanya ke ahli botani atau ahli tumbuhan akuatik.

Pengendalian Mekanis

Pengendalian mekanis meliputi pencabutan tanaman di tepi perairan secara manual dengan tangan dan  menggunakan alat-alat seperti traktor dan rantai untuk menghilangkan tanaman submersed yang tumbuh di bawah permukaan air.

Pengendalian secara mekanis juga dapat dilakukan dengan menutup permukaan air dengan plastik gelap atau mesh halus untuk menghalangi sinar matahari yang diperlukan gulma untuk tumbuh. Layar plastik ini ditempatkan di atas vegetasi dan diberatkan dengan batu.

Metode lain yang dapat digunakan adalah menggunakan alat pemotong gulma yang dipasang di atas rakit terapung. Gulma yang sudah dipotong akan dibawa ke atas konveyor dan didepositokan di rakit

Walaupun pengendalian mekanis cukup menguntungkan, implementasinya di lapangan cenderung membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan hanya memberikan bantuan dalam jangka waktu pendek.

Pengendalian mekanis akan lebih efektif digunakan pada badan air yang lebih kecil yang dapat diamati secara dekat sehingga pengendalian dapat dilakukan sebelum masalah menjadi terlalu besar.

Pengendalian Biologis  

Pengendalian biologis dapat dilakukan menggunakan ikan herbivor seperti ikan rumput (Grass Carp) yang sangat suka memakan tumbuhan air.  

Jumlah ikan rumput yang diperlukan bergantung pada kelimpahan gulma akuatik yang ada. Jika setengah dari area ditutupi oleh gulma, maka diperlukan sekitar 20 ikan per acre.

Meskipun ikan rumput efektif dalam mengendalikan vegetasi akuatik, mereka juga memiliki beberapa masalah terkait. Salah satunya adalah kemungkinan penurunan kejernihan air karena ikan akan mengeluarkan feses dari proses pencernaan mereka.

Selain itu, ikan rumput memiliki mobilitas tinggi sehingga memiliki kecenderungan untuk meninggalkan kolam atau danau selama periode aliran air yang kuat. Penggunaan pagar jaring melintang dapat digunakan untuk  mencegah kehilangan ikan tersebut.

Selain ikan rumput, burung air seperti bebek dan angsa dapat digunakan  untuk mengendalikan tumbuhan air.

Pengendalian Kimiawi  

Herbisida seringkali digunakan untuk mengendalikan gulma air karena memberikan hasil yang cepat.

Sebelum menggunakan herbisida, penting untuk mendapatkan informasi yang akurat dari badan pengatur setempat, label produk, dan produsen yang terdaftar oleh EPA.

Penting untuk mempertimbangkan efek kimia yang digunakan pada organisme non-target. Beberapa bahan kimia akuatik yang digunakan bisa menjadi toksik bagi hewan air. Misalnya, bahan kimia yang mengandung tembaga dapat membunuh ikan di perairan pada pH rendah.

Selain itu, penggunaan herbisida harus mempertimbangkan reaksi zat kimia di jenis perairan tertentu. Beberapa bahan kimia bisa cepat terurai di bawah sinar matahari yang terang, pH yang tinggi, atau suhu yang tinggi.

Flumioxazin akan menjadi kurang efektif apabila digunakan pada perairan dengan pH>7. Sodium percarbonate yang biasanya digunakan sebagai algasida akan inaktivasi ketika terkena cahaya matahari, dan Diquat akan menjadi kurang efektif apabila digunakan pada rawa-rawa.

Dalam formulasi herbisida, ada bahan tambahan yang disebut dengan adjuvant yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas herbisida. Beberapa jenis adjuvant yang umum digunakan aiantaranya Sufaktan nonionik (nonionic surfactants), sticker/spreaders, dan buffers. 

Surfactant nonionik, akan membantu herbisida menyebar dan menembus lapisan lilin pada permukaan tanaman. Sticker/spreader akan membantu herbisida tetap menempel pada permukaan tanaman sehingga tidak mudah terbilas oleh air. Sedangkan buffer digunakan untuk menyesuaikan pH larutan herbisida agar sesuai dengan kebutuhan tanaman. 

Informasi mengenai adjuvant yang kompatibel dengan herbisida dan petunjuk untuk mencampurnya biasanya terdapat pada label herbisida.

Setiap upaya pengendalian mekanis, biologis, dan kimiawi yang dilakukan memiliki peran penting dalam menjaga keindahan dan keberlanjutan perairan disekitar kita. Perlu dipahami bahwa metode tersebut akan lebih efektif apabila dilakukan bersama-sama. 

Selain itu, karena permasalahan gulma yang ada di perairan cukup rumit diatasi sendiri, kerja sama dengan lembaga profesional atau konsultan pengendali gulma setempat juga menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan tersebut.

Nah, demikian ulasan singkat terkait tantangan gulma akuatik pada berbagai jenis perairan. Semoga bermanfaat ya!

Author : Rahmidevi Alfiani

REFERENSI.

Burtle, G. J & Shelton, J.L. (2017). Using Chemicals in Pond Management. UGA. Extension. Circular1048, 1-3.

Cichowlaz, S.D., (2005). Aquatic Pest Control. Nevada : Nevada State Departement of Agriculture.

Lynch Jr, W. E. (2012). Duckweed and watermeal: prevention and control

DAFTAR KELAS SEKARANG