Empoasca p: Ancaman Besar Bagi Perkebunan Teh Dan Solusi Penanganannya

Empoasca p: Ancaman Besar Bagi Perkebunan Teh Dan Solusi Penanganannya
28
Jumat, 28 Februari 2025

Hama wereng hijau atau yang dikenal dengan nama ilmiah Empoasca Sp.. Serangga ini umumnya ditemukan di perkebunan teh (Camilia sinensis) yang tentunya dapat menjadi ancaman besar yang merugikan bagi petani. Hama ini menyerang daun teh dengan menghisap bagian paling ekonomis dari tanaman teh itu sendiri yaitu pucuk daun. Akan tetapi, hama ini memiliki karakteristik khas lainnya yaitu menggulung daun  teh. Penggulungan daun ini merupakan reaksi yang dihasilkan dari penyuntikkan enzim yang digunakan oleh serangga ini untuk memudahkan pencernaan sari-sari makanan dari daun teh. Daun yang tergulung  juga menciptakan mikro habitat bagi wereng hijau sebagai tempat berlindung.

Hama ini tersebar luas di seluruh Indonesia dan mayoritas menyerang perkebunan teh. Diketahui semenjak tahun 1998 bahwa hama ini telah menyerang tanaman teh di wilayah perkebunan Gunung Mas. Hingga saat ini, hama ini tercatat telah menyebabkan penurunan produksi teh hingga 1.6 ton pada tahun 2013. Dilaporkan juga bahwa produksi teh di Kabupaten Cianjur menurun sebanyak 30-40% dikarenakan serangan hama ini. Penanganan hama wereng hijau ini masih banyak menggunakan insektisida berbahan aktif imidakloprid dikarenakan dapat menekan pertumbuhan populasi hama wereng hijau ini secara cepat, akan tetapi diketahui bahwa imidakloprid memiliki toksisitas tinggi terhadap mamalia dan genotoksik (merusak DNA). Hal ini perlu diperhatikan dikarenakan walaupun residu pestisida akan terdegradasi selama proses pengolahan, residu yang ditinggalkan tetap berbahaya bagi  konsumen dan dapat menyebabkan permasalahan ekonomi.

Morfologi dan Daur Hidup

Empoasca merupakan genus yang memiliki hingga ±500 spesies. Umumnya setiap spesies ini dapat dibedakan berdasarkan karakter morfologi pada tahap dewasa seperti bentuk  sayap, struktur kepala, posisi oceli, dan genitalia jantan. Empoasca  Sp. Termasuk kedalam hewan hemimetabola dimana tahapan pertumbuhannya terdiri dari telur, nimfa, dan serangga dewasa.

Telur yang dihasilkan oleh wereng hijau betina memiliki bentuk lonjong melengkung seperti pisang dan berwarna putih dengan ukuran berkisar 0.75 mm. Tahap telur ini memiliki durasi 8-14 hari dan umumnya serangga betina akan meletakan telurnya secara individual di bagian jaringan tulang daun pada ketiak daun. Nimfa wereng hijau terdiri dari 5 instar dan tersebar di bagian bawah pucuk daun. Nimfa instar ke satu dan ke dua hanya bisa bergerak ke samping sementara nimfa instar ketiga hingga kelima dapat bergerak ke samping dan melompat. Sebelum menjadi imago, nimfa wereng hijau dapat hidup selama 8-22 hari. Wereng hijau dewasa memiliki warna hijau kekuningan dengan ukuran berkisar 2.33-2.65 mm dan dapat hidup selama 8-9 hari untuk jantan, dan 17-36 hari untuk betina. Serangga dewasa jantan dan betina dapat dibedakan dari abdomennya dimana serangga jantan memiliki abdomen membulat dengan ujung yang runcing, sementara serangga betina memiliki bentuk meruncing seluruhnya dari pangkal hingga ruas terakhir.

Gejala Serangan Hama Wereng Hijau Empoasca Sp.

Hama wereng hijau memperoleh nutrisi yang diperlukannya dengan cara menghisap daun teh terutama pada bagian pucuk. Wereng hijau menghisap sari-sari jaringan daun dengan menggunakan mulutnya yang berbentuk stylet dan menyuntikkan enzim yang akan menguraikan jaringan tanaman. Umumnya, enzim yang terlibat merupakan enzim peroksidase yang berperan dalam proses oksidasi jaringan tanaman yang nantinya menimbulkan gejala penggulungan daun dan perubahan warna. Selain itu, hama ini juga menghasilkan fitotoksin yang menimbulkan gejala yang disebut Hopperburns. Gejala ini dapat diidentifikasi dengan wujud daun yang berubah menjadi kering dan tampak seperti terbakar.

Secara umum, hama wereng hijau menyerang daun teh pada bagian pucuk atau daun muda pada saat matahari sedang tidak terik. Adapun serangan tertinggi umumnya terjadi pada akhir musim kemarau. Gejala serangan hama ini dapat dikategorikan menjadi 3 tingkat keparahan yaitu:

  1. Serangan ringan: Gejala klorosis dan ditemukannya nimfa dan telur di ketiak daun
  2. Serangan sedang: Tepi daun yang menggulung dan adanya  nimfa dan serangga dewasa di ketiak daun
  3. Serangan berat: Klorosis akut, daun menguning, kering, dan mengeriting pada tepinya, pinggiran daun yang mati dan ditemukannya seluruh tahapan stadia dalam jumlah besar

Penanganan Hama Wereng Hijau Empoasca Sp.

Penanganan hama wereng hijau saat ini mayoritas menggunakan insektisida berbahan dasar imidakloprid. Hal ini dikarenakan insektisida jenis ini ampuh dalam menangani permasalahan  hama ini secara cepat. Akan tetapi, program penanganan hama terpadu (Integrated Pest Management) tidak dapat dilakukan dengan insektisida ini. Undang-Undang RI No.2 Tahun 1992 tentang Pengendalian Hama Terpadu melarang penggunaan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggu dan atau keselamatan manusia yang menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup. Oleh karena itu, diperlukan adanya metode penanganan yang lebih ramah lingkungan yang tetap mampu menekan pertumbuhan hawa wereng hijau dengan efektif. Berikut beberapa metode yang dapat dilakukan dalam menangani permasalahan hawa wereng hijau:

Insektisida berbahan dasar Buprofezin

Aplikasi insektisida dengan bahan dasar Buprofezin sebanyak 0,375L/ha dapat menjadi solusi alternatif untuk penanganan hama wereng hijau. Buprofezin diklasifikasikan sebagai insektisida dengan jenis IGR (Insect Growth Regulator). Insektisida ini bekerja dengan menghambat proses metamorphosis dan embryogenesis pada serangga  yaitu menghambar proses moulting dengan mengganggu sintesis kitin. Keuntungan insektisida ini adalah memiliki toksisitas rendah terhadap mamalia dan termasuk insektisida yang spesifik pada suatu spesies. Dikarenakan mode of action dari insektisida ini yang membuatnya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan resistensi

Lem Perangkap

Lem perangkat dengan bahan aktif terpenes 5% dapat digunakan sebagai salah satu metode yang ampuh dalam mengurangi intensitas serangan Empoasca Sp. pada tanaman teh. Terpenes pada lem serangga ini diketahui menjadi atraktan bagi Empoasca Sp. dan dikombinasikan dengan penggunaan insektisida imidakloprid dosis rendah  akan meningkatkan efektifitas pengendalian Empoasca Sp.

Predator alami

Kumbang dari famili Coccinelidae diketahui merupakan musuh alami dari hawa wereng hijau. Kumbang ini akan memakan telur dan nimfa dari wereng hijau dan memastikan tanaman teh yang dibudidayakan akan terbebas dari serangan. 

Berdasarkan solusi yang telah ditawarkan, penanganan hama wereng hijau dapat dilakukan dengan berbagai cara alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan insektisida sintetis sepenuhnya. Penanganan hama terpadu memerlukan tidak hanya satu, tetapi banyak komponen mulai dari insektisida ramah lingkungan, solusi mekanis seperti lem perangkap, dan juga bio komponen seperti predator alami. Integrasi dari ketiga solusi ini akan meningkatkan efektifitas penanganan hama lebih tinggi dengan dampak yang minim pada lingkungan.

Referensi

Indriati,G.,Soesanthy,F.2015.”Serangga Pengisap Pucuk Teh: Empoasca vitis (Homoptera: Cicaellidae) dan Tungau  (Acarina)”.SIRINOV 3(1): 39-48

Fauziah,F.,Maulana,H.2018.”Efikasi Insektisida Berbahan Aktif Buprofezin Terhadap Empoasca Sp. di Perkebunan Teh”.CR Journal 4(2): 63-72

KONSULTASI DENGAH AHLI HAMA