Pendahulua
Lalat buah atau yang dikenal dengan nama ilmiah Drosophila melanogaster merupakan hama hortikultura yang memiliki jumlah yang massif di dunia yang memiliki lebih dari 1500 spesies. Lalat buah kerap kali menyerang tanaman-tanaman hortikultura dengan nilai ekonomis seperti jambu, apel, papaya, dan mangga. Lalat buah dewasa akan merusak permukaan kulit buah menggunakan ovipositor nya. Organ ini yang selanjutnya akan menyuntikkan telur-telur lalat buah yang jumlahnya dapat mencapai 100-200 butir. Telur-telur yang menetas selanjutnya akan menjadi larva lalat buah yang memperoleh nutrisi dengan mencerna daging buah-buahan yang diinfestasi. Umumnya, buah yang diinfestasi dapat berupa buah belum matang maupun matang yang dapat menyebabkan pembusukan yang tentunya dapat merugikan bagi petani hortikultura. Lalat buah juga kerap kali bertelur dan berkembang-biak di sisa-sisa buah busuk yang telah terjatuh di tanah.
Lalat buah umumnya memiliki ukuran 2-4 mm dengan warna kuning hingga merah kecoklatan dengan corak melintang berwarna hitam pada abdomennya. Lalat buah memiliki karakteristik sexual dimorphism yang berarti terdapat perbedaan ukuran antara lalat jantan dan betina. Terdapat perbedaan kurang lebih 2,5mm antara jantan dan betina dimana lalat jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding lalat betina. Adapun ujung abdomen dari lalat betina cenderung berbentuk lancip dibandingkan ujung membulat pada lalat jantan.
Siklus Hidup
Lalat buah merupakan hewan dengan jenis holometabola atau metamorphosis sempurna. Tahapan kehidupan dari lalat ini dimulai dari telur lalat dewasa yang menetas menjadi larva yang berkembang menjadi pupa. Pupa yang terbentuk akan mengalami masa pertumbuhan dan akan muncul sebagai lalat buah dewasa. Lalat buah betina dewasa akan meletakkan telurnya di permukaan atau sedikit dibawah permukaan buah. Telur yang diletakkan ini memiliki bentuk lonjong dan berwarna putih. Pada kondisi normal, telur lalat buah dapat menetas dalam rentang waktu 12-15 jam setelah peletakkan. Larva instar pertama yang timbul selanjutnya akan menginfestasi buah-buahan dengan cara membuat lubang dan mencerna daging buah yang dihinggapi. Selama masa larva ini, nutrisi utama larva diperoleh dari mikroba, bakteri dan juga kandungan gula dari buah itu sendiri. Larva selanjutnya akan mengalami proses molting sebanyak 2 kali sebelum berubah menjadi pupa selama kurang lebih 4 hari sebelum emerge menjadi lalat buah dewasa. Durasi siklus hidup lalat buah dapat bervariasi disebabkan oleh berbagai factor salah satunya adalah suhu. Suhu yang tinggi dapat memperpanjang durasi siklus kehidupan lalat buah dikarenakan timbulnya stress akibat temperature yang terlalu panas.
Penanganan dan Pengendalian
Penanganan hama lalat buah (D. melanogaster) memerlukan strategi yang tepat terutama dalam pelaksanaan pengendalian hama terpadu (IPM). Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani serangan hama lalat buah yaitu:
1. Sanitasi lahan
Lalat buah kerap kali menempati sisa-sisa buah busuk yang telah berjatuhan. Lalat buah tidak hanya menginfestasi buah segar sehingga menjaga kebersihan lahan, walaupun memerlukan tenaga ekstra, dengan senantiasa melaksanakan kegiatan pembersihan dapat menjadi salah satu upaya preventif dalam penanganan hama lalat buah.
2. Penggunaan perangkap
Perangkap yang dibuat dengan memanfaatkan jaring-jaring yang dilengkapi dengan atraktan dapat menarik perhatian lalat jantan dan mencegahnya berkembang biak di area budidaya. Dalam pelaksanaannya, atraktan dari jenis metil eugenol kerap kali dimanfaatkan sebagai atraktan lalat buah jantan.
3. Pembungkusan Buah
Salah satu metode mekanis yang ampuh yaitu membungkus buah-buahan secara individual. Pembungkusan ini dapat dilakukan menggunakan berbagai bahan seperti kertas koran, paper bag, hingga sarung khusus berbahan polythene. Selain memberikan perlindungan terhadap lalat buah, pembungkusan buah juga dapat mencegah kerusakan buah yang disebabkan oleh gesekan, maupun kerusakan akibat infeksi jamur.
4. Insektisida kimia
Insektisida berbahan dasar kimia dapat digunakan sebagai usaha terakhir apabila serangan hama lalat buah sudah sangat massif. Program pengendalian hama terpadu memperbolehkan penggunaan insektisida berbahan dasar kimia dengan dosis kecil yang dikombinasikan dengan metode lain yang dapat membantu mengatasi serangan hama lalat buah. Terdapat inovasi pengendalian hama lalat buah yang menggunakan metode bait dengan senyawa Spinosad yang diperoleh dari bacterium actinomycete yang memiliki tingkat toksisitas rendah terhadap mamalia. Protein hidrolisis berbasis spinosad dapat menarik lalat buah betina, yang sangat membutuhkan protein yang dibutuhkan dalam produksi telur, akan tertarik dan kemudian memakan bait yang kemudian akan membunuh lalat betina tersebut.
REFERENSI
Indriyanti,D.R.,Suputa,Jannah,S.N.2017.”Molecular Identification of Bactrocera Sp. Fruit Fly from Muria Forest, Central Java, Indonesia”. Journal of Engineering and Applied Science, 12(9): 2954-2961
Perveen, F. K. (2018). Introduction to Drosophila. InTech. doi: 10.5772/67731
Vargas,R.I.,Pinero,J.C.,Leblanc,L.2015.”An Overview of Pest Species of Bactrocera Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) and The Integration of Biopesticides with Other Biological Aproaches for Their Management with a Focus on Pasific Region”. Insects, 297-318